Nasional
Anggaran Anak Yatim 2022 Rp 11,3 Triliun
Risma sebut anak belum sekolah butuh biaya pertumbuhan.
JAKARTA -- Kementerian Sosial (Kemensos) dan DPR telah menyepakati anggaran bansos 2022 untuk anak yatim, piatu, maupun yatim dan piatu sebesar Rp 11,3 triliun. Dana sebanyak itu akan diberikan kepada 4,05 juta anak.
Ketua Komisi VIII DPR, Yandri Susanto, mengatakan, dirinya bersama Menteri Sosial Tri Rismaharini sudah menyepakati anggaran bansos untuk anak yatim piatu 2022, beberapa waktu lalu.
"Sudah kita ketok Rp 11,3 triliun untuk 4,05 juta anak yatim," kata Yandri, saat mendampingi Risma meresmikan Sentra Kreasi Atensi Balai Karya Mulya Jaya di Pasar Rebo, Jakarta Timur, Kamis (9/9).
Yandri menerangkan, anggaran 11,3 triliun itu diperuntukkan untuk semua anak yatim piatu. Jadi, bukan hanya untuk anak yang kehilangan orang tua karena Covid-19. "Kalau yang sekarang (2021) Bu Menteri memang fokus ke anak yatim karena Covid-19 dulu," ujarnya.
Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial Kemensos, Harry Hikmat, mengatakan, jumlah calon penerima 4,05 juta anak didapat dengan mengacu pada Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS). "Kalau dihitung-hitung ada 11,3 triliun (anggaran anak yatim) untuk tahun depan," kata Harry menegaskan, pada kesempatan sama.
Sedangkan Menteri Sosial Tri Rismaharini mengatakan anak yang belum bersekolah membutuhkan biaya untuk pertumbuhan fisik dan otak. Karena itu, Kementerian Sosial menetapkan besaran dana bantuan sosial anak yatim, piatu, atau yatim dan piatu yang belum bersekolah lebih besar dibandingkan yang sudah bersekolah.
Anak yang belum bersekolah menerima Rp 300 ribu per bulan sedangkan yang sudah bersekolah Rp 200 ribu. "Karena yang balita itu kan masih butuh perkembangan sehingga dia butuh biaya untuk pertumbuhan fisiknya maupun pertumbuhan otaknya," kata Risma kepada wartawan di Jakarta, Kamis (9/9).
Harry Hikmat menambahkan, anak yang sudah bersekolah menerima bansos lebih kecil juga karena sudah mendapatkan bantuan pendidikan lewat program Kartu Indonesia Pintar (KIP). Sedangkan bansos untuk anak yatim belum bersekolah Rp 300 ribu disesuaikan dengan hasil perhitungan indeks komponen balita dalam Program Keluarga Harapan (PKH).
"Itu merupakan angka indeks yang digunakan Kementerian Sosial maupun kementerian lain untuk memberikan bantuan. Sebab, ini menyangkut ketersediaan (anggaran) negara kita, bukan tidak mau memberikan tinggi," kata Harry dalam kesempatan sama.
Kemensos sudah mulai menyalurkan bansos kepada anak yatim akibat orang tuanya meninggal karena Covid-19. Penyaluran pertama dilakukan di Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, pada 27 Agustus lalu.
Sejauh ini, Harry mengatakan, bansos sudah tersalurkan kepada 3.500 lebih anak yatim piatu di berbagai daerah. Sebanyak 3.500 anak penerima bansos itu tersebar di sejumlah daerah seperti Pekanbaru, Jakarta, Aceh, Soreang, Serang, Jember, Surakarta, Semarang. "Besok, kami akan bagikan di Banjarbaru, Kalimantan Selatan," ucapnya.
Harry menerangkan, bansos disalurkan dengan memberikan kartu ATM khusus Bank Mandiri kepada wali/pengampu masing-masing anak. Bansos diberikan selama empat bulan, yakni September, Oktober, November, Desember 2021.
Harry mengakui, jumlah penerima bansos masih sangat kecil jika dibandingkan jumlah anak yatim terdata. Hingga 7 September, Kemensos berhasil mendata 25.202 anak yatim piatu yang tersebar di seluruh provinsi. Di Jakarta, dari 2.178 anak yatim piatu terdata, bansos baru tersalurkan kepada 101 anak. "Betul, itu betul sekali (masih sangat kecil yang tersalurkan)," ucapnya.
Adapun, anggaran yang disediakan Kemensos untuk bansos anak yatim tahun 2021 sebanyak Rp 138 miliar. Harry menyebut, dana sebanyak itu cukup untuk 173 ribu anak jika diestimasikan masing-masing anak menerima Rp 200 ribu.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.