
Nasional
Dua Penyerang Pos Maybrat Ditangkap
Penyerangan di Maybrat mengakibatkan empat prajurit TNI AD gugur.
SORONG—Panglima Kodam XVIII/Kasuari Mayor Jenderal TNI I Nyoman Cantiasa menyatakan, petugas telah mengamankan dua penyerang Pos Koramil Persiapan Kisor, Distrik Aifat Selatan, Kabupaten Maybrat, Papua Barat. Penyerangan di Maybrat mengakibatkan empat prajurit TNI AD gugur.
"Mereka mengakui perbuatannya," kata Pangdam usai upacara pelepasan jenazah empat prajurit TNI AD yang meninggal dalam penyerangan Maybrat ke kampung halamannya, Jumat (3/9).
Kedua pelaku tersebut hingga saat ini masih dalam pemeriksaan pihak kepolisian. Menurut Pangdam, mereka mengakui turut mengambil bagian dalam penyerangan. "Kami belum tahu berapa banyak pelaku karena baru dua yang diamankan," ujarnya.
Pangdam mengimbau masyarakat Papua Barat yang masih berseberangan untuk menghentikan konflik, kemudian bersama-sama membangun provinsi ini demi kesejahteraan rakyat. "Apabila masih keras kepala dan terus lakukan perlawanan, akan dihancurkan," tegasnya.

Sebelumnya diberitakan, terjadi penyerangan kelompok bersenjata di Posramil Kisor, Distrik Aifat Selatan, Maybrat, Papua Barat. Penyerangan itu, terjadi pada Kamis (2/9) dini hari waktu setempat.
Penyerangan tersebut, membuat empat personil militer gugur. Keempat korban tersebut, yakni Serda Amrosius, Praka Dirham, Pratu Zul Ansari, dan Lettu Chb Dirman. Penyerang disebut berjumlah 30 orang dan bersenjatakan parang.
Sementara itu, Kapolda Papua Barat Irjen Pol Tornagogo Sihombing mengeklaim pihaknya sedang mendalami kasus penyerang Pos Koramil Persiapan Kisor Maybrat. "Dua pelaku yang sudah diamankan. Mereka saat ini sedang dalam pemeriksaan di Polres Sorong Selatan," kata Kapolda.
Sebelumnya, Juru Bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) Sebby Sambom angkat bicara mengenai penyerangan Pos Koramil di Kampung Kisor, Kabupaten Maybrat, Papua Barat, Kamis (2/9) dini hari. Sebby menyebut, pihaknya bertanggung jawab atas penyerangan yang menewaskan sejumlah anggota TNI tersebut.
"Panglima Kodap (Komando Daerah Pertahanan) 4 Sorong Raya TPNPB-OPM bertanggungjawab atas penyerangan ini dan ini adalah pembebasan nasional Papua Barat yang dilakukan oleh pimpinan dan pasukan TPN di seluruh tanah Papua di bawah Komando Nasional Panglima Jenderal Goliath Tabuni," kata Sebby dalam rekaman suara yang diterima Republika, Kamis (2/9).
Kabid Humas Polda Papua Barat AKBP Adam Erwindi mengatakan, sampai Kamis (2/9) waktu setempat, tim kepolisian bersama-sama personel Tentara Nasional Indonesia (TNI) masih memburu para pelaku penyerangan yang menewaskan empat serdadu militer tersebut.
“Kalau dari kita kepolisian, seluruh anggota dari mulai Polres, sampai Polda sudah bersinerji bersama TNI untuk melakukan pengejaran terhadap kelompok pelaku penyerangan itu,” kata Adam saat dihubungi Republika dari Jakarta, Kamis (2/9).
Kata Adam, kepolisian dalam upaya pengejaran tersebut, sebagai personel yang membantu TNI. Sebab dikatakan dia, terkait peristiwa penyerangan tersebut, saat ini masih dalam respons di TNI.
“Kita di kepolisian statusnya membantu teman-teman dari TNI. Pengejaran dilakukan mulai dari tempat terjadinya penyerangan, sampai ke beberapa wilayah yang kita duga jadi tempat pelarian. Masyarakat setempat juga kita libatkan untuk membantu,” ujar Adam.
Adam menambahkan, sampai Kamis (2/9) malam, tim bersama antara Polri dan TNI belum menemukan kemajuan dari pengejaran tersebut. Pun, kata dia, belum diketahui motif pasti dari penyerbuan itu.
“Karena ini kita dari pihak kepolisian masih menyebutnya OTK. Orang-orang yang tidak dikenal. Kita belum tahu ini, kelompok siapa, kita belum tahu. Motifnya juga belum tahu. Yang pasti kita melakukan pengejaran,” ujar Adam.
Meskipun begitu, kata dia, penyerangan ke markas militer tersebut, telah menewaskan empat orang. “Korban sudah dipastikan dari anggota TNI,” ujar Adam.
Tokoh Agama
Direktur Eksekutif Lembaga Penelitian, Pengkajian dan Pengembangan Bantuan Hukum (LP3BH), Yan Warinussy menilai, penyebab penyerangan pada Pos Persiapan Koramil Kisor, Distrik Aifat Selatan, Kabupaten Maybrat, Papua Barat harus diusut tuntas. Sebab, menurut dia, insiden ini terjadi secara tiba-tiba.

Warinussy pun belum dapat memastikan bahwa penyerangan itu dilakukan oleh kelompok kriminal bersenjata (KKB), meski sebelumnya sudah ada klaim dari juru bicara TPNPB yang menyebut bertanggung jawab atas aksi tersebut. “Jadi saya lihatnya tuh masih bisa dikatakan kelompok yang belum bisa diidentifikasi atau kelompok yang tidak dikenal,” kata Warinussy saat dihubungi Republika, Kamis (2/9).
“Menurut saya ini seperti tidak ada asap, tidak ada api, tapi tiba-tiba kok mereka menyerang. Ini patut dipertanyakan sekali apa sebabnya. Apakah ada yang mengerahkan mereka atau muncul dengan sendirinya, ada kasus lain sebelumnya misalnya, kita belum tahu,” sambungnya menjelaskan.
Ia menilai, ada beberapa hal yang dapat dilakukan pemerintah untuk menangani kasus ini. Pertama, kata dia, aparat keamanan, khususnya TNI agar tidak buru-buru membuat keputusan untuk melakukan operasi militer atau menambah jumlah pasukan di lokasi kejadian. Apalagi penyebab penyerangan ini pun belum diketahui.
“Kalau ada pengerahan pasukan bisa jadi nanti yang kita khawatirkan itu masyarakat sipilnya nanti harus mengungsi dan sebagainya, seperti yang sudah kita lihat kejadian-kejadian di Puncak, di daerah pegunungan tengah. Itu tidak boleh terjadi,” ujarnya.

Kemudian, Warinussy mengungkapkan, selama ini hubungan antara masyarakat Aifat dengan pemerintah daerah, TNI-Polri dan pimpinan agama sangat baik. Menurutnya, pemerintah maupun aparat keamanan dapat menggandeng tokoh agama di wilayah tersebut untuk mengusut kasus ini. Adapun dia menyebut, mayoritas warga di daerah Aifat beragama Katolik.
“Mungkin lewat Keuskupan Sorong melakukan pendekatan dengan bapak uskup supaya menghubungi para diaken atau pekerja-pekerja lapangannya supaya bersama-sama mencoba melakukan pendekatan dengan masyarakat untuk mengetahui siapa sebenarnya pelaku-pelaku yang melakukan ini,” tuturnya.
Selanjutnya, kata dia, yakni mendahulukan proses hukum. Ia menjelaskan, TNI dapat bekerja sama dengan polisi untuk mengungkap kasus penyerangan ini dari sisi penegakan hukum
“Jadi penegakan hukum dikedepankan supaya bisa cepat selesai dan tetap pendekatan persuasif menjadi langkah yang terakhir untuk membangun komunikasi. Sehingga bisa terjadi dialog yang setara untuk menyelesaikan masalah ini secara baik, selain proses hukum tetap jalan terhadap mereka-mereka yang melakukan ini menurut saya, tetap harus diganjar dengan hukuman yang berat,” kata Warinussy.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.