Ekonomi
Perbankan Digital Melaju
Perbankan ke depan akan berpikir seperti tekfin.
JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) memprediksi transaksi perbankan digital mencapai Rp 35.600 triliun pada akhir 2021, tumbuh 30,1 persen dari tahun sebelumnya, Rp 27.036 triliun. Bank pemerintah dan BUMN juga berupaya ikut andil dalam transaksi digital tersebut.
“Outlook ekonomi dan keuangan digital (EKD) 2021 diperkirakan tetap positif pada 2021," ujar Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI Filianingsih Hendarta dalam diskusi daring, Rabu (4/8).
Peningkatan kinerja, kata dia, juga diprediksi terjadi pada transaksi e-commerce yang diproyeksikan naik 48,4 persen pada akhir 2021 atau mencapai Rp 395 triliun, dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp 253 triliun.
Menurut dia, ini ditopang tiga hal, yakni berlanjutnya shifting (pergeseran) perilaku konsumen ke arah digital, efisiensi penggunaan pembayaran digital, dan inovasi yang dilakukan oleh para pelaku loka pasar.
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk melihat tren mobile Banking perseroan dalam 17 tahun terakhir melesat ke angka 50 persen penggunaannya. Terlebih, masa pandemi Covid-19 yang membuat transaksi digital semakin melesat.
Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan, saat ini perbankan sudah mulai berlomba bertransformasi menuju digital untuk memberi layanan terbaik bagi nasabahnya, mulai dari perubahan model bisnis, scale up, hingga customer experience.
Ini dilakukan seiring meningkatnya penggunaan teknologi, dari 0,2 persen ke 50 persen, mulai dari internet banking hingga mobile banking. Menurut dia, perkembangan digital native di Indonesia didorong oleh penetrasi internet.
"Bank Mandiri jauh telah melakukan transformasi digital, bahkan jauh sebelum pandemi," ujar Andry. Di Bank Mandiri, penggunaan ATM beberapa tahun lalu masih 57,4 persen, sekarang 46 persen, bahkan kemudian turun kembali di bawah itu.
Ia menambahkan, transaksi secara digital, positif bagi pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia. Pertumbuhannya didorong lokapasar, transportasi, kuliner, travel daring, dan media daring. Selain itu sudah masuk pembayaran seperti air minum, zakat, dan pajak.
Berdasarkan big data milik Bank Mandiri, ungkap Andry, transaksi digital atau dengan internet banking tertinggi terjadi top up e-wallet yang naik hingga 9,5 kali dan pembayaran Pegadaian naik 8,7 kali pada 2021.
Karena itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meminta perbankan memiliki landasan platform berbasis digital seperti teknologi finansial (tekfin). Hal ini mengingat masyarakat lebih dekat dengan loka pasar dibandingkan bank.
Menurut Kepala Group Inovasi Keuangan Digital OJK, Triyono Gani, masyarakat memanfaatkan kredit tidak lagi harus ke bank tapi lewat basis platform digital. Juga saat ambil produk asuransi, tak harus ke perusahaan asuransi atau agennya, tapi bisa melalui aggregator.
Perbankan ke depan akan berpikir seperti tekfin meskipun landasan kerjanya perbankan. "Tak hanya mendigitalisasi proses, mengubah paradigmanya seperti tekfin. Mulai dari struktur dan alur kerjanya yang cepat, organisasi dan tim kerja, hingga kulturnya."
Melihat potensi digitalisasi meluas, Telkomsigma dan Telkom Group mendukung regulator, pelaku industri finansial dan perbankan. CEO Telkomsigma Bhimo Aryanto mengatakan, dukungan agar semua pihak dapat beradaptasi dengan transformasi digital.
"Sehingga, kita bukan menjadi korban dari pergeseran transformasi digital kareka kita mampu beradaptasi," kata Bhmo, di Jakarta, kemarin. Dengan demikian, dapat menangkap peluang dari teknologi dan preferensi pelanggan.
Menurutnya, pandemi Covid-19 berhasil mengubah lanskap banyak hal termasuk industri finansial. Pandemi juga menghasilkan peluang agar bank efisien dan lebih agile. Adopsi pembayaran digital didorong sangat cepat di masa pandemi.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.