Ekonomi
Krakatau Steel: Impor Baja Masih Tinggi
Krakatau Steel dan DPR RI meminta pemerintah melakukan pengetatan impor baja.
JAKARTA — PT Krakatau Steel (Persero) Tbk menilai, perlu adanya kebijakan yang mendukung industri baja dalam negeri. Sebab, selama semester I tahun ini saja, angka impor baja masih 4,77 juta ton.
Direktur Utama Krakatau Steel (KS) Simly karim menjelaskan, realisasi impor baja di tahun ini malah lebih tinggi 16 persen dibandingkan realisasi impor pada 2020. Tercatat tahun lalu angka impor baja hanya 3,05 juta ton.
Impor baja selama paruh pertama tahun ini mencapai sebesar 5,36 miliar dolar AS atau meningkat 51,18 persen dan menempati posisi kedua komoditas impor dibandingkan dengan tahun lalu yang sebesar 3,55 miliar dolar AS. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), impor dari Cina mencapai titik tertinggi pada Desember 2020, yakni mencapai 166 persen.
Silmy menilai, untuk mendukung industri baja dalam negeri bersaing perlu dukungan serangkaian kebijakan. Terdapat dua area kebijakan yang dibutuhkan dalam meningkatkan daya saing industri besi dan baja nasional, yaitu kebijakan penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) maupun kebijakan trade remedies.
Pelaku usaha meminta agar pemerintah segera bertindak. Berdasarkan data dari Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) pada 2020, Indonesia belum banyak menggunakan instrumen trade remedies untuk melindungi industri dalam negeri.
"Peningkatan efektivitas penerapan SNI wajib, percepatan pengenaan Bea Masuk Anti-Dumping (BMAD) untuk produk cold rolled coil (CRC), cold rolled sheet, hot rolled coil, BjLAS, cold rolled stainless steel, maupun perpanjangan safeguard untuk I dan H section merupakan serangkaian kebijakan yang bisa mendukung industri baja dalam negeri," kata Silmy, akhir pekan lalu.
Upaya kompetitif KS juga dipaparkan Silmy sepanjang tahun ini. Silmy mengatakan, efisiensi dan efektivitas kerja perusahaan tecermin dalam kinerja semester I ini yang tumbuh positif.
KS berhasil menurunkan biaya operasi sebesar 28 persen sehingga mampu melakukan penghematan sebesar Rp 1,9 triliun pada 2020. Pada tahun yang sama pun emiten berkode saham KRAS tersebut berhasil mencatatkan laba sebesar Rp 333,5 miliar.
“Hasil transformasi dan efisiensi yang dilakukan menunjukkan perbaikan positif. Optimalisasi penggunaan biaya operasional untuk aktivitas produksi dan peningkatan kinerja anak perusahaan, termasuk pengembangan bisnis sangat berpengaruh memberikan kontribusi peningkatan kinerja KS,” ujar Silmy.
Wakil Ketua Komisi VII DPR Fraksi Golkar Maman Abdurahman menilai, konsumsi baja Indonesia masih sangat rendah, dengan begitu KS memiliki peluang besar meningkatkan kinerja penjualan untuk pasar domestik maupun meluaskan pasar ekspornya.
“Untuk mencapai kemandirian industri baja di Indonesia, sudah sepatutnya pemerintah turut mendukung pengetatan impor baja melalui kebijakan-kebijakan yang berpihak pada industri nasional,” kata Maman.
View this post on Instagram
Sepanjang semester I 2021 tercatat produksi baja dari 64 negara produsen baja terbesar naik 14 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu menjadi 1,0 miliar ton. Kondisi ini berpotensi memakan pasar Indonesia yang sudah terlihat dengan besarnya volume impor baja Indonesia pada semester I 2021.
Direktur Industri Logam Kementerian Perindustrian Budi Susanto menyatakan, dukungannya kepada industri baja nasional yang nantinya akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan.
“Industri baja merupakan industri strategis, industri prioritas yang memang harus kita dukung dengan kebijakan-kebijakan yang menguntungkan pelaku industri baja di Indonesia. Aktivitas perekonomian yang semakin pulih akan berdampak pada penyerapan tenaga kerja dan secara keseluruhan akan memperbaiki kondisi Indonesia pasca pandemi ini,” kata Budi.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.