Perencanaan
Milenial Pun Melek Finansial
Pandemi telah mengubah kebiasaan finansial masyarakat.
Hampir semua generasi milenial sudah melek teknologi, tapi apakah yakin sudah melek finansial?
Mungkin ada beberapa yang sudah paham mengatur keuangan dan pandai menabung karena diajarkan sejak dini, tapi banyak juga yang hidupnya mungkin serbaenak sehingga boros dan lupa memikirkan masa depan.
Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI), Junanto Herdiawan, mengatakan, pentingnya keterlibatan semua lini untuk membuat milenial lebih melek finansial. Inisiatif yang di lakukan oleh berbagai pihak untuk meningkatkan literasi keuangan dan digital milenial patut di apresiasi.
“Saat ini, kita melihat berubahnya kebiasaan masyarakat di tengah pandemi serta kemudahan teknologi digital, mendorong perubahan kebiasaan finansial di tengah masyarakat,” ujar Junanto dalam peluncuran virtual kampanye FinanSiap GoPay, bulan lalu.
Perubahan kebiasaan masyarakat itu, misalnya, teknologi digital berhasil mengatasi kendala dalam berinvestasi. Sehingga sekarang investasi bisa dimulai dengan nominal yang rendah, mudah, aman, dan bisa dilakukan oleh siapa saja.
BI melihat hal ini sebagai hal yang positif karena mampu mendorong pertumbuhan tren ritel investor khususnya di kelompok usia muda produktif.
Tapi, pertumbuhan ini harus didukung dengan pemahaman keuangan yang baik agar para pelakunya bisa menjadi investor yang cerdas dan mawas dengan risikonya, ujarnya lagi.
Agar tidak menjadi anak muda yang merugi khususnya dalam memilih pengelolaan finansial, Junanto memaparkan, empat tips mengelola keuangan dengan baik.
Pertama, kata dia, anak muda harus memahami kondisi keuangannya sendiri, sebelum mulai mengelolanya. Kedua, sebelum mengelola keuangan, anak muda harus paham dulu mana yang dibutuhkan dan mana yang diinginkan, jadi keuangannya sudah tahu mau digunakan untuk apa.
Ketiga, anak muda perlu memahami kententuan, legal, dan ilegal, jika ada yang tidak beres bisa langsung lapor ke BI. “Sekarang sudah gampang, BI juga sangat terbuka, jadi anak milenial tidak terpengaruh hoaks.” ungkap Junanto lagi.
Dan keempat, pilihlah investasi yang tepat, harus sering ikut seminar atau kegiatan tentang pengelolaan finansial, lalu harus rajin membaca juga.
Kalau cuma nongkrong di gim bolehlah, tapi jangan terus-terusan. Perlu juga membaca agar bisa produktif, perlu edukasi.
JUNANTO HERDIAWAN, Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI).
Perkuat Literasi
Belajar mengelola keuangan dan memahami dinamika pasar modal, kini semakin diminati. Platform belajar investasi, Ternak Uang akan menggelar rangkaian kelas investasi bersama praktisi pasar modal yang bertajuk Ternak Uang Masterclass.
Pelatihan ini akan diadakan selama sebulan penuh, dengan pengajar-pengajar yang merupakan praktisi pasar modal berpengalaman dan bersertifikasi. Pelatihan yang dibuka untuk masyarakat umum ini akan mengajarkan materi-materi seputar investasi mulai dari level pemula hingga level menengah.
Seluruh materi yang diajarkan di Ternak Uang Masterclass diadaptasi dari silabus pelatihan untuk sertifikasi profesi pasar modal, yaitu Wakil Manajer Investasi (WMI) dan sertifikasi profesional asal Amerika Serikat, Chartered Financial Analyst (CFA) level 1.
Co Founder, sekaligus Chief Marketing Officer Ternak Uang, Timothy Ronald menjelaskan, meningkatnya ketertarikan masyarakat untuk terjun dalam pasar modal perlu dibarengi dengan kesiapan pengetahuan yang dibutuhkan.
Hal ini bisa dilakukan dengan memberikan pelatihan yang berkualitas, terpercaya, dan terbuka untuk semua orang. “Alasan inilah yang mendasari kami untuk mengadakan Ternak Uang Masterclass yang bisa diikuti oleh semua orang dengan latar belakang apapun dengan harga yang juga lebih terjangkau,” ujarnya, dalam keterangan pers yang diterima Republika, Rabu (22/9).
Ternak Uang Masterclass akan diisi langsung oleh mentor-mentor yang terdiri dari praktisi berpengalaman dan sudah dikenal memiliki reputasi baik di pasar modal. Beberapa diantaranya adalah Luthfi Ridho (pakar ekonomi selama lebih dari 15 tahun), Dr (cand) Edwin Sebayang MBA CSA CIB (praktisi pasar modal senior yang kini menjabat sebagai Kepala Riset MNC Securities), dan Kartika Sutandi (praktisi pasar modal berpengalaman dan Co-founder Jarvis Asset Management).
Seluruh kelas dilaksanakan secara virtual dengan total tujuh sesi. Di setiap sesinya, seluruh peserta berhak mendapatkan softcopy materi ajar, kesempatan bertanya dan berinteraksi langsung dengan para mentor, hinga case study untuk melatih kemampuan masing-masing seusai mengikuti kelas.
Total materi yang diajarkan akan terdiri dari enam topik silabus pelatihan WMI dan CFA level satu, yaitu Pengenalan Investasi, Analisis Ekuitas, Analisis Laporan Keuangan, Analisis Pendapatan Tetap, Behavioral Finance dan Technical Analysis, Analisis Ekuitas dan Valuasi.
Selain mendapatkan akses untuk mengikuti kelas investasi selama sebulan penuh, para peserta Ternak Uang Masterclass berhak mendapatkan akses keanggotaan aplikasi Ternak Uang selama satu tahun. Di dalamnya, terdapat ratusan modul dan kelas rekaman terkait edukasi seputar keuangan dan investasi, serta berita terkini dan analisa mendalam mengenai emiten saham yang dibuat oleh research analyst Ternak Uang.
Pendaftaran untuk pelatikan di kelas ini, dibuka hingga 8 Oktober 2021 mendatang. Khusus yang mendaftar selama bulan September, peserta akan mendapatkan harga spesial senilai Rp 3,3 juta.
Manfaatkan Aplikasi
Saat ini, belajar mengatur keuangan bisa didapatkan dari mana saja, salah satunya dari dunia digital. Seperti GoPay yang mengadakan program FinanSiap, sebagai wadah edukasi keuangan yang holistik.
“Pandemi mendorong masyarakat untuk semakin fasih dalam menggunakan fitur-fitur keuangan digital, agar mereka bisa beradaptasi di tengah perubahan,” ujar Chief Marketing Officer GoPay, Fibriyani Elastria, dalam kesempatan yang sama.
Menurutnya, pandemi telah mengakselerasi perubahan gaya hidup masyarakat, bukan hanya di Indonesia bahkan seluruh dunia. Di Indonesia ada berbagai kebiasaan yang benar-benar memberikan dampak dan salah satunya memang dari sisi finansial.
Kalau kita lihat, ini memang didorong oleh faktor teknologi yang semakin mudah, cepat, dan aman, untuk masyarakat menggunakannya. “Sehingga, adopsi itu menjadi sesuatu yang tidak terlalu menakutkan,” paparnya.
Bahkan, di Asia Tenggara termasuk Indonesia, 30 persen orang yang baru pertama kali meng gunakan keuangan digital, merasa hal itu sangat bermanfaat. Sehingga, jika pandemi telah usai, mereka akan tetap melakukan keuangan digital.
Contohnya secara finansial, mereka bukan hanya melakukan transaksi secara digital, melainkan juga mulai merambah ke hal lain juga, yaitu mulai sadar berinvestasi dan juga mencari proteksi, seperti asuransi. “Sekarang itu semua sangat dimudahkan karena memang disokong dengan perkembangan teknologi,'' kata Fibriyani.
Empat Alasan Penting
Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI), Junanto Herdiawan, mengungkapkan, ada empat alasan penting mengapa milenial harus melek finansial.
1. Milenial adalah pelaku ekonomi yang kritis
Jika tidak memahami cara mengatur keuangan, masa depan mereka akan mengkhawatirkan.
2. Literasi keuangan yang masih belum optimal
Ini bisa bermakna bahwa sebagian milenial belum paham untuk investasi.
3. Milenial masih rentan secara finansial
Ini karena mereka masih mudah menggunakan uang untuk kesenangan dibandingkan menabung dan investasi.
4. Dikhawatirkan mudah terpedaya influencerdi media sosial, sehingga bisa tercebur ke investasi ilegal
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.