Hikmah
Kemerdekaan Hakiki
Tuhan-tuhan baru inilah yang menjerumuskan dan menjebak manusia.
Oleh ASEP SAPA'AT
OLEH ASEP SAPA'AT
Perayaan 17 Agustus adalah wajib bagi Indonesia. Sebabnya jelas, itu hari kemerdekaan negeri dari penjajahan. Lantas, apa makna kemerdekaan hakiki bagi diri? Bebas dari hawa nafsu, makna kemerdekaan hakiki bagi manusia.
Kunci kemerdekaan hakiki adalah tauhid. Dengan tauhid, selesailah segala urusan manusia. Manusia jadi bebas merdeka dari hawa nafsu. Rasa cinta (mahabbah), harap (raja’), dan takut (khauf) adalah tiga bangunan tauhid. Tiga rasa yang membuat kualitas penghambaan seseorang terus meningkat.
Cinta membuat seseorang semangat berjuang. Raja’ membuat orang tetap bergerak. Rasa takut adalah rem bagi syahwat dan penjaga hawa nafsu (Abi Kim, 2019).
Imam Ibnul Qoyyim menjelaskan bahwa barang siapa yang dapat menggabungkan perasaan cinta, harap, dan takut dalam ibadah-ibadahnya, maka ia adalah seorang yang beriman. Allah SWT berfirman: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah, dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan salat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar).” (QS al Bayyinah: 5).
Nafsu menjadi muara semua tuhan ciptaan manusia. Tuhan-tuhan baru inilah yang menjerumuskan dan menjebak manusia.
Pemenuhan hawa nafsu itulah tuhan baru manusia. Tuhan baru manusia mewujud dalam bentuk jabatan, harta, kecerdasan. Saat jadi pejabat, manusia lupa bahwa jabatan adalah amanah dan tanggung jawab.
Fasilitas menggiurkan saat menjabat menempatkan jabatan jadi Tuhan baru. Harta yang berlimpah menggoda manusia leluasa memenuhi hasrat tanpa batas, maka harta pun menjadi Tuhan.
Begitu pun dengan kecerdasan. Karena merasa cerdas, standar kebenaran pun disandarkan semata atas kehebatan akal pikirnya. Tanpa sadar, kecerdasan pun akhirnya menjadi Tuhan baru bagi manusia.
Tuhan-tuhan baru bermunculan karena hawa nafsu. Nafsu menjadi muara semua tuhan ciptaan manusia. Tuhan-tuhan baru inilah yang menjerumuskan dan menjebak manusia. Jika tak mampu mengelola nafsu, kita tak akan pernah bebas merdeka. Bahkan kita bisa celaka permanen karena mengalami kesesatan yang buruk (QS al Qashas: 50).
Mengikuti hawa nafsu akan menjadikan manusia lalai dari mengingat Allah SWT. Tetapi bagi orang beriman, nafsu dapat dikendalikan dan gagal jadi tuhan baru. Sebab panduan orang beriman, kembali pada ajaran Allah SWT dan selalu mengingat-Nya.
Allah SWT berfirman: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS ar Ra’d: 28).
Wallahu a’lam bishawab.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.