Internasional
Muslim Imigran Raih Nobel Sastra
Nobel Perdamaian dianugerahkan kepada dua wartawan, Ressa dan Muratov.
STOCKHOLM – Seorang Muslim imigran kelahiran Tanzania, Abdulrazak Gurnah (72 tahun), meraih hadiah Nobel Sastra 2021, Kamis (7/10). Sementara dua wartawan, Maria Ressa dan Dmitry Muratov, diganjar hadiah Nobel Perdamaian 2021, Jumat (8/10).
Gurnah sedang berada di dapur rumahnya di Canterbury, Inggris, saat mendapat telepon dari komite untuk Nobel Sastra, Swedish Academy. Semula, Gurnah mengira telepon itu sebagai lelucon.
“Rasanya ini tidak mungkin,” ujar Gurnah, Kamis (7/10). “Saya benar-benar seperti kehabisan napas,” katanya menambahkan. Sedangkan Swedish Academy mengatakan, hadiah Nobel Sastra dianugerahkan kepada Gurnah karena kegigihan dan kepeduliannya terhadap efek kolonialisme dan nasib pada pengungsi.
Gurnah lahir 1948 di Zanzibar yang kini menjadi bagian dari Tanzania. Pada usia 18 tahun, ia melintas benua lalu mencapai Inggris pada akhir 1960-an. Ia menyelamatkan diri dari rezim represif yang saat itu mempersekusi komunitas Muslim Arab, tempat Gurnah berada.
Saat ini Gurnah baru saja menjalani masa pensiun dari jabatan guru besar Sastra Inggris dan sastra pascakolonial di University of Kent. Ia telah menulis sekurangnya 10 novel, antara lain Memory of Departure, Pilgrims Way, Paradise, dan Afterlives. Lokasi dalam novelnya mulai dari Afrika Timur di bawah kolonialisme Jerman hingga era Modern di Inggris.
Menurut Gurnah, tema migrasi dan kehilangan tempat tinggal yang diungkap dalam novel-novelnya terasa lebih mendesak saat ini disbanding pada masanya dulu. “Skalanya berbeda. Yang membuat berbeda, menurut saya, adalah betapa orang mempertaruhkan hidup mereka,” kata Gurnah, menyebutkan para pencari suaka yang rela menghadapi maut dengan menyeberangi Laut Mediterania atau Gurun Sahara.
Gurnah berharap, fiksi dapat membantu orang-orang di negara kaya memahami sisi kemanusiaan dari migran yang mereka lihat di layar televisi. “Peran kisah fiksi adalah mengisi kekosongan,” katanya.
Nobel Perdamaian
Peraih Nobel Perdamaian kali ini adalah Ressa (58 tahun) asal Filipina dan Muratov (59) dari Rusia. Pekerjaan jurnalistik mereka telah membuat marah pemerintah negara masing-masing.
Norwegian Nobel Committee yang bertugas memilih peraih Nobel Perdamaian menilai, keduanya layak mendapat penghargaan atas keberanian mereka memperjuangkan kebebasan berekspresi. “Pada saat yang sama, mereka adalah wakil dari seluruh wartawan yang menjunjung cita-cita ini di dunia, di mana demokrasi dan kebebasan pers menghadapi tantangan yang terus meningkat,” ujar Ketua Norwegian Nobel Committee, Berit Reiss-Andersen, saat mengumumkan sang pemenang, Jumat.
“Jurnalisme yang bebas, independen, dan berbasis fakta disajikan untuk menentang penyalahgunaan kekuasaan, dusta, dan propaganda perang,” katanya menambahkan.
Ressa adalah pemimpin redaksi Rappler, perusahaan media digital Filipina yang ia dirikan bersama rekannya pada 2012. Media ini tumbuh dan meraih reputasi melalui laporan investigatif, termasuk tentang pembunuhan skala besar selama kampanye antinarkotika dan obat terlarang di bawah kepemimpinan Presiden Filipina, Rodrigo Duterte.
“Saya agak syok. Ini mengharukan,” kata Ressa ketika diwawancara televisi Norwegia, TV2, Jumat.
Sementara itu, Muratov adalah pemimpin redaksi surat kabar investigatif Novaya Gazeta. Media ini telah membuat Kremlin di bawah Presiden Vladimir Putin berang karena mengendus pelanggaran hukum, korupsi, dan pembungkaman dalam konflik di Ukraina.
Pendirian Novaya Gazeta dibantu oleh pemimpin era Uni Soviet, Mikhail Gorbachev, dengan uang hadiah Nobel Perdamaian yang diraihnya. Gorbachev mendapat hadiah Nobel Perdamaian pada 1990. Raihan Muratov ditanggapi Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov. Ia menyebut Muratov “berbakat dan berani”.
“Kami mengucapkan selamat kepada Dmotry Muratov –ia secara konsisten bekerja sesuai cita-citanya,” kata Peskov saat konferensi pers dengan para wartawan.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.