Olahraga
Pelarian Menegangkan Pesepak Bola Wanita Afghanistan
Nasib pesepak bola wanita Afghanistan kian nestapa setelah Taliban berkuasa.
Nasib pesepak bola wanita Afghanistan kian nestapa setelah Taliban berkuasa. Keselamatan mereka terancam oleh Taliban sehingga harus bersembunyi di negara sendiri. Oleh karena itu, Pemerintah Australia pun mengevakuasi lebih dari 50 pesepak bola wanita, mengikuti seruan dari FIFA dan FIFpro.
Paling tidak ada 77 orang, yang terdiri atas atlet Afghanistan, tim nasional, pemain muda, serta pejabat sepak bola wanita, termasuk keluarga mereka, meninggalkan Bandara Kabul dengan pesawat untuk menuju Australia.
Selama 10 hari, FIFpro, tim pengacara hak asasi manusia, dan LSM lain terus bekerja tanpa lelah, bersama mantan pelatih tim Kelly Lindsey dan Haley Carter, dalam mencari setiap jalan yang ada untuk melakukan evakuasi.
Semua pihak terus berusaha agar mereka yang berhak dievakuasi mendapatkan visa dan masuk ke dalam perimeter bandara. Para pemain dipaksa untuk mengambil kesempatan berlari melewati pos pemeriksaan Taliban.
Beberapa bahkan mengalami pemukulan dan harus menghindari tembakan untuk bisa mencapai bandara. Mantan pemain tim nasional Australia, Craig Foster dan pengacara hak asasi manusia, yang juga mantan atlet Olimpiade Nikki Dryden, hingga Direktur Human Rights for All Alison Battison memiliki peran penting dalam upaya penyelamatan.
Mereka memastikan Australia yang menjadi rute pelarian paling layak karena visa Australia dijamin untuk semua Atlet. Pemerintah Australia meminta mereka untuk melapor ke bandara.
''Para wanita muda ini, baik sebagai atlet maupun aktivis, berada dalam posisi berbahaya dan atas nama rekan-rekan mereka di seluruh dunia, kami berterima kasih kepada komunitas internasional yang membantu mereka,'' kata FIFpro, dikutip dari BBC, Rabu (25/8).
FIFpro mendesak masyarakat internasional untuk memberikan semua bantuan yang dibutuhkan pesepak bola wanita tersebut. Bukan hanya pesepak bola, banyak atlet yang nyawanya juga terancam di Afghanistan.
Mantan kapten sepak bola Afghanistan Khalida Popal menggambarkan situasi evakuasi pesepak bola, yang berisi anggota tim nasional dan pemain muda sebagai kemenangan penting. Namun, ia mengingatkan, masih banyak yang perlu dikerjakan untuk menyelamatkan orang lain dari nasib yang tidak pasti.
Khalida menyebut, pesepak bola wanita memiliki keberanian dan kekuatan saat krisis. ''Kami berharap mereka akan memiliki kehidupan yang lebih baik di luar Afghanistan,'' ujar Khalida.
Sekretaris Jenderal FIFpro Jonas Bear-Hoffmann mengungkapkan, evakuasi pesepak bola wanita harus melalui proses yang kompleks dan semua pihak harus terlibat. Pekan lalu, FIFA dan FIFpro mengirim surat kepada pemerintah di seluruh dunia untuk meminta bantuan karena para pemain khawatir dengan nyawa mereka.
Ketika Taliban merebut kekuasaan di Afghanistan pada akhir 1990-an, anak perempuan dilarang bersekolah setelah usia 10 tahun. Bahkan banyak di antara mereka dipaksa menikah di bawah umur.
Wanita juga tidak boleh meninggalkan rumah sendiri dan dipaksa mengenakan burqa. Kekuasaan tersebut berakhir pada 2001, setelah intervensi militer yang dipelopori Amerika Serikat.
"Kami berterima kasih kepada Pemerintah Australia yang telah mengevakuasi sejumlah besar pesepak bola dan atlet wanita dari Afghanistan,'' kata Jonas," dikutip dari the Guardian.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.