Jakarta
DLH Uji Sampel Air Laut Teluk Jakarta
Peneliti menemukan kandungan parasetamol tinggi di air laut Ancol dan Muara Angke.
JAKARTA -- Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta mengambil sampel air laut di Ancol dan Muara Angke, Jakarta Utara, untuk diuji di laboratorium. Hal itu menindaklanjuti hasil riset kandungan parasetamol konsentrasi tinggi di kawasan tersebut berdasarkan temuan penelitian Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pada 2018 saat masih bernama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
"Kami berkomitmen untuk mendalami dan menelusuri sumber pencemarnya dan mengambil langkah untuk menghentikan pencemaran tersebut," kata Pelaksana Tugas Kepala DLH DKI Jakarta, Syaripudin di Jakarta, Ahad (3/10).
Petugas DLH DKI sudah mengambil sampel air laut di Teluk Jakarta pada Sabtu (2/10), untuk diuji dengan hasil yang dapat diketahui dalam waktu sekitar 14 hari. Menurut Syaripudin, pemeriksaan dilakukan untuk memastikan apakah pencemaran tersebut masih berlangsung sampai saat ini. Hal itu karena pengambilan sampel dalam riset LIPI dilakukan pada tiga sampai empat tahun lalu.
DLH DKI berupaya mengindentifikasi sumber pencemaran air laut. Sehingga, nanti ada langkah yang diambil untuk menghentikan pencemaran tersebut. Syaripudin menyebut, DLH DKI juga melakukan pemantauan kualitas air laut secara rutin minimal per enam bulan sekali.
Pemantauan dilakukan berdasarkan 38 parameter yang baku mutunya diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Hanya saja, ia mengakui, parameter kontaminan jenis parasetamol tidak diatur secara spesifik dalam PP tersebut.
Peneliti Ekotoksikologi Pusat Riset Oseanografi BRIN, Wulan Koaguaw menjelaskan, hasil penelitian menang menemukan kandungan tinggi parasetamol sebesar 610 nanogram per liter di Angke dan di Ancol mencapai 420 nanogram per liter. Angka itu berkali-kali lipat dibandingkan di pantai Brasil sebesar 34,6 nanogram per liter.
View this post on Instagram
Dalam penelitian, dijelaskan secara teori sumber sisa parasetamol yang ada di perairan Teluk Jakarta kemungkinan berasal dari tiga sumber. Di antaranya, akibat konsumsi masyarakat yang berlebihan, rumah sakit, dan industri farmasi.
"Kami mendeteksi parasetamol di dua titik, yaitu di muara sungai Ciliwung Ancol dan muara sungai Angke di Teluk Jakarta, dan di situ konsentrasinya ternyata lumayan tinggi jika dibandingkan dengan konsentrasi-konsentrasi lainnya yang sudah terdeteksi di negara-negara lain," kata Wulan, akhir pekan kemarin.
Hasil studi BRIN dengan peneliti George WJ Olivier dan Corina Ciocan dari Universitas Brighton, Inggris, itu dimuat dalam jurnal Marine Pollution Bulletin berjudul 'High Concentrations of Paracetamol in Effluent Dominated Waters of Jakarta Bay, Indonesia'. Hasil penelitian dapat diakses di laman sciencedirect.com, yang merupakan studi pertama yang melaporkan parasetamol (acetaminophen) di perairan pesisir Indonesia.
View this post on Instagram
Parasetamol merupakan salah satu kandungan yang berasal dari produk obat atau farmasi yang sangat banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia secara bebas tanpa resep dokter. Wulan menduga, jumlah penduduk yang tinggi di kawasan Jabodetabek dan jenis obat yang dijual bebas tanpa resep dokter, memiliki potensi sebagai sumber kontaminan di perairan.
Menurut Wulan, penelitian menggunakan metode investigasi itu memeriksa empat lokasi di Teluk Jakarta, yaitu Angke, Ancol, Tanjung Priok, dan Cilincing, serta satu lokasi di pantai utara Jawa Tengah, yaitu Pantai Eretan, yang tidak terdeteksi parasetamol. Dia mengatakan, konsentrasi parasetamol itu meningkatkan risiko lingkungan terkait paparan jangka panjang terhadap organisme laut di Teluk Jakarta, terutama dampak peternakan kerang.
Peneliti Pusat Riset Oseanografi BRIN, Zainal Arifin, yang juga menulis studi tersebut, menambahkan, sumber sisa parasetamol yang ada di perairan Teluk Jakarta dapat berasal dari tiga sumber, yaitu ekskresi akibat konsumsi masyarakat yang berlebihan, rumah sakit, dan industri farmasi.
Dengan jumlah penduduk yang tinggi di kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) dan jenis obat yang dijual bebas tanpa resep dokter, Zainal mengatakan, ada potensi sebagai sumber kontaminan di perairan. Dia menyebut, sisa pemakaian obat atau limbah pembuatan obat dari rumah sakit atau industri farmasi masuk ke sungai, dan akhirnya menuju ke perairan pantai.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.