Sehat
Imunitas Tetap Jadi Prioritas
Diperlukan upaya beragam untuk menunjang imunitas, seperti menerapkan pola hidup sehat.
OLEH ADYSHA CITRA RAMADANI
Penambahan kasus Covid-19 baru di sejumlah daerah di Indonesia saat ini masih terbilang tinggi. Sebagai antisipasi, masyarakat diharapkan sebisa mungkin beraktivitas dari rumah saja.
Meski hanya di rumah, menjaga kesehatan tetap perlu menjadi prioritas. Salah satu yang kerap dianjurkan adalah berjemur untuk mengoptimalkan imunitas. Namun, paparan sinar matahari berlebih juga sebaiknya dihindari. Apalagi ada paparan sinar ultraviolet (UV) dari matahari, seperti UVA dan UVB yang dapat memunculkan dampak negatif bagi kesehatan dan kulit.
Oleh karena itu, ahli gizi masyarakat Dr dr Tan Shot Yen MHum menganjurkan agar kegiatan berjemur dilakukan di waktu yang tepat. Mengacu pada anjuran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tan mengatakan, berjemur sebaiknya tidak dilakukan pada pukul 11.00 hingga 15.00. "Karena UVA dan UVB radiasinya terlalu kuat," ungkap dia saat dihubungi Republika, Ahad (18/7).
Anjuran senada disampaikan pula oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sejak awal pandemi Covid-19. Kemenkes menganjurkan berjemur yang baik selama 15 sampai 20 menit di antara pukul 08.00 sampai 11.00 WIB.
Dijelaskannya, berjemur utamanya untuk meningkatkan kadar vitamin D3 di dalam plasma tubuh. "Itu saja tidak bisa disebut otomatis sistem imun terjaga baik," ungkap Dr Tan.
Menurutnya, diperlukan upaya beragam untuk menunjang imunitas, seperti menerapkan pola hidup sehat. Saat inilah, kata dia, momen yang tepat untuk refleksi diri mengenai pola hidupnya, apakah sudah sehat atau belum.
Di samping itu, dia menekankan adanya "sabotase" imunitas saat pandemi Covid-19. Salah satunya adalah dari gula imbuhan pada makanan atau minuman. Gula atau pemanis dapat meningkatkan radang TNF alfa, C-reactive protein (CRP), dan IL6 yang dapat menurunkan fungsi imunitas.
Kadar gula tinggi dapat menghambat respons sel darah putih dan merusak keseimbangan bakteri usus. Rusaknya keseimbangan tersebut turut mengubah respons imun, sehingga membuat tubuh lebih mudah terpapar infeksi.
Hal lain yang juga dapat "menyabotase" kekebalan tubuh adalah produk tinggi garam yang dapat menghambat fungsi normal imunitas. Daging olahan yang diawetkan atau lemak jenuh yang tinggi pun patut diwaspadai, karena dapat mengacaukan sistem kekebalan tubuh.
Selain itu, makanan seperti gorengan, makanan cepat saji, produk ultraproses, serta karbohidrat rafinasi berpotensi mengganggu sistem kekebalan tubuh. "Mending cek dulu. Anda makan banyak 'makanan sehat', tapi apakah yang sabotasenya juga masih dikonsumsi?" ucap Tan.
Langkah yang sangat penting untuk dilakukan, lanjut dia, adalah protokol kesehatan (prokes). "Hentikan menyebar hoax yang lebih menular dan mematikan ketimbang ketularan virusnya," jawab Tan.
Hentikan menyebar hoax yang lebih menular dan mematikan ketimbang ketularan virusnya.
Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito mengungkapkan, peningkatan kasus Covid-19 belakangan ini sebagian besar adalah akibat penularan di tingkat keluarga. Itu sebabnya, dia menekankan masyarakat untuk ikut menekan klaster keluarga.
Caranya, kata dia, adalah dengan menjalankan prokes yang konsisten dan waspada tanpa rasa takut yang berlebihan. "Tidak akan bisa kita lakukan jika kita cemas atau dipenuhi rasa takut dan khawatir," tukas Prof Wiku dalam siaran Keterangan Pers, beberapa waktu lalu.
Saat ini, tambah dia, bukan saatnya untuk merasa canggung, tidak enak, atau bahkan acuh terhadap prokes. Dia berharap, masyarakat dapat bekerja sama dan kompak dalam mengendalikan laju Covid-19 dengan sungguh-sungguh.
"Semoga usaha kita bersama melawan Covid-19 dapat segera membuahkan hasil dan kondisi Covid-19 dapat segera kembali terkendali," harap Wiku.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.