Seorang jamaah berdoa usai mengikuti shalat Tarawih di Masjid Nuurusysyifaa’ Sunter Jaya, Jakarta Utara, Senin (12/4/2021) malam. Segenap doa yang kita panjatkan pada waktu-waktu mustajab menjadi kunci melawan pandemi. | REPUBLIKA

Tuntunan

Kekuatan Doa

Segenap doa yang kita panjatkan pada waktu-waktu mustajab menjadi kunci melawan pandemi.

…Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan..” (QS al-A'raf: 56).

Pandemi Covid-19 memberi ujian yang amat berat kepada manusia. Kesombongan kita ditaklukkan oleh makhluk supermini yang mampu membunuh jutaan jiwa tersebut.

Padahal, manusia pada abad digital ini diramalkan akan meraih kejayaan sempurna. Kita diprediksi mendapatkan status sebagai ‘Homo Deus’ alias ‘Manusia Dewa’ yang sukar dikalahkan oleh apa pun. Termasuk dengan makhluk yang kita namai SARS-CoV-2019.  

Faktanya jauh dari ramalan. Virus pintar itu amat cepat bermutasi sehingga sulit ditaklukkan. Kekebalan kelompok atau herd immunity lewat vaksinasi masih dalam proses pembentukan — meski vaksin diklaim menjadi jurus pamungkas untuk mengalahkan Covid-19. 

Pada masa sulit ini, sudah selayaknya kita memaksimalkan ikhtiar batin di samping terus menggenjot ikhtiar lahir lewat pelaksanaan protokol kesehatan dan vaksinasi. Segenap doa yang kita panjatkan pada waktu-waktu mustajab menjadi kunci untuk melawan makhluk Allah yang satu ini.

 
Sudah selayaknya kita memaksimalkan ikhtiar batin di samping terus menggenjot ikhtiar lahir lewat pelaksanaan protokol kesehatan dan vaksinasi.
 
 

Caranya, kita harus menyadari jika Covid-19 juga merupakan rekayasa Ilahi. Meski segenap teori konspirasi lahir bersama dengan kehadiran virus ini, sesungguhnya semua itu masih di bawah kekuasaan Allah Ta’ala.

Bukankah Allah sebaik-baiknya pembalas tipu daya? “Wa makaruu wa makarallah. Wallahu khairul makirin” Artinya: “Orang-orang kafir itu membuat tipu daya dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baiknya pembalas tipu daya.”  (QS Ali Imran: 54)

Sudah teramat jelas apa yang dikatakan Allah SWT bahwasanya segenap pihak yang kita pinta selain kepada Allah SWT tak memiliki kekuatan apapun. Dalam kacamata dunia, mereka mungkin raksasa. Namun Allah SWT bahkan menghinakan mereka yang tidak memiliki apa-apa meski hanya setipis kulit ari.

“Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tidak mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari. Jika kamu menyeru mereka, mereka tidak mendengar seruanmu, dan sekiranya mereka mendengar, mereka juga tidak memperkenankan permintaanmu.” (QS Faathir: 13-14).  

Lewat doa, para nabi dan rasul mendapatkan energi untuk menyampaikan risalah dakwah kepada kaumnya. Doa membuat kaum Nabi Nuh yang ingkar mendapat azab berupa air bah.

 
Lewat doa, para nabi dan rasul mendapatkan energi untuk menyampaikan risalah dakwah kepada kaumnya.
 
 

Doa juga yang membuat Nabi Yunus selamat dari perut hiu. Begitu juga saat Nabi Ibrahim masuk ke dalam api Raja Namrud. Dengan doanya, api itu pun menjadi dingin. Doa pun dipanjatkan Nabi Zakaria yang memohon keturunan pada usianya yang sudah renta.

Bagaimana dengan Rasulullah SAW? Beliau berdoa sepanjang malam saat orang-orang terlelap hingga kakinya pun membengkak. Rasulullah SAW tak pernah lupa berdoa untuk umatnya. Doa beliau bahkan melampaui masanya. Tidakkah Konstantinopel bisa menjadi tanah kaum Muslimin hingga saat ini berkat doa Rasulullah SAW?

Mursalim dalam Doa dalam Perspektif Alquran menjelaskan, prasyarat agar doa dikabulkan adalah merespons seruan Allah SWT. Betapa banyak doa tidak dikabulkan karena kita lalai akan seruan-Nya.

Bukankah tidak wajar manakala seseorang kerap menuntut hak tetapi melalaikan kewajiban? Karena itu, dalam QS al-Baqarah ayat 186 disebutkan: “.. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku.. “

photo
Seorang warga mengikuti doa bersama lintas agama #PRAY FROM HOME Dari Rumah Untuk Indonesia yang digelar Kementerian Agama secara daring di Kota Madiun, Jawa Timur, Ahad (11/7/2021). Dalam sambutannya Presiden Joko Widodo mengajak seluruh masyarakat untuk melakukan ikhtiar lahiriah dan batiniah dengan memanjatkan doa untuk meringankan beban dalam menghadapi pandemi Covid-19. - (ANTARA FOTO/SISWOWIDODO)

Kalimat ini memberi isyarat bahwa bisa jadi ada seseorang yang berdoa tetapi ia belum lagi dinilai berdoa oleh Allah. Yang dnilai-Nya berdoa, antara lain, adalah yang tulus mengharap hanya kepada-Nya, bukan kepada selain-Nya. Bukan juga yang menghadapkan diri kepada-Nya bersama dengan selain-Nya. 

Kita juga seyogianya meyakini doa itu akan diterima oleh Allah. Ini berarti bukan saja dalam arti mengakui keesaan-Nya, akan tetapi juga percaya bahwa Dia akan memilihkan yang terbaik untuk kita.

Boleh jadi, Allah SWT memperlakukan si pemohon seperti seorang ayah kepada anaknya. Sesekali diberi sesuai dengan apa yang diminta. Setelah itu, dia memberi yang tidak dia minta tetapi baik untuknya. Tidak jarang pula Allah menolak permintaan kita, tapi memberi sesuatu yang lebih di masa akan datang.

Nabi menekankan perlunya berdoa dengan kesungguhan hati dan kemantapan permohonan sehingga beliau mengingatkan: “Janganlah salah seorang di antara kamu berdoa, 'Ya Allah, ampunilah aku jika Engkau berkenan. Ya Allah, rahmatilah aku jika engkau berkenan.' Hendaklah dia menegaskan permohonan karena (betapapun dia menegaskan) tidak ada yang memaksa-Nya.”

 
Berdoalah dengan nama-nama Allah yang terbaik. Allah ta’ala memiliki 99 nama dengan sifat-sifat Nya yang baik.
 
 

Berdoalah dengan nama-nama Allah yang terbaik. Allah Ta’ala memiliki 99 nama dengan sifat-sifat Nya yang baik. Seyogianya, kita bisa memilih nama Allah sesuai dengan doa yang kita tuju.

“Katakanlah (Muhammad), “serulah Allah atau serulah al-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu dapat menyeru, karena Dia  mempunyai nama-nama yang terbaik dan janganlah engkau mengeraskan suaramu dalam shalat dan janganlah (pula) merendahkannya dan usahakan jalan tengah di antara kedua itu” (QS Al Isra’: 110).

Salah satu adab berdoa adalah dengan berdoa dengan suara yang lembut dan tidak bertele-tele. “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan rendah hati dan suara yang lembut. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang yang melampauhi batas.” (QS al-A'raf: 55).

Sikap ini melambangkan rasa khusyu’ dan ihklas bermohon kepada-Nya dengan suara yang tidak keras, sehingga tidak memekakkan telinga. Sudah selayaknya kita mengungkap doa dengan kerendahan hati. Sebagai hamba, harus menyadari jika kita benar-benar hina dan kecil di hadapan Allah. 

Kita pun diminta untuk berdoa dengan rasa takut dan penuh harap. Artinya, saat kita bermunajat kepada Allah harus disertai dengan rasa takut kepada Allah dan penuh harapan bahwa doa akan dikabulkan.

“…Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan..” (QS al A'raf: 56).

Wallahu a’lam.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat