Uswah
Mengabdi Lewat Batik Sukabumi
Pemudi asal Sukabumi ini melihat warisan batik di daerahnya bermanfaat bagi masyarakat.
OLEH IMAS DAMAYANTI
“Masa muda adalah masa yang berapi-api.”
Demikian kutipan lirik dari lagu Darah Muda karya musisi besar dangdut Rhoma Irama. Lirik tersebut memang cocok untuk menggambarkan geliat para pemuda, khususnya mereka yang mampu berkontribusi kepada lingkungannya.
Shafanissa Ganefiani (21 tahun) juga merasakan gairah tersebut. Pemudi asal Sukabumi ini melihat warisan batik di daerah asalnya bisa menjadi wahana yang sangat bermanfaat bagi masyarakat.
Sejak duduk di bangku SMP, Shafa, nama sapaannya, sudah fokus bergelut dengan dunia desain batik khas Sukabumi. Shafa merupakan Muslimah yang memiliki jiwa sosial tinggi. Hal ini terbukti dengan keikutsertaannya ke dalam bidang pemberdayaan batik kepada kalangan tunarungu.
“Dari SMP saya sudah mulai membatik. Dari sanalah kemudian ada niatan untuk membantu orang-orang sekitar,” kata Shafa saat dihubungi Republika, Rabu (18/8).
Minat Shafa terhadap batik dimulai dari kedekatannya dengan ibunda. Sang ibu yang memang seorang desainer batik dan pemberdaya kalangan tunarungu menjadi contoh nyata bagi Shafa untuk mengembangkan ide desain batiknya agar dapat menjajaki pasar internasional kelak.
Sebagai penggelut batik, Shafa memulai karirnya dengan menjadi model batik di sejumlah fashion show. Pada akhirnya, dia pun segera memfokuskan diri untuk terjun langsung mendesain batik sejak usianya masih belia, yakni 11 tahun.
Sebuah keputusan yang sangat amat jarang ditemui dari ukuran anak seusianya. Saat Shafa memasuki masa kuliah, dia segera memantapkan diri untuk mengambil jurusan fashion desain di bidang batik.
Dengan latar belakang dan minatnya yang kuat terhadap dunia batik, Shafa kerap mengikuti sejumlah kompetisi dan juga fashion show batik. Bagi Shafa, batik adalah warisan kebudayaan Indonesia yang perlu dilestarikan, khususnya bagi kalangan muda.
Banyak hal yang dapat dieksplorasi dari batik tentunya lewat sentuhan kekinian. “Saya mau menjadi pembatik yang bisa memberdayakan banyak orang. Baik dari sisi sosial, maupun dari sisi ekonominya,” ujar dia.
Cita-cita
Bagi Shafa, hidup adalah sebuah pengabdian. Dia meyakini apa yang dia lakukan melalui pengembangan batik kelak akan menghasilkan hal-hal positif bagi lingkungan maupun negaranya. Di usianya yang masih belia, Shafa berhasil menggelar fashion show kolektif dengan dua orang temannya.
Tema yang diangkat adalah tentang kearifan lokal batik Sukabumi. “Kita harus PD (percaya diri) dengan kebudayaan kita. Sekarang, sudah nggak zamannya malu bagi kaum muda untuk memakai batik karena pilihan modelnya juga sudah beragam,” kata Shafa.
Shafa menyebut bahwa dengan memilih desain-desain batik lokal dengan paduan modern, hal itu akan lebih membawa manfaat ekonomi yang luas. Saat ini dunia tekstil, khususnya batik, tengah diterpa cobaan pandemi Covid-19.
Meski demikian, Shafa mengungkapkan, cobaan pandemi yang seakan menghentikan sejenak segala aktivitas fashion show sejatinya adalah berkah untuk menabung berbagai macam ide kreatif.
“Sekarang, banyak banget ide-ide desain di kepala. Nanti setelah pandemi selesai, kita akan segera jalankan planning project batik lengkap dengan multiplier effect-nya. Kita harus optimistis, lewat batik kita pasti bisa buka banyak lapangan kerja,” kata dia.
View this post on Instagram
Profil
Nama lengkap: Shafanissa Ganefiani
Tempat, tanggal, lahir: Sukabumi, 10 April 2000
Riwayat pendidikan: SMAN 3 Sukabumi, Institut Seni Budaya Indonesia Bandung (2017-2021)
Riwayat aktivitas: Pengajar seni rupa SD-SMP pada penyandang disabilitas SLB dan C Budi Nurani Kota Sukabumi, pengurus Himpunan Mahasiswa Tata Rias dan Busana FSRD ISBI Bandung, creator di Astri Lestari Design (2020), Textile Disigner di Nidiya Kusmaya Studio (2021).
Prestasi: Juara favorit lomba perancang aksesori Jakarta Fashion Week (2019), Runner Up Young Potential Fashion Designer Comptetiton UI Fashion Week (2019), Pemenang Most Inspiring ABC Coffeetone x you Hijab Sketch Competiton (2019), juara 2 Eco Fashion by Astra, juara 2 fashion design Hijab Fashion Fair (2019).
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.