Sehat
Lakukan Ini Saat Isolasi Mandiri
Pasien Covid 19 tanpa gejala atau bergejala ringan dapat melakukan isolasi mandiri saja di rumah.
Kendati mulai menunjukkan tanda penurunan, kasus positif Covid 19 di Indonesia masih terbilang tinggi. Ini ditandai dengan kasus positif harian yang masih berada dalam kisaran di atas 20 ribu kasus tiap hari.
Untuk menghadapi ini, tak semua kasus positif Covid-19 harus berujung dengan perawatan di rumah sakit. Tak jarang ada pasien Covid-19 yang bisa sembuh dengan melakukan isolasi mandiri di rumah.
Dokter Spesialis Paru Konsultan, dr. Heidy Agustin, SpP(K) menjelaskan gejala penyakit Covid-19 beragam. Sebanyak 54 persen dengan gejala dan 46 persen tanpa gejala. Gejala paling sering adalah batuk, demam dan sesak nafas. Covid-19 juga bisa menyerang organ lain. Mulai dari otak, mata, hidung, kardiovaskular, hati, intestinal, ginjal dan neurologis. Selain itu, 31 persen pasien Covid-19 di Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet Jakarta mengalami kelainan (pneumonia) pada foto thorax.
Derajat keparahan Covid-19 dibagian dalam lima klasifikasi yaitu tanpa gejala, ringan, sedang, berat dan kritis. Pasien tanpa gejala berarti hasil swab PCR atau swab antigen dia positif namun tidak ada gejala.
Sedangkan derajat ringan, tanpa bukti pneumonia virus atau hipoksia, demam, batuk, lelah, anoreksia, napas pendek dan myalgia. Gejala tidak spesifik seperti nyeri tenggorokan, kongesti hidung, sakit kepala, diare, mual, muntah, hingga anosmia.
Menurut Ketua Kelompok Kerja (Pokja) Infeksi Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Pusat, Dr. dr. Erlina Burhan, M.Sc SpP(K), pasien Covid-19 tanpa gejala atau bergejala ringan bisa melakukan isolasi mandiri di rumah.
"Kalau Anda positif, harus isolasi mandiri jika PCR positif tanpa gejala dan bergejala tanpa sesak (gejala ringan). Anda tidak diperbolehkan isolasi mandiri kalau sesak napas. Tolong dihitung frekuensi napasnya dalam satu menit berapa tarikan napas, kalau lebih dari 24 kali tandanya Anda sesak. Dan kalau Anda saturasi oksigen kurang atau sama dengan 94 persen, saatnya Anda harus ke fasilitas kesehatan, bisa ke dokter, klinik atau rumah sakit," paparnya.
Anda juga harus isolasi mandiri apabila Anda kontak erat dengan pasien positif Covid-19 dan kontak erat dengan pasien bergejala Covid-19. "Jadi tidak harus menunggu hasil swab atau antigen, bila kontak segera isolasi mandiri. Ini demi keselamatan Anda dan orang di sekitar Anda," ujarnya.
Anda dapat melakukan isolasi mandiri bila di rumah ada ruang sendiri, terpisah dari orang lain. Selain itu, tidak serumah dengan kelompok risiko tinggi seperti lansia, bayi, orang dengan sistem imun rendah dan anggota keluarga yang punya komobiditas seperti diabetes mellitus, hipertensi, dan jantung. "Jika Anda tidak memenuhi syarat tersebut, segera kontak fasilitas kesehatan (puskesmas atau rumah sakit) terdekat Anda,'' kata dia.
Erlina menjelaskan isolasi mandiri pada pasien tanpa gejala adalah 10 hari sejak pengambilan swab, gejala ringan lakukan selama 10 hari ditambah tiga hari bebas gejala apa pun dan pasien kontak erat lakukan isolasi mandiri selama 14 hari sejak kontak dengan kasus Covid-19. Selama 14 hari adalah masa inkubasi virus, jadi akan ketahuan Anda sakit atau tidak.
"Pemeriksaan PCR di akhir isolasi mandiri tidak perlu dilakukan. Jika hasilnya positif, Anda stres sendiri. Kalaupun hasilnya positif, itu tidak masalah. Yang penting tidak ada gejala, yang ringan juga sudah tidak bergejala, sudah 13 hari sesuai dengan ketentuan. Intinya tanpa gejala, gejala ringan, tidak perlu PCR, hanya bikin stres saja, yang penting masa waktu isolasi itu dijalani," ujarnya.
Edukasi keluarga
Saat isolasi mandiri keluarga juga harus diedukasi. Memeriksakan diri ke dokter dan melapor ke dokter jika ada gejala. Keluarga juga harus selalu pakai masker, cuci tangan dan jangan sentuh wajah, serta jaga jarak minimal satu meter.
Selain itu, selalu menghibur yang sakit, berikan dukungan maksimal. Bersihkan perabotan yang sering disentuh pasien, dan ingatkan minum obat.
Selain raga yang sehat, menurutnya jiwa juga harus sehat. Untuk menjaga kesehatan jiwa sebaiknya banyak berdoa, tetap jalin komunikasi dengan komunitas beragama masing-masing. Lakukan me time seperti membaca buku, menulis jurnal, tidur lebih lama atau hobi-hobi lain namun harus tetap menjalani sesuai protokol kesehatan. Bisa juga dengan bicara dengan keluarga atau kerabat, tentunya secara daring. Selain itu kurangi paparan media sosial dan berita mengenai Covid-19.
Lakukan Ini
Apa saja yang perlu dilakukan selama isolasi mandiri? Berikut tip dari Dr. dr. Erlina Burhan, M.Sc SpP(K).
- Buka jendela kamar untuk cahaya matahari masuk dan sirkulasi udara
- Berjemur matahari selama 10-15 menit antara pukul 10.00 sampai 13.00.
- Pakai masker saat bertemu keluarga atau orang lain di rumah.
- Rutin mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau hand sanitizer.
- Jangan lupa olahraga rutin 3-5 kali seminggu.
- Makan makanan bergizi seimbang tiga kali sehari secara terpisah dengan keluarga.
- Cuci alat makan sendiri setelah selesai digunakan.
- Pisahkan cucian kotor dengan pakaian kotor keluarga lainnya.
- Bersihkan kamar setiap hari dengan menggunakan gunakan APD (minimal masker).
- Periksa suhu tubuh dan saturasi oksigen setiap pagi dan malam.
- Tidur di kamar pribadi yang terpisah dengan anggota keluarga lainnya.
- Untuk obat atau suplemen yang perlu diminum, jika tidak bergejala cukup vitamin C, vitamin D.
- Jika memiliki penyakit penyerta lanjutkan minum obat sesuai kondisi penyerta. Misalnya pasien punya hipertensi, maka konsumsi obat hipertensi dilanjutkan.
- Khusus yang gejala ringan, gunakan antivirus hanya dengan resep dokter. Pengobatan sesuai gejala misal demam maka boleh minum parasetamol.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.