Hikmah
Kurban Berbagi Kebahagiaan
Pekurban telah memberikan kebahagiaan dan kegembiraan kepada orang lain melalui daging kurban yang diberikan.
Oleh NUR FARIDAH
OLEH NUR FARIDAH
Wabah Covid-19 telah memukul sisi-sisi kehidupan kita. Banyak usaha gulung tikar, para pekerja dirumahkan, dan sulit sekali mencari lapangan pekerjaan dalam situasi seperti saat ini.
Banyak orang yang bersedih, merana, dan kehidupan ekonomi keluarga begitu berat. Dalam situasi ini, kita kembali kedatangan hari raya Idul Adha atau Idul Qurban. Hari orang beriman dianjurkan untuk berkurban, menyembelih sapi, kambing, atau domba, kemudian dibagi-bagikan ke lingkungan sekitar.
Di antara hikmah penting Idul Adha adalah memberikan kebahagiaan kepada orang lain. Idul Adha tidak sekadar upaya pendekatan diri kepada Allah atau meneladan sunah Nabi Ibrahim terhadap putranya, Nabi Ismail, yang kemudian dikukuhkan menjadi syariat Islam oleh Rasulullah.
Jadi, pahala orang yang berkurban bukan karena semata-mata mengikuti perintah Allah, tapi juga karena pelakunya telah memberikan kebahagiaan dan kegembiraan kepada orang lain melalui daging kurban yang diberikan.
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya amal yang paling dicintai Allah setelah amal wajib adalah memberikan kebahagiaan kepada sesama Muslim.” (HR ath-Thabrani). Beliau menegaskan bahwa memberikan kebahagiaan kepada orang lain, apalagi orang itu adalah saudaranya sesama Muslim, termasuk amal yang paling Allah cintai.
Pertama, hal tersebut merupakan perwujudan rasa cinta kepada saudaranya sesama Muslim. Kecintaan inilah yang oleh Rasulullah sebut sebagai salah satu sarana untuk mendapatkan lezatnya iman.
“Tiga hal yang jika dilakukan oleh seseorang, niscaya ia akan mendapatkan lezatnya iman; pertama, mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih dari cintanya kepada selain keduanya. Kedua, mencintai saudaranya karena Allah. Ketiga, benci kembali kepada kekufuran setelah Allah mengentaskannya dari sana sebagaimana ia benci dicampakkan ke dalam api neraka.” (HR al-Bukhari).
Kedua, bentuk kepedulian dan empati sosial. Kepedulian inilah yang oleh Allah sebut sebagai sikap saling menolong di antara sesama dalam hal kebaikan. Allah berfirman, “Dan, tolong-menolonglah kalian dalam kebaikan dan ketakwaan; jangan kalian tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan.” (QS al-Ma’idah [5]: 2).
Idul Adha dengan demikian mencakup dua ibadah sekaligus: ibadah mahdhah, pengabdian dan pendekatan diri kepada Allah, dan ibadah sosial atau ghair mahdhah, yaitu kepedulian sosial. Peduli kepada sesama manusia dan peduli kepada sesama saudara Muslim.
Kepedulian yang membangkitkan kesadaran untuk mencintai sesama dan memberikan kebahagiaan. Melalui pemberian daging kurban, di situ ada momen kebersamaan dan persaudaraan yang dijalin dan tak putus, meski jarak sosial pada masa pandemi ini agak direnggangkan.
Jarak sosial memang harus direnggangkan di situasi wabah saat ini. Namun, ikatan sosial dan persaudaraan di antara sesama tidak boleh terputus. Dengan protokol kesehatan, kita bisa menjalani Idul Adha dengan gembira, berbagi kebahagiaan dengan sesama. Kita berdoa kepada Allah, semoga pada Idul Adha berikutnya, situasi kembali normal dan wabah berakhir.
Wallahu a’lam.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.