Arsitektur
Istana Alcazar, Mahakarya Islam di Sevilla
Istana Alcazar adalah kompleks tempat tinggal raja yang dahulunya benteng militer.
OLEH HASANUL RIZQA
Kedaulatan Islam pernah berjaya di Semenanjung Iberia ratusan tahun lamanya. Daerah yang kini dihuni dua negara modern, Spanyol dan Portugal, itu mengalami puncak kejayaan di bawah kekuasaan Muslim.
Ketika mayoritas negeri di Benua Eropa dilanda kemunduran, wilayah yang juga disebut Andalusia itu mengalami kegemilangan peradaban, terutama selama abad kedelapan Masehi.
Jejak-jejak peninggalan Islam di Iberia tampak, antara lain, pada seni bangunan setempat. Ketika menguasai Andalusia, para sultan membangun banyak infrastruktur yang besar dan indah.
Di Asybiliyyah (Sevilla), salah satu legasi penguasa Muslim sejak era keemasan ialah Istana Alcazar. Kompleks yang dibangun pada awal abad ke-10 itu mulanya bernama al-Qashr al-Muriq. Ketika daerah tersebut jatuh ke tangan raja Kristen, namanya pun berubah menjadi Reales Alcázares de Sevilla. Sebutan Alcázares atau Alcazar adalah pelafalan orang-orang Spanyol untuk kata al-Qashr (istana).
Sevilla ditaklukkan pasukan Arab-Moor pada abad kedelapan. Hingga awal abad ke-13 M, ia menjadi sebuah kota Muslim yang bernuansa kosmopolitan. Di sana, beraneka macam kebudayaan campur-baur, saling berinteraksi, dan dilindungi aturan hukum syariat.
Robert Hillenbrand dalam bukunya yang berjudul Islamic Art and Architecture memaparkan, seni dan arsitektur Muslim dari Arab, Mesir, dan Maroko berkembang pesat di region Spanyol selatan itu.
Pada awalnya, Istana Alcazar adalah sebuah benteng pertahanan yang didirikan orang-orang Muslim Moor pada 913 M. Mereka saat itu dipimpin Abdurrahman III. Sultan itulah yang merintis kemajuan peradaban Islam di bagian Eropa tersebut.
Ketika Andalusia jatuh ke tangan Dinasti Muwahiddun pada abad ke-12, Alcazar pun berubah fungsi. Ia tidak lagi sebagai benteng militer, melainkan tempat tinggal bangsawan.
Raja Muslim saat itu lantas memerintahkan penambahan beberapa bangunan baru di dalam kompleks tersebut. Hingga akhir kekuasaan Muwahiddun, kawasan elite ini dikenal dengan sebutan Istana al-Muwarak.
Sevilla lalu jatuh ke tangan Raja Ferdinand III. Oleh penguasa Kristen dari Kastilia itu, nama istana tersebut diganti menjadi Alcazar. Sebutan itu sesungguhnya berasal dari bahasa Arab yang berarti ‘istana'.
Sejak saat itu, Istana Alcazar menjadi kediaman resmi keluarga Kerajaan Spanyol. Bahkan, hingga sekarang sejumlah bagian dari kompleks tersebut tetap dipakai kalangan elite Spanyol, khususnya saat mereka berkunjung ke Sevilla.
Dominasi peradaban Islam di Sevilla memang sudah berakhir sejak 1248 M. Akan tetapi, legasi peninggalan Muslim masih tampak jelas pada arsitektur bangunan Istana Alcazar. Jejak itu tetap membekas walaupun penampakan fisik bangunan itu sudah dicampur dengan nuansa gotik, renaisans, dan baroque.
Gabungan keempat gaya arsitektur tersebut kerap disebut sebagai corak Mudejar. Terminologi itu merupakan sebutan bagi Muslim Spanyol. Kalangan sejarawan arsitektur menilai, Istana Alcazar adalah model bagi bangunan-bangunan bercita rasa Mudejar.
Arsitektur khas Islam tampak jelas pada desain pintu masuk ke kompleks istana. Desain pintunya berhiaskan tulisan kaligrafi Arab. Hiasan serupa juga terdapat pada bagian dinding, pilar, dan atap. Melalui pintu masuk ini, kita dapat menuju ke bagian tengah istana yang juga disebut dengan Patio de las Doncellas.
Tetapi, sebelum mencapai bagian tersebut, terlebih dahulu kita akan melalui sebuah ruangan dengan langit-langit tinggi. Lantainya beralaskan marmer putih. Di dalam Patio de las Doncellas, terdapat sebuah taman. Keindahannya semakin lengkap dengan kolam air. Meskipun tidak sebesar, umpamanya, kolam di kompleks Istana Alhambra, kesan yang ditunjukkannya tetap elegan sekaligus asri.
Pilar-pilar berhiaskan tulisan kaligrafi tampak mengelilingi bagian Patio de las Doncellas. Selain kaligrafi yang menghiasi dinding pilar, juga ada keramik-keramik berornamen hiasan khas Islam.
Memang, jumlah dekorasi keramik berkaligrafi Arab itu saat ini tidak sebanyak ketika dahulu Istana Alcazar masih dikuasai Islam. Sebab, para tentara Spanyol pada abad silam menjarah bagian-bagian bangunan itu. Sebagai gantinya, raja Kristen setempat menambahkan sejumlah ornamen dengan ciri Eropa, semisal keramik mosaik-geometris azulejos.
Konsep surga
Salah satu kekhasan bangunan arsitektur Andalusia ialah pesannya yang sarat hikmah. Seperti Istana Alhambra, Alcazar pun dibangun dengan dorongan untuk “menghadirkan” surga di muka bumi.
Perancangnya telah membaca deskripsi tentang janah di dalam Alquran. Misalnya, surga digambarkan sebagai tempat yang memiliki taman-taman “yang mengalir di bawahnya sungai-sungai” (tajrii min tahtihal anhaaru). Maka, di dalam Istana Alcazar pun dilengkapi dengan taman, kolam air mancur yang mengalir, serta pepohonan yang bisa dipetik buahnya.
Bagian taman itu menghadirkan kesan asri yang selaras dengan keanggunan bangunan utama Alcazar. Nuansa hijau tidak hanya diterapkan dengan menghadirkan taman-taman di sisi eksterior.
Sebab, banyak bagian di sisi interior yang merepresentasikan bentuk-bentuk floris. Sebut saja, ukiran-ukiran yang berbentuk sulur dan dedaunan yang dibentuk dengan pola geometris.
Kesan hijau ini benar-benar ditekankan oleh sang arsitek untuk memberikan suasana surga yang tidak hanya dapat dinikmati di bagian luar bangunan, tapi juga di bagian dalam bangunan, sehingga sang arsitek berharap penghuni istana akan merasakan suasana surga di dunia dengan menghadirkan konsep tanaman pada bagian dalam dan luar bangunan.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.