Inovasi
Crypto Fashion, Tren Aneh tapi Nyata
Baju yang dipakai metaverse juga merupakan simbol status bagi penggunanya.
Ketika kita membeli pakaian, atau sepatu, pastilah dengan tujuan untuk digunakan di saat yang pas. Namun, teknologi digital yang demikian berkembang, ditambah kondisi pandemi yang membuat adopsi teknologi tereskalasi secara signifikan, nampaknya menggeser gagasan tentang berbelanja.
Konsep kepemilikan barang secara virtual pun saat ini mulai dikenal. Dari yang awalnya membeli memorabilia secara digital, kini ekspansi aset digital sampai juga ke industri fashion.
Saat ini, di jagat metaverse, sebuah lingkungan daring dimana orang dapat berkumpul, berjalan-jalan, dan bersosialisasi secara virtual, terus tumbuh berbagai tren baru. Sama seperti orang yang berinteraksi di dunia fisik, orang-orang yang berada di metaverse juga sangat peduli terhadap apa yang mereka kenakan di sana.
Di platform Decentraland, misalnya. Di sana, pakaian untuk para avatar-nya, dikenal sebagai “wearables”. Berbagai pakaian ini dapat dibeli dan dijual di blockchain dalam bentuk aset kripto yang disebut non-fungible token (NFT).
Dikutip dari Reuters Senin (16/8), ketika Decentraland mengumumkan pada Juni 2021, para pengguna dapat membuat dan menjual pakaian mereka sendiri untuk dipakai avatar di situs tersebut, Hiroto Kai langsung begadang semalaman merancang pakaian yang terinspirasi dari Jepang.
Kai kemudian menjual kimono dengan harga masing-masing sekitar 140 dolar Amerika Serikat (AS), atau sekitar Rp 1,9 juta. Ia mengungkapkan, berhasil mengumpulkan 15 hingga 20 ribu dolar AS hanya dalam tiga pekan.
Salah satu pakaian yang ia desain untuk dunia virtual di Decentraland, adalah potongan beludru biru yang sangat indah dengan hiasan naga emas. Kai yang bernama asli Noah ini berusia 23 tahun.
Ia merupakan artis digital, sekaligus penggemar kebudayaan Jepang namun tinggal di New Hampshire. Setelah menghasilkan uang dalam tiga pekan, sebanyak gaji yang Kai dapatkan dalam setahun bekerja di toko musik, ia pun segera berhenti bekerja dan memutuskan menjadi desainer pakaian avatar purnawaktu.
“Ini adalah cara baru untuk mengekspresikan diri. Ketika kita memiliki sepotong pakaian, kita bisa pergi ke pesta di dalamnya, menari dan memamerkannya. Dan itu adalah simbol status,” kata Kai.
Merambah Arus Utama
Salah satu jenama ternama, Louis Vuitton milik LVMH ternyata tak ketinggalan meluncurkan gim di jagat metaverse. Di dunia virtual ini, para pemainnya dapat mengumpulkan NFT.
Merambah pasar kejagat virtual, juga dilakukan oleh nama besar lainnya, di dunia fashion. Ada juga Burberry yang telah menciptakan aksesoris NFT bermerek untuk Blankos Block Party, sebuah gim milik Mythical Games.
Gucci juga telah menjual pakaian dalam bentuk NFT untuk para avatar di dalam gim Roblox. “Avatar Anda mewakili Anda. Pada dasarnya apa yang Anda kenakan adalah apa yang membuat Anda menjadi diri Anda sendiri,” kata fashion model, sekaligus penggemar NFT yang berbasis di Miami, Imani McEwan.
McEwan menghitung, dia telah menghabiskan 15 hingga 16 ribu dolar AS untuk 70 item yang dapat dikenakan dalam bentuk NFT sejak Januari 2021. Dalam berbelanja, ia mengaku menggunakan keuntungan dari investasi/crypto currency yang ia lakoni.
Pembelian pertamanya adalah sweater bertema bitcoin. Yang terbaru, McEwan membeli aksesoris berupa baret hitam yang dirancang oleh temannya.
Menerawang Masa Depan Dunia Ritel
Saat ini, ukuran keseluruhan pasar wearables di industri NFT masih sulit ditentukan. Namun, menurut NonFungible.com, yang merupakan laman pelacak pasar NFT, di Decentraland saja, volume penjualan wearables mencapai 750 ribu dolar AS pada paruh pertama 2021.
Jumlah ini naik dari 267 ribu dolar AS pada periode yang sama tahun lalu. Beberapa pendukung utama pertumbuhan tren crypto fashion ini adalah berbelanja di toko virtual, diprediksi akan menjadi masa depan industri ritel.
Julia Schwartz selaku direktur Republic Realm, yang merupakan perusahaan yang fokus pada investasi real estat virtual, mengungkapkan, daripada menggulirkan feed dan berbelanja daring, kini kita dapat memiliki pengalaman merek yang lebih mendalam,” ujar Julia yang telah berinvestasi hingga 10 juta dolar AS untuk membangun pusat perbelanjaan di Decentraland.
Sekarang, ia melanjutkan, dengan menjelajahi ruang virtual, kita bisa berbelanja untuk keperluan avatar kita di dunia virtual, atau membeli produk fisik kemudian akan dikirimkan ke rumah, layaknya belanja daring.
Bukan Substitusi Pembelian Fisik
Makin maraknya tren membeli NFT, ternyata memiliki makna yang berbeda-beda bagi para pelaku yang berkecimpung di dalamnya. Apabila menurut investor kripto, Mark Cuban, NFT bisa menjadi solusi bagi para kolektor yang selama ini harus memikirkan secara serius bagaimana barang koleksinya tersebut akan disimpan.
Namun bagi Paula Sello dan Alissa Aulbekova, salah satu pendiri usaha rintisan mode digital Auroboros, mengatakan membeli NFT merupakan alternatif ramah lingkungan untuk industri fast fashion.
Dilansir dari The Good Trade, fast fashion adalah metode desain, manufaktur dan pemasaran yang fokus pada produksi pakaian dalam jumlah besar dan memiliki pergantian tren secepat kilat. Produksi garmen biasa menggunakan replikasi tren dan bahan berkualitas rendah untuk menghadirkan gaya yang murah kepada publik.
Kini, pelanggan dapat mengirim gambar diri mereka sendiri pada Auroboros dan menambahkan detail pakaian yang diinginkan secara digital, seharga 60 pound hingga 1.000 pound. Menurut Sello, konsep garmen virtual dapat membatasi pemborosan konsumen membeli pakaian untuk dipakai di media sosial.
Mengutip studi dari Barclaycard pada 2018, didapat data bahwa sembilan persen para konsumen di Inggris telah membeli pakaian untuk foto media sosial, lalu mengembalikannya. “Kita perlu memiliki pergeseran sekarang dalam mode. Industri seperti ini tidak bisa terus berlanjut,” ujar Sello.
Perusahaan sepatu sneaker virtual RTFKT, saat ini juga menjual NFT edisi terbatas. Berbagai produk yang dihasilkan, mewakili sepatu sneakers yang dapat dikenakan di dunia maya atau di media sosial melalui filter Snapchat.
Menurut salah satu pendiri dan CEO RTFKT, Steven Vasilev perkembangan crypto fashion saat ini tak bisa dilepaskan dari kondisi pandemi sebagai penunjangnya. “Orang kini makin berfokus pada dunia daring,” ujarnya.
RTFKT telah membukukan penjualan hingga tujuh juta dolar AS, dengan sepatu sneakers edisi terbatas yang dijual dalam berbagai lelang. Rata-rata sneakers digital yang ditawarkan, laku dengan kisaran harga antara 10 hingga 60 ribu dolar AS.
Vasilev mengungkapkan, mayoritas para pelanggannya saat ini berusia 20-an dan 30-an. Namun, ada pula beberapa yang masih berusia 15 tahun.
NFT RTFKT juga dapat digunakan sebagai token untuk mendapatkan sepatu versi fisik secara gratis. Tetapi, ternyata satu dari 20 pelanggan tidak menukarkan token tersebut dan memilih menyimpannya.
Salah satu yang menyimpan baik-baik token RTFKT adalan Jim McNelis. Menurut McNelis yang merupakan salah satu pendiri perusahaan NFT42, saat ini ia berpegang teguh pada prinsip hidupnya, bahwa ia semaksimal mungkin ingin menghindar dari kepemilikan barang secara fisik.
Mengenal Kripto Melalui Investasi
Saat ini, aset digital atau aset kripto tak bisa lepas dari kaitannya dengan bitcoin. Aset kripto pun kini makin banyak dilirik sebagai alternatif baru pilihan untuk berinvestasi untuk masa depan.
Seiring dengan meningkatnya tren dan minat investasi di Indonesia, baik Shandy Aulia maupun Jessica Iskandar tidak mau ketinggalan.
Bagi wanita yang akrab disapa Jedar ini, kemerdekaan Indonesia mesti dimaknai dengan cara yang bermakna bagi masa depannya dan sang anak, El Barack. Menurutnya, investasi menjadi hal yang penting, bukan hanya sekadar gaya hidup semata.
Baginya, hidup sebagai artis atau pekerja seni punya risikonya sendiri, untuk itu selagi masih produktif, tidak ada salahnya untuk mulai berinvestasi sejak dini. “Sekarang, kan, lagi tren generasi sandwich. Aku enggak mau di masa tua jadi seperti itu dan memberatkan anak aku kelak. Makanya aku mulai investasi dari sekarang. Supaya bisa tenang dan nyaman menjalani hari tua,” katanya.
Senada, Shandy Aulia juga memiliki keinginan serupa. Ia merasa, investasi bukan hanya berguna bagi dia dan anaknya kelak, tetapi juga persiapan di masa tua.
Dengan mempersiapkan investasi yang matang, Shandy bisa bekerja dengan nyaman sesuai passion dan menikmati masa tua yang menyenangkan. Investasi, kata dia, diperuntukkan untuk masa depan, sehingga lebih cepat lebih baik.
Saat ini, aset digital banyak menjadi pilihan para investor untuk berinvestasi. Salah satu aplikasi yang kini digunakan, adalah Zipmex.
Menurut Shandy, tak sekadar berinvestasi, tapi platform ini juga mudah dipahami, dan memiliki komunitas yang fokus pada kegiatan edukasi pasar. “Jadi bisa investasi sambil belajar,” ujarnya.
Untuk memperingati Kemerdekaan Indonesia, Zipmex menghadirkan promo Bitcoin gratis dengan total nilai Rp 1 miliar untuk seluruh pengguna baru yang mendaftar selama 17-20 Agustus 2021. Caranya sangat mudah, Anda hanya butuh membuka akun di Zipmex menggunakan kode referral MERDEKA. Saat ini, aplikasi Zipmex telah tersedia di Google Play Store maupun Apps Store.
Pandemi menjadi faktor penunjang, semakin banyak orang yang fokus pada kehidupan di dunia daring.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.