Tajuk
Tantangan PTM Kampus
PTM di kampus jauh lebih serius dengan potensi risiko penularan yang lebih besar.
Semarak dunia kampus mulai terasa dalam beberapa pekan terakhir ini. Aktivitas mahasiswa meski masih terbatas, mulai terlihat di sejumlah kampus. Tidak itu saja, tempat tinggal mahasiswa (indekos) di sekitar kampus mulai didatangi mahasiswa dari sejumlah daerah.
Walaupun aktivitas mahasiswa di kampus masih jauh dari kondisi sebelum Covid-19 melanda Tanah Air, kedaan saat ini sudah lebih menggeliat. Apalagi, jika dibanding pada tahun lalu dan awal tahun ini ketika pandemi Covid-19 terasa begitu mencekam. Bahkan, sepanjang tahun perkuliahan 2020-2021, hampir seluruh mahasiswa belajar secara online (daring).
Kini, ketika secara perlahan pandemi Covid-19 mulai bisa ditangani, harapan untuk melakukan kuliah tatap muka pun semakin besar. Jumlah penambahan positif Covid-19 setiap harinya rata-rata berada di bawah 4.000 kasus. Dua hari lalu, penambahan angka yang positif Covid-19 hanya di bawah 1.000 orang.
Selain itu, program vaksinasi pun semakin digencarkan. Data pemerintah per Senin (4/10), tercatat sebanyak 94.223.690 vaksinasi dosis pertama telah diberikan kepada masyarakat. Sedangkan dosis kedua sebanyak 53.006.923. Pemerintah pun menargetkan rata-rata 2 juta dosis vaksin diberikan kepada masyarakat setiap harinya.
PTM di kampus jauh lebih serius dengan potensi risiko penularan yang lebih besar.
Kondisi penanganan Covid-19 yang semakin stabil menjadi modal untuk melakukan perkuliahan tatap muka (PTM) terbatas. Apalagi, pembelajaran tatap muka secara terbatas juga sudah dimulai dilakukan di sekolah tingkat dasar sampai SLTA. Sudah sepatutnya hal yang sama pun diterapkan di kalangan perguruan tinggi.
Ketua Forum Rektor Indonesia (FRI), Panut Mulyono, mengungkapkan, sudah banyak perguruan tinggi yang melakukan perkuliahan tatap muka (PTM) terbatas. Rektor masing-masing perguruan tinggi di Indonesia memulai PTM terbatas sesuai dengan keadaan dan kondisi kampus berada.
Namun, epidemiolog asal Griffith University Australia, Dicky Budiman, mengatakan, perlu ada pola dalam PTM di perguruan tinggi. Karena, PTM di kampus jauh lebih serius dengan potensi risiko penularan yang lebih besar. Membuka tatap muka di perguruan tinggi membutuhkan kesiapan yang jauh lebih kompleks.
Tedapat perbedaan mendasar mobilitas di kampus dan lingkungan TK-SMA. Perbedaan yang paling menonjol adalah dari sisi lingkungannya. Sebab, kampus tidak hanya menjadi tempat berkumpul mahasiswa dari berbagai daerah, tetapi juga banyak dosen, tenaga kependidikan, dan karyawan yang bekerja. Termasuk para pedagang di sekitar kampus.
Kita juga tidak ingin pelaksanaan PTM terbatas di kampus-kampus dihentikan sementara seperti yang terjadi di sekolah level SLTP di Tangerang, Banten.
Kita berharap, berbagai persoalan yang lebih kompleks tersebut tidak menjadi penghalang pelaksanaan PTM di kampus. Para mahasiswa hendaknya telah divaksinasi di daerahnya masing-masing. Apabila di daerah tempat asal mahasiswa program vaksinasinya terbatas, mereka dapat mengikuti vaksinasi di sekitar kampus.
Bukan hanya mahasiswa, dosen atau pekerja di kampus yang harus divaksinasi, melainkan juga para pedagang, pemilik indekos, dan yang sehari-hari berhubungan dengan mahasiswa juga sudah seharusnya mendapatkan vaksinasi.
Pemerintah Kota Yogyakarta dapat menjadi contoh pemerintah daerah lain dalam menyambut mahasiswa yang akan kembali ke kampus. Mereka menyediakan progam vaksinasi yang bisa diikuti para mahasiswa dari berbagai daerah yang baru tiba di Yogyakarta.
Kita tidak ingin pelaksanaan PTM menjadi lokasi baru penyebaran kasus Covid-19. Kita juga tidak ingin pelaksanaan PTM terbatas di kampus-kampus dihentikan sementara seperti yang terjadi di sekolah level SLTP di Tangerang, Banten. Di daerah ini, 17 sekolah SLTP yang mengadakan PTM terbatas, 15 SLTP di antaranya harus dihentikan selama dua pekan karena ditemukan kasus Covid-19 pada siswanya.
Mudah-mudahan para mahasiswa memiliki kesadaraan yang lebih tinggi dalam menerapkan protokol kesehatan (prokes). Apalagi, secara umum para mahasiswa jauh lebih dewasa dibandingkan para pelajar. Dengan disiplin dalam menerapkan prokes secara ketat, potensi penyebaran Covid-19 di pelaksanaan PTM dapat ditekan.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.