Ekonomi
Digitalisasi Bandara AP II Capai 60 Persen
Implementasi digitalisasi di bandara-bandara AP II sudah 50-60 persen untuk aspek pelayanan dan operasional.
JAKARTA — PT Angkasa Pura (AP) II (Persero) mengimplementasikan teknologi untuk mendukung aspek operasional, pelayanan, keamanan, dan keselamatan di seluruh bandara yang dikelolanya. Direktur Utama AP II Muhammad Awaluddin mengatakan, implementasi digitalisasi di bandara-bandara AP II saat ini sudah 50-60 persen untuk aspek pelayanan dan operasional.
“Persentase ini akan semakin meningkat cepat karena kini AP II telah memiliki sumber daya dan infrastruktur digital yang mendukung,” kata Awaluddin di Jakarta, akhir pekan lalu.
Sejalan dengan tranformasi digital, Awaluddin mengatakan, AP II mengembangkan satu model, yakni Digitally Ready for Operational and Infostructure Development (DROID) Model sebagai tulang punggung penerapan NEXT Airport 4.0. Dia menilai, bandara berkonsep NEXT Airport 4.0 adalah bandara masa depan yang selalu mengikuti perkembangan dan mengadopsi teknologi terkini.
Awaluddin menjelaskan, melalui DROID Model, AP II memperkenalkan tiga platform mobile. Platform tersebut, yaitu aplikasi Travellin untuk layanan kepada penumpang (customer experience/CX), iPerform untuk operasional (operational excellent/OX), dan Pocket Airport Collaborative Decision Making (ACDM), aplikasi untuk kolaborasi antar-stakeholder bandara (ecosystem exploration/EX).
Awaluddin menyebutkan, ada dampak positif dari penerapan ketiga platform tersebut. Beberapa di antaranya, yakni aplikasi Travelin berkontribusi dalam naiknya kepuasan pelanggan. Aplikasi iPerform juga menjadi andalan untuk efisiensi dan Pocket ACDM membuat kolaborasi di antara seluruh stakeholder bandara terkait operasional pesawat di sisi udara dapat berjalan dengan baik untuk meningkatkan prediktabilitas penerbangan.
“Penerapan teknologi dan penggunaan tiga platform mobile menjadikan pengelolaan bandara-bandara AP II efisien, optimal dan tangguh di setiap kondisi termasuk dalam merespons tantangan pandemi global Covid-19,” ujar Awaluddin.
AP II juga terus mengusung dan mengembangkan implementasi konsep smart airport yang berbasis teknologi untuk mengoptimalkan operasional bandara yang dikelolanya. Dukungan teknologi diyakini menjadi game changer di bandara.
Awaluddin mengatakan, teknologi digital sangat diperlukan dalam mentransformasi bandara menjadi smart airport. Ia menilai, dukungan teknologi baru dan kemampuan operasional yang mumpuni akan menjadi game changer industri bandara pada masa depan.
Awaluddin menyebutkan, lima game changer tersebut di antaranya differentiated airports, yaitu posisi strategis yang lebih jelas dari masing-masing bandara. Kedua, bandara sebagai tujuan belanja. Ketiga, logistik, dan e-commerce. Keempat, airports city, yaitu pengembangan sisi terpadu bandara.
Selanjutnya yang kelima adalah connected airports, yaitu transformasi digital bandara yang terhubung untuk meningkatkan efisiensi dan pengalaman yang lebih baik kepada pelanggan. Awaluddin menambahkan, AP II juga memiliki infrastruktur teknologi yang memadai untuk secara cepat mendukung regulasi baru, khususnya di tengah pandemi Covid-19.
Beberapa di antaranya, seperti kewajiban penggunaan aplikasi PeduliLindungi bagi penumpang pesawat untuk memproses keberangkatan penerbangan.
Meskipun mengakui belum semua perusahaan pelat merah mampu dan siap menjalankan transformasi digital dari hulu ke hilir, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir memastikan sejumlah program berbasis digital sudah dijalankan sebagian perseroan negara.
Erick menegaskan, bukan tidak mungkin adopsi teknologi dan digitalisasi terjadi di hampir semua klaster BUMN. Hal itu pun akan terus dikawal.
Kementerian BUMN juga mendorong transformasi digital 4.0 untuk kesiapan penilaian digital di BUMN. Erick menegaskan, komitmennya jelas, melaksanakan akselerasi digitalisasi demi menuju masa depan Indonesia yang lebih baik.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.