Pasukan militer Turki, Amerika Serikat, dan Inggris menolong seorang anak dalam evakuasi di Hamid Karzai International Airport di Kabul, Afghanistan, Jumat (20/8/2021). | AP/Staff Sgt. Victor Mancilla/U.S. Marine Cor

Kabar Utama

OKI Serukan Perdamaian di Afghanistan

Faksi pejuang Afghanistan pimpinan Ahmad Massoud menyatakan siap berperang lawan Taliban.

JEDDAH – Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) menyatakan akan berusaha membantu Afghanistan mencapai perdamaian. Kendati begitu, OKI mengingatkan agar para pemimpin di masa mendatang tetap waspada agar tak membiarkan Afghanistan dimanfaatkan sebagai tempat berlindung kelompok teroris.

“Kami mengharapkan dialog komprehensif dan rekonsiliasi nasional dari pihak-pihak berwenang di Afghanistan,” kata Sekretaris Jenderal OKI Yousef Al-Othaimeen dalam pertemuan luar biasa OKI untuk membahas situasi di Afghanistan pada Ahad (22/8).

Dia menyerukan kepada pihak yang saat ini menguasai Afghanistan untuk menghormati hukum humaniter internasional. Ia menegaskan, penduduk Afghanistan punya hak untuk hidup dan merasa aman.

Yousef pun mendorong komunitas internasional serta organisasi regional untuk segera memberikan semua dukungan dan bantuan yang diperlukan guna mengakhiri kekerasan di Afghanistan. Selain itu, untuk memastikan pemulihan keamanan, ketertiban umum, dan stabilitas tanpa campur tangan dalam urusan internalnya. "Sehingga stabilitas dan keamanan di Afghanistan dapat pulih kembali,” katanya.

Dalam komunike yang dirilis setelah pertemuan luar biasa itu, OKI mendesak kepemimpinan Afghanistan di masa depan dan masyarakat internasional bekerja sama guna memastikan negara tersebut tak lagi digunakan sebagai “markas” militan internasional. “Organisasi teroris tidak diizinkan memiliki pijakan di Afghanistan,” demikan pernyataan OKI.

photo
Pasukan Taliban berpatroli di Kabul, Kamis (19/8/2021). - (AP/Rahmat Gul)

Pada 15 Agustus lalu, Taliban berhasil menguasai ibu kota Afghanistan, Kabul, dan istana kepresidenan. Hal itu menandakan keberhasilan mereka mengambil alih kendali negara. Sejauh ini, Taliban belum mengumumkan bentuk pemerintahan baru untuk Afghanistan.

Pejabat Komisi Kebudayaan Taliban Abdul Qahar Balkhi mengatakan, pembicaraan untuk membentuk pemerintahan baru Afghanistan masih dikaji mendalam. “Konsultasi sedang berlangsung dan tentu saja itu (sistem pemerintahan) akan menjadi sistem yang inklusif. Tetapi saya tidak memiliki perincian siapa yang akan berada di pemerintahan dan siapa yang tidak akan berada di pemerintahan,” katanya saat diwawancara Aljazirah.

Komitmen untuk mendorong perdamaian di Afghanistan juga menjadi pembahasan antara Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Ahad (22/8). Mereka sepakat pentingnya kerja sama internasional membawa perdamaian serta stabilitas ke Afghanistan.

“Perdana Menteri (Johnson) berbicara kepada Presiden Turki tentang krisis di Afghanistan. Mereka membahas pentingnya masyarakat internasional bekerja sama untuk menstabilkan situasi serta mendukung warga Afghanistan di negara itu dan di kawasan tersebut,” demikain pernyataan Kantor PM Inggris, dikutip laman Yeni Safak.

Johnson dan Erdogan menekankan perlunya pemerintahan baru Afghanistan mewakili populasi yang beragam. Hak-hak perempuan serta kelompok minoritas pun perlu dilindungi. “Taliban akan dinilai berdasarkan tindakan mereka, bukan kata-katanya, dalam hal ini.”

Mereka juga sepakat bahwa negara-negara harus berkomitmen membagi beban pada bantuan dan pengungsi setelah Taliban mengambil alih Afghanistan. Johnson dan Erdogan pun satu suara mengenai pentingnya peran Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam mengoordinasikan segala upaya untuk mencegah bencana hak asasi manusia di Afghanistan

Erdogan mengatakan, negaranya tak dapat membantu Uni Eropa menampung pengungsi yang pernah bekerja untuk misi diplomatik negara-negara Benua Biru di Afghanistan. Turki telah membantu Eropa membendung arus jutaan pengungsi Suriah dengan menyediakan tempat perlindungan di perbatasannya.

“Kami telah menerima permintaan untuk menyambut karyawan lokal dari misi Uni Eropa di Afghanistan,” kata Erdogan setelah melakukan percakapan via telepon dengan Presiden Dewan Eropa Charles Michel pada Ahad kemarin, dikutip laman al-Arabiya.

Terkait permintaan itu, Erdogan justru melayangkan kritik. “Negara-negara anggota (Uni Eropa) bahkan tidak membuka pintu untuk sebagian kecil orang yang melayani mereka dan yang berada dalam kesulitan. Anda tidak bisa mengharapkan Turki mengambil tanggung jawab negara ketiga,” ujar Erdogan.

Erdogan menekankan, negaranya telah menampung sekitar lima juta pengungsi yang mayoritas berasal dari Suriah. “Turki tidak dapat mendukung beban migrasi tambahan,” ucapnya.

Siap berperang

Salah satu faksi Afghanistan pimpinan Ahmad Massoud menyatakan siap berperang melawan Taliban. Massoud menolak mematuhi ultimatum Taliban untuk menyerahkan Lembah Panjshir, daerah di utara Kabul yang menjadi basis kelompoknya.

photo
Anggota komunitas keturunan Afghanistan melakukan unjuk rasa mendukung warga Afghanistan, di Roma, Italia, Sabtu (21/8/2021). - (AP/Cecilia Fabiano/LaPresse)

“Kami menghadapi Uni Soviet dan kami akan mampu menghadapi Taliban,” kata Massoud saat diwawancara al-Arabiya, Ahad (22/8). Massoud adalah putra Ahmad Shah Massoud, pemimpin utama perlawanan anti-Soviet di Afghanistan pada era 1980-an.

Taliban telah melayangkan ultimatum kepada Massoud. Dia diminta menyerahkan Lembah Panjshir dalam empat jam. Namun, Massoud menegaskan akan menyerahkan daerah di bawah kendalinya kepada Taliban. Massoud memperingatkan perang tidak dapat dihindari jika Taliban menolak dialog.

Pekan lalu, dalam sebuah editorial di Washington Post, Massoud mengatakan, anggota militer Afghanistan telah bersatu dalam perjuangannya melawan Taliban. “Kami memiliki gudang amunisi dan senjata yang telah kami kumpulkan dengan sabar sejak zaman ayah saya,” kata Massoud dalam tulisannya untuk Washington Post. 

Dia menyebut, beberapa pasukan yang bergabung dengannya baru-baru ini juga telah membawa senjata. “Jika panglima perang Taliban melancarkan serangan, mereka tentu saja akan menghadapi perlawanan keras dari kami,” ujar Massoud. 

Sementara itu, ribuan orang dilaporkan masih berkumpul di bandara Kabul berharap bisa keluar dari Afghanistan. Hingga Ahad (22/8), masih banyak warga Afghanistan yang frustrasi hendak melarikan diri dari kekuasaan Taliban.

Aljazirah pada Senin (23/8) melaporkan, seorang saksi mata mengatakan, Taliban melepas tembakan ke udara dan menggunakan tongkat untuk memaksa warga berbaris dengan tertib di luar bandara Kabul. Sebelumnya, tentara Inggris mengatakan, tujuh orang tewas saat berdesak-desakan di gerbang bandara.

NATO menyatakan, setidaknya sudah 20 orang tewas dalam tujuh hari terakhir, baik di dalam maupun di luar bandara. Saksi mata menyebut beberapa orang ditembak dan yang lain terinjak-injak. Saksi mata juga mengatakan tidak ada laporan cedera serius saat orang bersenjata memukuli warga yang sedang berdesak-desakan.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat