Tajuk
Jangan Anggap Enteng Klaster PON XX
Kita tentu tidak ingin klaster Covid-19 di PON ini berkembang menjadi ledakan kasus baru.
Pelaksanaan PON XX di Papua mengalami sedikit masalah. Tercatat setidaknya ada 40 kasus Covid-19 yang mendera atlet dan ofisial di empat klaster PON XX Papua, hingga Kamis (7/10). Jumlah ini terus bertambah dibanding pada beberapa hari sebelumnya.
Pemerintah dan panitia PON Papua menyatakan telah menerapkan prosedur kesehatan yang ketat, tetapi di lapangan pelanggaran banyak terjadi. Misalnya, masih banyak sekali penonton pertandingan yang tidak menggunakan masker.
Jumlah 40 kasus itu bukanlah sedikit. Apalagi, jika kita bandingkan total kasus Covid-19 di Papua selama pandemi. Dan lagi, kita hanya mendapat laporan kasus itu dari atlet dan ofisial, bagaimana dengan penonton pertandingan? Bisa jadi jumlahnya lebih besar dari 40 kasus. Kasus ini tidak boleh dianggap enteng.
Kita tentu tidak ingin klaster Covid-19 di PON ini berkembang menjadi ledakan kasus baru. Apalagi, kasus Covid-19 di Indonesia menunjukkan angka yang makin menurun dalam beberapa pekan terakhir. Karena itu, langkah-langkah tegas perlu segera dilakukan, tidak sekadar aturan di atas kertas.
Kita tentu tidak ingin klaster Covid-19 di PON ini berkembang menjadi ledakan kasus baru.
Sejumlah pihak menyarankan agar kehadiran penonton di area pertandingan PON XX ditinjau kembali. Guru Besar FKUI Prof Tjandra Yoga Aditama menekankan, kedisiplinan penonton pada PON XX harus ditingkatkan. Tjandra juga menilai, kehadiran penonton ajang PON XX perlu ditinjau kembali bila kasus Covid-19 terus mengalami kenaikan.
Prof Tjandra juga mendesak kegiatan surveilans harus lebih digiatkan, terutama di kawasan pelaksanaan PON XX. Tujuannya agar diperoleh tren dan data yang lebih baik mengenai penularan Covid-19. Dengan demikian, penanganannya diharapkan bisa lebih efektif dan maksimal.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi mengatakan, saat ini pihaknya sedang mengkaji perhelatan tetap digelar tanpa penonton. Hal yang sama disampaikan Juru Bicara Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Erlina Burhan. Dia menilai, perhelatan tetap digelar tanpa penonton bisa menjadi pilihan.
Kita mendukung rencana pembatasan penonton itu. Bagaimanapun PON XX harus terselenggara sukses. Di sisi lain kita tentu tidak ingin klaster Covid-19 di PON XX semakin berkembang. Karena itu, pertandingan tanpa penonton adalah pilihan bijak jika kita ingin semua bisa berjalan dengan baik.
Tidak ada artinya aturan yang ketat jika dalam pelaksanaannya justru kendur. Kita berharap, semua pihak yang berkepentingan lebih ketat menjaga agar aturan bisa berjalan seperti seharusnya.
Kita juga berharap, aturan protokol kesehatan yang dikeluarkan selama PON XX bisa diterapkan secara disiplin di lapangan. Tidak ada artinya aturan yang ketat jika dalam pelaksanaannya justru kendur. Kita berharap, semua pihak yang berkepentingan lebih ketat menjaga agar aturan bisa berjalan seperti seharusnya.
PON XX dilaksanakan dengan semangat 'Torang Bisa'. Kita yakin tidak hanya bisa menyelenggarakan PON XX dengan sukses, tetapi juga sukses mengendalikan penularan Covid-19.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.