Internasional
Saudi dan Rusia Sepakati Kerja Sama Militer
Berdasarkan data SIPRI, senjata produksi AS telah dikirim ke 98 negara.
MOSKOW – Arab Saudi dan Rusia menandatangani perjanjian untuk meningkatkan kerja sama militer. Kesepakatan ini dijalin saat Wakil Menteri Pertahanan Arab Saudi Pangeran Khalid bin Salman bertemu Wakil Menteri Pertahanan Rusia Alexander Fomin, Senin (23/8).
"Saya menandatangani perjanjian hari ini dengan Wakil Menteri Pertahanan Rusia Jenderal Alexander Fomin antara Kerajaan dan Federasi Rusia yang bertujuan untuk mengembangkan kerja sama militer bersama kedua negara," kata Pangeran Khalid lewat akun Twitter-nya, dikutip laman Al Arabiya, Selasa (24/8).
Sebelum bertemu Fomin, Pangeran Khalid terlebih dulu melakukan pertemuan dengan Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoygu. Selain kerja sama militer, mereka turut membahas beberapa isu kawasan.
“Kami membahas upaya bersama kami untuk menjaga stabilitas dan keamanan di kawasan, serta meninjau tantangan bersama yang dihadapi bersama negara kami,” ujar Pangeran Khalid.
I signed an agreement today with the Russian Deputy Minister of Defense Colonel General Alexander Fomin between the Kingdom and the Russian Federation aimed at developing joint military cooperation between the two countries. pic.twitter.com/4gsWfp3JgK — Khalid bin Salman خالد بن سلمان (@kbsalsaud) August 23, 2021
The Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) pernah merilis data tentang ekspor-impor persenjataan secara global dalam kurun lima tahun terakhir, yakni antara 2013 hingga 2017. Data tersebut menunjukkan Timur Tengah menjadi pasar utama penjualan senjata oleh Amerika Serikat (AS) dan Eropa.
Berdasarkan data SIPRI, senjata-senjata produksi AS telah dikirim ke 98 negara. Namun sebagian besar pasokan senjatanya dikirim ke Timur Tengah yang masih dibekap konflik. SIPRI mengatakan Timur Tengah menyumbang 32 persen impor senjata secara global.
Antara tahun 2013 dan 2017, impor senjata ke Timur Tengah telah naik berlipat ganda. Selain AS, Inggris dan Prancis juga menjadi pemasok persenjataan ke wilayah tersebut. Negara yang menjadi pelanggan utama ketiga negara tadi adalah Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Mesir.
Berdasarkan laporan SIPRI, peningkatan impor senjata oleh Saudi dilakukan untuk menyokong kepentingan militernya di Yaman. Saudi telah memulai intervensi militer di negara tersebut sejak 2015.
Tujuan dari operasi militer Saudi di Yaman adalah menumpas kelompok Houthi yang didukung Iran. Pertempuran koalisi militer yang dipimpin Saudi dengan Houthi telah menyebabkan Yaman didera krisis kemanusiaan terburuk di dunia.
Peluncuran kapal
Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin meluncurkan pembangunan kapal selam nuklir canggih dan kapal perang terbaru pada Senin (23/8) waktu setempat. Peluncuran ini merupakan bagian dari upaya modernisasi militer di tengah ketegangan dengan Barat.
Berbicara dalam pengarahan secara virtual, Presiden Putin memberi perintah untuk memulai proyek pembangunan dua kapal selam nuklir yang dipersenjatai dengan rudal balistik antarbenua. Selain itu pembangunan juga untuk dua kapal selam bertenaga diesel dan dua korvet di galangan kapal di Severodvinsk, St. Petersburg dan Komsomolsk-on-Amur.
"Kami akan terus meningkatkan potensi angkatan laut Rusia, mengembangkan pangkalan dan infrastrukturnya, mempersenjatai dengan senjata canggih," kata Putin seperti dikutip laman Time of Israel, Selasa (24/8). "Rusia yang kuat dan berdaulat membutuhkan angkatan laut yang kuat dan seimbang," ujarnya menambahkan.
Kremlin telah menjadikan modernisasi militer sebagai prioritas utama sebab hubungan dengan Barat telah jatuh ke posisi terendah pasca-Perang Dingin setelah aneksasi Rusia atas Krimea Ukraina pada 2014. Moskow telah berusaha untuk membangun kembali kehadiran angkatan laut reguler di beberapa bagian dunia yang dimiliki Uni Soviet selama Perang Dingin.
Angkatan Laut Rusia sudah memiliki kehadiran besar di Laut Mediterania seperti pangkalan angkatan laut di pelabuhan Suriah Tartus. Pembangunan ini telah memperluas dan memodifikasi pangkalan Tartus, satu-satunya fasilitas yang dimiliki Rusia saat ini di luar bekas Uni Soviet.
"Kami akan terus mengibarkan bendera Rusia di wilayah laut yang penting secara strategis," kata Putin.
Upacara peluncuran pembangunan pada Senin untuk kapal-kapal baru adalah bagian dari pertunjukan Angkatan Darat 2021 yang dimaksudkan menunjukkan kekuatan militer dan menarik pelanggan asing untuk industri senjata Rusia. Pertunjukan selama seminggu ini menampilkan pesawat, tank, rudal, dan senjata lainnya.
"Banyak senjata kami memiliki kemampuan yang tidak memiliki analog di dunia, dan beberapa akan tetap tak tertandingi untuk waktu yang lama," kata Putin.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.