Ekonomi
Dongkrak Pariwisata, Kemenparekraf Pasang Target Devisa
Pemerintah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 9,2 triliun untuk sektor pariwisata.
JAKARTA -- Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) akan kembali menargetkan perolehan devisa pada tahun depan. Hal itu dilakukan seiring upaya pemulihan ekonomi dalam negeri yang diikuti dengan pembukaan kembali destinasi wisata bagi wisatawan mancanegara.
Pada 2022, Menparekraf Sandiaga Uno menargetkan devisa mulai meningkat menjadi sekitar 470 juta dolar AS hingga 1,7 miliar dolar AS. "Kita targetkan devisa pariwisata merangkak naik," kata Sandiaga dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Kemenparekraf, Senin (27/9).
Sandiaga menyampaikan, devisa pariwisata pada 2020 diperkirakan hanya 3,54 miliar dolar AS. Angka itu turun 79,5 persen dari total perolehan devisa pariwisata 2019 yang tembus 16,9 miliar dolar AS.
Kemudian, dengan pandemi berlangsung penuh pada tahun ini, devisa pariwisata diproyeksi turun kembali atau hanya sekitar 360 juta dolar AS hingga 370 juta dolar AS. Rendahnya devisa karena ditutupnya sektor pariwisata untuk wisatawan mancanegara.
Sandiaga mengatakan, di tengah melandainya tren penularan Covid-19, kegiatan usaha di sektor parekraf diharapkan kembali menggeliat dan mulai menyerap lapangan pekerjaan. Pada 2020, tenaga kerja pariwisata tercatat turun 6,67 persen menjadi 14,3 juta jiwa dari jumlah pada 2019 sebesar 14,96 juta jiwa.
Pada tahun depan, diharapkan tenaga kerja pariwisata kembali meningkat menjadi 14,7 juta jiwa. Untuk mencapai itu, peningkatan kunjungan wisatawan akan mulai dikejar. Terutama kunjungan wisatawan mancanegara yang telah ditutup lebih dari setahun terakhir.
Tahun ini diperkirakan kunjungan wisatawan mancanegara sekitar 1,5 juta kunjungan. Mengutip data BPS, dalam kurun waktu Januari-Juli 2021 total kunjungan wisatawan mancanegara baru mencapai 937,7 ribu kunjungan. Akan tetapi, kunjungan itu didominasi oleh keperluan pekerjaan atau bisnis.
Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) meminta pembukaan pariwisata Indonesia untuk wisatawan mancanegara dibuka secara bertahap berdasarkan kawasan. Hal itu agar kondusivitas industri pariwisata bisa terjaga.
"Kita menyarankan secara bertahap dimulai pembukaannya. Misalnya, ASEAN terlebih dahulu, kemudian Timur Tengah, Eropa, itu sangat penting dalam waktu dekat ini," kata Ketua Umum GIPI Didin Junaedy.
Didin menyampaikan, destinasi wisata yang bisa dibuka terlebih dahulu, yakni Bali, Jakarta, dan Bintan. Itu sesuai dengan rencana pemerintah yang akan menerapkan travel corridor arrangement (TCA).
Didin menyarankan agar wisman yang waktu kunjungannya hanya 15 hari atau kurang dari itu tidak dikenakan kewajiban karantina ketika tiba di Indonesia. Sebab, wisman yang berkunjung ke Indonesia pun sudah dilindungi oleh asuransi umum Covid-19 serta operator perjalanan juga sudah siap dengan berbagai kemungkinan masalah kesehatan.
Pemerintah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 9,2 triliun untuk memulihkan sektor pariwisata pada tahun depan. Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, anggaran tersebut akan digunakan untuk mengembangkan pariwisata dan ekonomi kreatif dari tiga aspek, yakni aksesibilitas, atraksi, dan promosi wisata.
“Tahun depan ada anggaran yang dicadangkan sekarang Rp 9,2 triliun dari dampak krisis pandemi Covid-19,” ujarnya.
Sri memerinci alokasi anggaran meliputi belanja pemerintah pusat sebesar Rp 6,5 triliun dan transfer ke daerah sebesar Rp 2,8 triliun. Alokasi anggaran tersebut juga untuk mendukung destinasi pariwisata superprioritas, yaitu Danau Toba, Borobudur, Mandalika, Labuan Bajo, dan Likupang.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.