Keluarga
Menata Rumah Cantik dan Ramah Lingkungan, Bagaimana Caranya?
Menata rumah bukan hanya hobi, tapi sudah jadi gaya hidup.
Suhaila Humairo Sidiq (20 tahun) mengaku sudah menyukai hobi dekorasi sejak duduk di bangku SMP dan terus berlanjut sampai sekarang. Maka, dia pun tidak mau menyia-nyiakan sudut yang masih kosong di kamarnya. Dia menyulap pojokan itu menjadi semacam "favorite corner", tempat dia menata barang-barang yang dia sukai. "Kayak aku suka nulis, terus lagi mulai belajar gitar, atau menaruh tempat makeup," ungkap Suhaila kepada Republika/.
Dia kerap tertantang mendekorasi ruangan jadi estetis dan tentunya nyaman baginya. Selama pandemi, mahasiswi semester lima Prodi Bahasa dan Sastra Inggris Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta itu pun gemar menambahkan elemen dekorasi di kamarnya. Area lain yang jadi sasaran adalah ruang keluarga.
Gaya dekorasi yang disukai Suhaila adalah gaya vintage. Menurut dia, gaya tersebut memberikan kesan yang sangat nyaman, terlebih dengan perpaduan warnanya yang hangat dari kombinasi earth tone.
Untuk anggaran, Suhaila tidak mematok berapa yang harus dikeluarkan. Biasanya, dia membeli barang di kisaran harga ratusan ribu rupiah, seperti lampu, karpet bulu, atau hiasan kamar. Sisanya, memanfaatkan barang-barang yang sudah ada di rumah.
Salah satu kendala selama melakoni hobi itu, Suhaila terkadang tidak mendapatkan barang yang dia inginkan di lokapasar. Saat ini, masih ada satu benda yang dia incar, yakni lampu strip untuk menghiasi langit-langit kamarnya.
Rencana Suhaila, lampu itu akan dia tempelkan di langit-langit, kemudian ditutup dengan kapas. Saat lampu utama kamar mati dan lampu strip dinyalakan, langit kamar akan terlihat seperti awan yang dipenuhi kilat. Hingga kini, dia masih berburu barang tersebut. "Belum kesampaian jadi belum bisa mendekorasi langit-langit kamar," ucap Suhaila yang tinggal di Kota Bogor.
Alasan berbeda melakoni hobi menata rumah disampaikan Zuli Istiqomah yang berdomisili di Kabupaten Bandung Barat bersama keluarganya. Pegawai di salah satu instansi pemerintahan itu banyak beraktivitas di rumah saat awal pandemi.
Dia pun jemu melihat kondisi rumah yang begitu-begitu saja lalu menganggap butuh ada penyegaran supaya tidak merasa bosan di rumah. Perempuan 30 tahun itu akhirnya tertarik menata rumah agar semakin nyaman. "Jadi mulailah googling dekorasi-dekorasi rumah yang bagus tapi simpel. Di media sosial juga mulai banyak yang posting dekorasi rumah," tutur Zuli.
Sasaran pertama adalah ruang tamu, dengan tujuan tamu bisa merasa nyaman saat bertandang ke rumahnya. Area kedua yang dijamah Zuli dengan kreasinya adalah kamar anak, supaya putrinya betah bermain dan belajar di kamar. Lambat laun, ibu satu anak itu beranjak menata ruangan lain, seperti dapur dan teras. Zuli mengaku kamarnya justru tidak terlalu jadi sasaran makeover karena dianggap tidak banyak aktivitas di sana selain tidur.
Sejak awal, Zuli memfavoritkan gaya minimalis. Dia menghindari memakai perabot dan benda berukuran besar di rumah. Alasannya, semakin sedikit barang, rumah akan terlihat lebih rapi dan bersih.
Zuli menyesuaikan dengan ukuran rumahnya yang disebut minimalis, sehingga ruangan tidak terkesan sesak. Barang yang sedikit juga memudahkan untuk dipindah-pindah,dengan begitu akan bisa mengubah posisi mebel saat bosan. "Cuma, biar enggak terlalu monoton minimalis warna abu-abu, krem, dan putih, sekarang suka ditambah warna-warna earth tone untuk dekorasi, kayak cokelat atau oranye," ungkapnya.
Selama melakoni hobi menata rumah, Zuli mengaku tidak ada anggaran khusus yang disiapkan. Dia langsung membeli saja ketika ada sesuatu yang menarik hati. Ketika bosan, dia menambah barang yang lainnya. Saat berbelanja, Zuli lebih suka membeli pernak-pernik yang baru. Menurut dia, sekarang banyak barang dan pernak-pernik lucu dengan harga terjangkau. "Tantangannya, mengendalikan keinginan lihat barang lucu ingin beli," kata dia.
Tantangannya, mengendalikan keinginan lihat barang lucu ingin beli.
Zuli Istiqomah
Suasana nyaman
Desainer interior Rina Renville berpendapat pandemi turut berpengaruh terhadap mengemukanya hobi menata rumah. Akibat pandemi, sebagian orang bekerja, sekolah, bahkan berolahraga di rumah.
Kondisi itu tentunya butuh suasana yang nyaman agar semakin betah berada di rumah. Mereka yang gemar menata rumah pun semakin tergerak untuk merombak setiap sudut supaya mendukung kegiatan. "Menata rumah bukan hanya hobi, tapi sudah jadi gaya hidup," ujar Ketua Himpunan Desainer Interior Indonesia (HDII) DKI Jakarta periode 2019-2022 itu.
Kendati menyenangkan, Rina menyampaikan beberapa kendala yang mungkin dihadapi saat menata rumah. Ada yang mengalami persoalan anggaran, bingung memulai dari mana, serta memiliki keinginan dan kebutuhan yang tak sejalan.
Solusinya kembali ke masalah yang ada. Jika terkait anggaran, perhatikan prioritas awal. Untuk masalah lain, tanyakan kepada diri sendiri mengenai apa yang benar-benar dibutuhkan.
Sebagai contoh, seseorang menyadari dirinya lebih banyak berkegiatan di dapur selama pandemi. Solusi mudahnya adalah menggabungkan dapur dengan ruang makan dan mulai mempercantik area itu. Alhasil, kegiatan memasak jadi maksimal dan interaksi keluarga kian berkualitas.
Rina menyarankan mencari inspirasi dan referensi dari mana saja. Seseorang dapat berkonsultasi kepada desainer interior, membaca majalah, melihat foto, atau menyimak beragam tutorial di media sosial. Semua itu kemudian diselaraskan dengan kebutuhan. "Harus banyak melihat, mengeksplorasi, dan bereksperimen," kata Rina.
Perhatikan Fungsi dan Estetika
Bila ingin menata rumah, ada beberapa kiat yang perlu diperhatikan agar dapat memperoleh hasil yang optimal. Desainer interior Rina Renville memaparkan beberapa jurusnya.
1. Pahami konsep yang ingin diterapkan.
Sesuaikan konsep itu dengan interaksi dan kebiasaan di rumah, lalu buat daftar kebutuhan. Dengan begitu, akan muncul skala prioritas dan penataan rumah tidak melebihi anggaran. CEO dan pendiri perusahaan konsultan desain interior PT Destijl Cipta Kreasi itu berpendapat, perencanaan sangat penting.
2. Pertimbangkan dari segi fungsi terlebih dahulu.
Tetapkan kegunaan sebuah ruangan atau sebuah sudut, baru kemudian menata agar nyaman, terang, mudah dibersihkan, dan mudah dijangkau.
Sebagai contoh, apabila sebuah ruangan akan digunakan untuk bekerja, ada hal yang harus diperhatikan. Pilih area yang leluasa dan memiliki cahaya alami guna menunjang konsentrasi. Jika fungsi ruangan untuk anak, tentu cara penataan akan berbeda. Salah satu kiat yang diberikan Rina adalah mengaplikasikan warna-warna cerah agar anak senang selama beraktivitas.
3. Terapkan fungsi ganda.
Dalam menyiasati ruang sempit, bisa dengan menerapkan fungsi ganda. Misalnya, ruang tamu yang tidak banyak digunakan menerima tamu karena pandemi dapat dimanfaatkan jadi ruang belajar.
4. Perhatikan penempatan barang.
Penting untuk menempatkan barang sesuai fungsi. Susun atau pajang benda-benda dengan rapi. Dia juga mengingatkan untuk menjaga kebersihan dan mengutamakan barang yang esensial.
5. Fokus pada aspek estetika.
Menambahkan aksesoris penunjang yang meningkatkan suasana hati memang menyenangkan, seperti foto, lukisan, tanaman, atau ornamen cantik. Akan tetapi, tetap harus fokus supaya ruangan tidak memuat terlalu banyak barang. Jangan lupa bermain dengan warna dan pastikan ada penerangan yang cukup.
Wujudkan Rumah Ramah Lingkungan
Saat ini makin banyak orang memilih menghadirkan rumah yang tidak hanya berinterior cantik tetapi juga ramah lingkungan. Beragam cara digunakan untuk mewujudkan ramah lingkungan seperti mengolah sampah kompos, menghadirkan banyak ventilasi sehingga udara segar bisa leluasa masuk hingga memasang panel surya di rumah.
Rupanya, masyarakat terbilang antusias memasang panel surya di rumah. Menurut data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), penggunaan Pembangkit Listri Tenaga Surya (PLTS) atap atau solaruv melonjak tajam dari 351 menjadi 4.028 pengguna hingga Juli 2021 yang berarti terjadi pertumbuhannya 1.000 persen lebih.
Angka ini diyakini akan terus berkembang seiring terbitnya Permenko 7 Tahun 2021 yang membuat pengembangan PLTS atap menjadi salah satu program strategis nasional dalam mencapai target bauran energi 23 persen pada tahun 2025.
Untuk Anda yang berminat pula memasang panel surya, ada baiknya memilih perangkat yang telah memiliki standard nasional. Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan, Chrisnawan Anditya menegaskan produk modul fotovoltaik silikon kristalin wajib memenuhi SNI melalui pembubuhan tanda.
Praktik seperti ini telah diterapkan oleh dunia internasional dan merujuk pada International Electrotechnical Commission (IEC). Penerapan SNI bertujuan agar masyarakat tidak dirugikan dalam memasang solaruv atau panel surya di rumahnya.
Menindaklanjuti ketentuan tersebut, PT Utomo Juragan Atap Surya Indonesia sebagai pelaku usaha penyedia jasa solusi sistem PLTS Atap nasional dengan merek Utomo SolaRUV menjadi pionir yang mendapatkan Sertifikat Produk Penggunaan Tanda SNI (SPPT SNI) di Indonesia.
“Kami sangat senang menjadi pionir pencantuman sertifikat SNI di produk pembangkit listrik tenaga matahari. Dengan SNI yang menempel di produk-produk Utomo SolaRUV, pengguna bisa yakin dan memiliki kepastian performa sehingga bisa membedakan mana produk yang abal-abal dan mana yang sudah sesuai standar,''ujar Anthony Utomo, Managing Director PT UtomoJuraganAtap Surya Indonesia, dalam keterangan pers, Kamis (16/9).
Anthony Utomo menambahkan bahwa masa depan penggunaan solaruv sangatlah cerah. Tidak hanya untuk skala rumahan, Utomo SolaRUV juga mengajak penggiat UMKM melalui Jaringan Juragan Atap Energi Surya untuk mengambil peluang bisnis energi yang baik, bersih, dan menjanjikan di tengah kebutuhan PLTS atap yang terus meningkat. “Pencantuman sertifikat SNI di produk-produk Utomo SolaRUV bisa menjadi jaminan kesuksesan mitra UMKM kami dalam menyebarkan semangat energi bersih melalui penggunaan solaruv,” tegas Anthony Utomo.
Dalam kesempatan yang sama, Fransisca Harlijanto selaku Direktur PT Frina Lestari Nusantara mengatakan bahwa sebagai produsen plastik untuk PLTS Terapung, pihaknya menilai penggunaan PLTS Atap sangat membantu dalam melakukan efisiensi perusahaan. "Energi listrik yang dihasilkan akan konsisten dan stabil sehingga bisa menghemat pengeluaran pembayaran listrik PLN,” kata Fransisca.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.