Hiwar
Hidayat Nur Wahid: Hadirkan Taliban Baru
Diharapkan akan bisa merealisasikan janji-janji mereka untuk bisa menghadirkan Taliban yang baru.
Sudah sebulan Taliban berkuasa dan memimpin jalannya pemerintahan di Afghanistan. Kelompok yang dilahirkan oleh orang-orang Pashtun ini menjanjikan perubahan dari Taliban lama meski tidak sedikit kritik hadir atas berbagai kebijakan barunya.
Wartawan Republika Andrian Saputra mewawancarai Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid untuk mengulas masalah Taliban. Berikut kutipannya.
Apa Taliban sekarang sudah berbeda dengan Taliban era 1996-2001?
Kita melihat bahwa stereotyping yang dilekatkan kepada Taliban dulu yang disebut kemudian radikal dengan segala tindakan intoleran itu. Taliban yang sekarang memberikan sinyal yang nyata bahwa mereka tidak seperti yang dulu. Sekalipun nanti ada beragam catatan-catatan.
Dulu ketika mereka masuk Kabul dengan bombardir, alat berat. Tapi kemarin mereka masuk ke Kabul dengan aman dan damai. Dan dengan sebuah sikap dasar memberikan pengampunan umum, jaminan keselamatan bagi warga asing, dan bagi perwakilan negara-negara asing.
Mereka masuk ke Kabul dengan damai dan tanpa pertumpahan darah. Itu sebuah pesan yang mereka berhasil menyampaikannya kepada masyarakat dunia. Itu menjadi pembeda ketika mereka masuk Kabul ketika 1996.
Mereka sekarang ini lebih terbuka dengan dunia luar, melalui juru bicaranya mereka menyampaikan janji dan komitmen dari Taliban. Serta itu dilakukan berbahasa Inggris, suatu hal yang tidak mereka dulu lakukan selain dengan berbahasa Arab.
Dari janji-janji mereka menampakan bahwa Tali ban ingin membuka lembaran sejarah yang baru.
Dari janji-janji mereka menampakan bahwa mereka ingin membuka lembaran sejarah yang baru. Tidak ingin mengulangi citra negatif yang lama, kesediaan untuk bekerjasama dengan masyarakat internasional selama tidak bertentangan dengan syariat. Dan kesediaan untuk berhubungan dengan semua negara kecuali Israel.
Bahkan mereka bertemu dengan pihak dari pemerintah Cina juga dengan Rusia, Iran, satu hal yang dulu tidak terjadi. Itu menggambarkan bahwa mereka ingin membuka diri lebih luas kepada yang lain. Kita tahu Cina. Kita tahu Iran dalam konteks Taliban, dua negara dengan ideologi yang berbeda tapi siap bekerjasama.
Bagaimana dunia Islam merespons Taliban?
Janji-janji mereka begitu disambut sangat positif di mata internasional. Dan mereka berharap semuanya agar janji-janji itu direalisasikan. Kemudian Taliban yang sekarang juga kan terbentuk akibat dari Perang Qatar yang mempertemukan Taliban dengan Amerika Serikat dan kemudian disepakatilah berbagai hal yang akan dilakukan Taliban bila kemudian memerintah di Afghanistan.
Ini berbeda dengan dulu, dulu sama sekali tidak ada semacam negara asing. Kemudian Taliban ini sudah dibahas OKI. Dan negara-negara OKI juga menyampaikan harapan mereka termasuk juga Indonesia dan Taliban pun hadir di sana dengan posisi tidak menentang atau menolak harapan OKI.
Selain terjadinya eksodus dari masyarakat asing atau masyarakat Afghanistan sendiri tapi kita lihat bahwa tidak terjadi kejahatan kemanusiaan misalnya mereka yang eksodus itu ditembak atau kemudian dilarang untuk pergi. Yang justru melakukan pengeboman di Airport Kabul kan pihak ISIS dan itu diakui ISIS melakukan pengeboman di Kabul.
Tentu diharapkan akan bisa merealisasikan janji-janji mereka untuk bisa menghadirkan Taliban yang tidak mengulangi periode 1996-2001.
Itu tidak dilakukan Taliban. Ini memberi fakta lain bahwa seringkali Taliban diasosiasikan dengan ISIS, ternyata kan justru ISIS memusuhi Taliban. Dan memang Taliban sebelumnya melakukan eksekusi terhadap kepala ISIS di kawasan Asia Selatan, Omar Khorasani.
Selain itu juga terbuka beragam informasi baru yang kemudian lebih terkomunikasikan. Taliban ini bukan ISIS, bahkan Taliban dimusuhi dan memusuhi ISIS. Taliban juga bukan Wahabi karena Taliban ini satu komunitas para pencari ilmu yang ternyata mereka berhaluan Sunni, bermazhab Hanafi, dan teologinya Maturidi dan bermazhab Qadiri Naqsabandi. Tentu diharapkan akan bisa merealisasikan janji-janji mereka untuk bisa menghadirkan Taliban yang tidak mengulangi periode 1996-2001.
Bagaimana pendapat Anda dengan sejumlah kebijakan Taliban bagi rakyat Afghanistan?
Taliban memberi ruang untuk perempuan tetap kuliah, belajar sekalipun melakukan pemisahan bahkan mereka mendapatkan dukungan dari mahasiswi sekalipun ada yang menolak. Dalam posisi ini banyak negara yang sudah berkomitmen untuk membantu Afghanistan di bawah kepemimpinan Taliban. Ada Cina siap membantu, ada Selandia Baru (memberi bantuan 3 juta dolar AS) dan harapannya agar Taliban bisa merealisasikan janji-janjinya.
Cuma yang kemudian menjadi kritik adalah ketika kemarin Taliban mengumumkan kabinet sementaranya ternyata tidak sebagaimana yang diharapkan. Kabinet yang diharapkan itu kan melibatkan seluruh kelompok masyarakat yang ada di Afghanistan. Ternyata semua dari satu kelompok Pashtun.
Kemudian yang menjadi kritik adalah tidak dilibatkannya perempuan dalam kabinet. Ini tentu membuka celah bagi masyarakat mempermasalahkan komitmen dari Taliban.
Saya mengingatkan agar seharusnya Taliban merealisasikan komitmennya untuk tidak mengulangi Taliban yang dulu, untuk menghadirkan Taliban yang baru, merealisasikan apa yang menjadi harapan OKI dan masyarakat.
Saya berharap Taliban merealisasikan janji-janji mereka untuk menghadirkan Taliban yang membuka sejarah baru, yang membuktikan tentang Islam rahmatan lil alamin yang mencakup menaungi semuanya. Tidak menghadirkan teror dan melahirkan terorisme. Memelihara perempuan dan memposisikan minimal sama seperti rezim sebelumnya ada Kementerian khusus mengurusi perempuan oleh perempuan.
Bagaimana Anda melihat upaya Indonesia dalam merespon penguasaan Taliban di Afghanistan?
Indonesia menjadi bagian negara yang dihormati oleh Afghanistan termasuk oleh Taliban. Terbukti mereka sudah mengirimkan delegasi ke Indonesia. Posisi Indonesia sangat positif bagi Afghanistan.
Sehingga apa yang kemudian diusulkan Menteri Luar Negeri RI termasuk delegasi RI di sidang OKI menurut saya perlu diperjuangkan, bila itu bisa diterima oleh Taliban dan dilaksanakan itu menjadi sumbangsih yang positif dari Indonesia untuk persatuan nasional Afghanistan, untuk menghindarkan Afghanistan dari konflik bersenjata lagi, menyatu padukan warga bangsa Afghanistan dan bukan lagi daerah berkembangnya teror dan terorisme.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.