Arsitektur
Masjid Raya al-Azhom, Unik dan Megah di Kota Benteng
Masjid al-Azhom di Kota Tangerang ini disebut memiliki kubah terbesar se-Asia.
OLEH HASANUL RIZQA
Masyarakat Muslim di Kota Tangerang, Provinsi Banten, memiliki sebuah masjid yang menjadi landmark daerahnya. Bangunan yang dimaksud ialah Masjid Raya al-A’zhom.
Tempat ibadah yang berdiri di atas lahan seluas 2,25 hektare itu bahkan bisa dikatakan sebagai kebanggaan umat Islam Indonesia. Sebab, inilah masjid yang diklaim mempunyai kubah terbesar sedunia.
Bangunan utamanya mencakup luas 5.775 meter persegi. Ia terdiri atas dua lantai, yakni bagian bawah (4.845,08 m persegi) dan atas (909,92 m persegi). Daya tampungnya diperkirakan mampu memuat 15 ribu orang jamaah.
Kompleks yang beralamat di Jalan Satria-Sudirman, Sukaasih, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang, itu sekilas juga menyerupai masjid-masjid khas Turki Utsmaniyah. Sebab, ada empat buah menara pada setiap sudut bangunannya. Masing-masing menara memiliki ketinggian hingga 55 meter. Bentuknya ramping dan runcing pada ujungnya.
Untuk mencapai puncak menara, terdapat empat bordes yang harus dilalui. Ternyata, jumlah itu tidak sekadar menandakan kuantitas, tetapi juga kualitas. Maksudnya, keempatnya melambangkan empat sifat mulia yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW, yakni benar (shiddiq), menyampaikan (tabligh), amanah, dan cerdas.
Begitu memasuki Masjid Raya al-A’zhom, Anda akan merasakan nuansa kemegahan. Di dalam ruangan utama, ada kesan lega dan lapang. Hal itu tidak hanya disebabkan luasnya area tempat shalat, tetapi juga rongga-rongga di bawah atap.
Lihatlah ke bagian langit-langit, tampak kelima kubah besar seakan-akan bertumpuk satu sama lain. Berjarak sekira tujuh meter dari lantai, kubah-kubah itu terdiri atas satu kubah besar. Ia dikelilingi empat kubah yang berukuran lebih kecil. Jumlah lima itu melambangkan rukun Islam atau kewajiban shalat lima waktu.
Seperti yang tertulis dalam buku laporan pembangunan Masjid Raya al-A'zhom, diameter luar kubah utama mencapai 33,685 m. Adapun setiap kubah kecil berdiameter 32,782 m. Jika ditotalkan dengan proyeksi mendatar, luas semua kubah bisa mencapai 3.142 m persegi. Beratnya konon mencapai 300 ton.
Kesejukan juga terasa di dalam masjid ini. Hawa dingin terpancar dari batu granit Cina yang terhampar menjadi lantai ruangan utama. Semilir angin juga masuk dari jendela dan lubang-lubang ventilasi. Karena langit-langitnya tinggi, ruangan menjadi semakin adem. Apalagi, sistem pengondisi udara (air conditioner) pun beroperasi dengan baik.
Keindahan interior ruangan Masjid Raya al-A'zhom juga ditunjang unsur-unsur dekoratifnya. Berbagai hiasan tergurat pada tiang-tiang yang menempel sisi pinggir. Ya, tidak ada tiang yang terpancang di sekitar tengah ruangan. Alhasil, tempat shalat dibiarkan lapang, seolah-olah tanpa batas. Desain ruangannya mengadopsi gaya arsitektural Timur Tengah, seperti halnya Masjid Nabawi di Madinah al-Munawwarah.
Arsitek di balik rancang bangun Masjid Raya al-A’zhom ialah Prof Slamet Wirasonjaya. Guru besar Institut Teknologi Bandung (ITB) itu terbilang berhasil dalam memadukan unsur keindahan dan religiusitas dalam mendesain tempat ini.
Sebagai contoh, kubah masjid tersebut tidak hanya besar dan indah, tetapi juga menampilkan pesan ketakwaan. Kubah yang memiliki dasar kuning keemasan ini dihiasi dengan kaligrafi ayat-ayat Alquran.
Pada kubah sisi barat, terdapat kaligrafi surah an-Nur ayat 35 serta al-Baqarah ayat 255 dan 285. Lalu, pada kubah sisi selatan, tampil kaligrafi surah at-Taubah 105, Ali Imran 112, dan Al-An’am 132-133. Kaligrafi surah al-Bayyinah ayat 5 dan ar-Ruum 30-33 juga mempercantik kubah sisi timur. Adapun dekorasi untuk kubah sisi utara adalah kaligrafi surah al-Anbiyaa ayat 107, al-Fath ayat 29, dan Luqman ayat 17-18.
Selain indah, desain kubah bertumpuk ini juga unik sehingga menjadi ciri khas masjid yang berlokasi di kompleks perkantoran Pemkot Tangerang. Masjid yang peletakan batu pertamanya dilakukan pada 7 Juli 1997 ini juga disebut-sebut menyerupai benteng. Tangerang sendiri dijuluki sebagai “kota benteng".
Sejak 2016, Masjid Raya al-A’zhom dilengkapi dengan Galeri Islam. Bagian yang terletak di dasar bangunan utama itu menyajikan buku-buku pengetahuan tentang agama Islam, mulai dari ketauhidan, fiqih dan juga sejarah tentang kerasulan Nabi Muhammad SAW sampai masa kejayaan Islam era Bani Utsmaniyah.
Adanya Galeri Islam itu kian mempertegas fungsi masjid ini. Ia tidak hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga destinasi wisata islami. Keluarga Muslim, terutama yang sudah memiliki anak-anak, dapat mengunjungi Galeri Islam untuk sekadar mengisi liburan atau menambah pengetahuan. Bagi pengguna kendaraan pribadi, Anda tidak perlu khawatir. Sebab, Masjid Raya al-A’zhom memiliki area parkir yang cukup luas, sekira 14 ribu meter persegi.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.