Internasional
Myanmar Sebut Cina Danai 21 Proyek Junta
Oposisi junta Myanmar menuduh Cina mendukung kudeta militer yang menangkap pemimpin sipil Aung San Suu Kyi.
BEIJING – Junta militer Myanmar mengumumkan, Cina akan mentransfer uang sebesar 6 juta dolar AS. Uang tersebut untuk mendanai 21 proyek pembangunan junta.
Cina menandatangani kerja sama dengan junta militer. Cina beralasan, mereka memprioritaskan stabilitas dan tidak ingin mengintervensi urusan negeri tetangga.
Dalam pernyataannya, Rabu (11/8) Kementerian Luar Negeri Myanmar mengatakan dana yang ditransfer dari Cina akan digunakan untuk proyek dalam kerangka kerja Mekong-Lancang Cooperation. Ini adalah proyek-proyek budaya mencakup vaksinasi hewan, pertanian, ilmu pengetahuan, pariwisata, dan pencegahan bencana.
Junta Myanmar mengatakan, kesepakatan tersebut ditandatangani Duta Besar Cina untuk Myanmar pada Senin (9/11) lalu. Di media sosial Facebook, Kedutaan Besar Cina mengkonfirmasi kesepakatan tersebut.
Oposisi junta Myanmar menuduh Beijing mendukung kudeta militer yang menangkap pemimpin sipil Aung San Suu Kyi. Beijing membantah tuduhan tersebut dan mengatakan mendukung diplomasi regional untuk mengatasi krisis ini.
Pengaruh Cina di Myanmar beberapa tahun terakhir semakin kuat. Negeri Tirai Bambu membuka jalur pipa gas dan minyak di negara itu dan zona ekonomi. Beijing juga membangun pelabuhan besar di Myanmar.
Pada 1 Februari, militer Myanmar menggulingkan pemerintahan sipil hasil pemilihan umum (pemilu) pada November 2020. Militer berdalih, pemilu yang dimenangkan partai National League for Demcracy (NLD) pimpinan Aung San Suu Kyi itu dilanda kecurangan.
Sejak itu, Myanmar pun dilanda gejolak sosial dan politik, hampir setiap hari masyarakat menggelar unjuk rasa dan terjadi bentrokan antara tentara dan milisi yang terbentuk pasca-kudeta.
Organisasi aktivis Assistance Association for Political Prisoners melaporkan, hingga 10 Agustus ada 965 tewas dalam penumpasan oleh militer Myanmar. Tapi junta membantah angka tersebut dan mengatakan banyak tentara yang tewas.
Memilih melompat
Rabu (11/8) media lokal, Myanmar Now, melaporkan lima orang melompat dari atas sebuah gedung di Distrik Botahtaung, Yangon. Tiga orang dari mereka tewas. Laporan itu menunjukkan foto tiga orang berbaring tak bergerak di sebuah lorong.
Myanmar Now menambahkan, dua orang yang terluka sudah dibawa ambulan. Di media sosial Facebook, stasiun Radio Free Asia atau RFA, yang didanai Amerika Serikat (AS) melaporkan kisah mereka. Ayah dari salah satu pemuda yang meninggal dunia, Tin Zaw mengatakan kepada RFA, putranya yang berusia 27 tahun pernah ditangkap pasukan keamanan pada Februari lalu. Tapi, saat itu ia berhasil membebaskan putranya tersebut.
Ia mengatakan putranya tidak pernah tertarik pada politik sebelum militer merebut kekuasaan dari pemerintahan yang terpilih dengan sah. Tapi sejak kudeta, putranya itu memutuskan melawan junta.
"Tidak ada organisasi besar yang mendukungnya," kata Tin Zaw, sambil menambahkan ia bangga dengan anaknya itu.
Beda lagi dengan kisah Soe Myat Thu, suami dari perempuan berusia 29 tahun yang dilaporkan tewas dalam kejadiaan itu. Ia mengatakan ia belum menerima jenazah istrinya.
"Saya sangat sedih istri saya meninggal, ia meninggalkan putri kami," katanya.
Belum diketahui apa yang terjadi sebenarnya. Juru bicara militer tidak menjawab panggilan telepon untuk dimintai komentar. Tapi laporan ini mengejutkan negara yang sudah terbiasa dengan berita kematian dan kekerasan.
Meme peristiwa Selasa (10/8) itu viral di media sosial. Termasuk yang viral adalah satu gambar yang menunjukkan lima siluet orang melompat dari atas gedung ke bunga matahari.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.