
Nasional
Anak Belum Terlindungi Optimal Selama Pandemi
Anak-anak memiliki risiko paparan yang sama terhadap Covid-19 dengan orang dewasa.
JAKARTA -- Kasus Covid-19 pada anak dipandang belum menjadi fokus utama. Program Manager Yayasan Lentera Anak, Nahla Jovial Nisa, mengungkapkan, salah satu kesulitan dalam pencegahan Covid-19 kepada anak terkait dengan belum adanya keyakinan bersama kalau anak-anak harus dilindungi dari Covid-19.
"Kesulitan dalam pencegahan Covid-19 kepada anak adalah keyakinan bersama bahwa harus melindungi (mereka) dari Covid-19. Contohnya, ada anak yang sudah memakai masker tapi temannya tidak pakai," ungkap Nahla, Kamis (2/9).
Hal tersebut dia dapatkan dari melakukan wawancara terhadap beberapa orang tua di Jakarta terkait Covid-19 dan perlindungan anak. Ia juga menemukan belum adanya pengarusutamaan anak di Satgas Covid-19 di tingkat terkecil. "Biasanya kita fokus kepada orang dewasa yang terkena, tapi bagaimana anak itu bsia dilindungi itu belum menjadi hal yang utama," kata dia.
Persoalan lain yang juga menjadi catatannya ialah belum adanya gambaran secara jelas tentang apa yang harus dilakukan apabila ada orang tua yang positif Covid-19 dan sang anak negatif.
"Anak ikut isoman (isolasi mandiri), jadi ikutan positif, atau anaknya dititip ke keluarga terdekat. Kalau tidak punya, ke mana mereka harus pergi? Kita tahu di Jakarta rumahnya tidak besar-besar. Untuk isoman tidak semuanya memadai," jelas dia.
Dari persoalan tersebut, Yayasan Lentera Anak mengeluarkan rekomendasi. Pertama, perlu adanya peningkatan tracing dan pendataan anak yang menjadi korban Covid-19. Kedua, perlu diaktifkannya Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM), Pusat Pembelajaran Keluarga (Puspaga), atau Ruang Publik Terpadu Anak (RPTRA) dan sebagainya. Selain itu, Satgas Covid-19 dengan konsentrasi ke masalah Covid-19 di anak juga perlu dibentuk.
Rekomendasi berikutnya ialah penguatan anggaran dana untuk PATBM. Terakhir, rekomendasi penyediaan tempat isoman dan dukungan isoman yang memadai untuk anak.
Konsultan Spesialis Anak, Ida Safitri Laksanawati, menyatakan, anak-anak memiliki risiko paparan yang sama terhadap Covid-19 dengan orang dewasa. Hal yang perlu diperhatikan apabila anak terkena Covid-19 adalah gejala long covid yang saat ini sudah mulai banyak dilaporkan.
Anak, kata dia, memiliki risiko yang lebih rendah ketimbang orang dewasa atau lansia. Namun, jika dibandingkan dengan sesama anak-anak, risiko anak yang lebih muda lebih tinggi untuk mendapatkan penyakit yang lebih berat. Apalagi jika anak tersebut memiliki riwayat kelahiran yang prematur karena sistem imun yang belum bekerja dengan baik.
Ida mengatakan, hal yang juga harus diwaspadai lainnya adalah mengenai obesitas serta anak dengan komorbid. "Kematian pada anak-anak terjadi pada mereka yang memiliki komorbid atau dengan penyakit yang sudah ada sebelumnya," ungkap dokter dari Universitas Gadjah Mada itu.
Terkait long covid di anak, Ida memaparkan umumnya gejala yang menetap atau berkepanjangan sifatnya ringan, tidak berat. "Sekitar 12 persen terjadi pada anak usia 2-11 tahun yang masih terus mengeluhkan keluhan-keluhan masih lemaslah, batuk, sampai lima pekan," tutur dia. Gejala long covid lain, kesulitan untuk tidur, merasa kelelahan, merasa sulit untuk berkonsentrasi, dan lainnya.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.