Kabar Utama
Panglima-Kapolri Kawal Distribusi Obat Gratis
Daerah masih menunggu arahan pembagian obat gratis.
JAKARTA -- Program obat gratis bagi pasien Covid-19 isolasi mandiri telah diresmikan pada Kamis (15/7). Untuk memastikan ketersediaan dan distribusinya, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo, dan Kepala BNPB Ganip Warsito meninjau langsung dan mengecek gudang obat di Kodim 0618 Bandung, Jawa Barat, Jumat (16/7).
Dalam program obat gratis ini, Presiden Joko Widodo memerintahkan Panglima TNI mengoordinasikan pendistribusian obat. TNI mengomandoi pengiriman obat yang juga melibatkan pemda, pemerintah desa, hingga pengurus RT/RW.
Hadi memastikan, obat-obatan dan vitamin gratis tersimpan dengan aman dan didistribusikan tepat sasaran. "Kami ingin meyakinkan apakah sudah sampai ke tangan masyarakat yang sedang melaksanakan isolasi mandiri, apakah sesuai dengan paket-paket obat yang diberikan,” ujar Hadi dalam keterangannya, Jumat (16/7).
Menurut Hadi, paket obat dan vitamin gratis bantuan pemerintah untuk tujuh hari bagi warga isoman telah didistribusikan oleh TNI sejak Kamis (15/7) ke Jawa dan Bali. Pendistribusian dilaksanakan melalui PT Kimia Farma ke kesdam-kesdam untuk kemudian dilanjutkan ke kodim, koramil, babinsa, dan dokter puskesmas.
TNI juga akan meneruskan pembagian paket obat dan vitamin bagi warga isoman yang berada di luar Pulau Jawa dengan jumlah yang sama. Ada 300 ribu paket obat yang terdiri atas tiga jenis paket yang disiapkan pemerintah.
Paket obat bisa didapat dengan menunjukkan hasil tes PCR positif. Pendistribusian 300 ribu paket obat dan vitamin tersebut dibagi menjadi tiga tahap pengiriman dan setiap pekannya dikirim sebanyak 100 ribu paket.
Dokter puskesmas yang akan menetapkan pasien mana yang mendapatkan paket obat dan vitamin. Kemudian, bidan desa bersama babinsa akan menyerahkan kepada pasien kurang mampu yang sedang menjalani isoman di rumah masing-masing.
Efek samping dari obat tersebut juga dipantau bidan desa bersama babinsa yang akan dilaporkan secara berjenjang kepada kakesdam dan kadinkes provinsi untuk ditindaklanjuti. “Untuk penyimpanan obat-obatan dan vitamin di gudang Kodim 0618 Bandung ini sudah sesuai standar, termasuk pencatatan dan pengawasan obat yang keluar-masuk, dan koordinasi antara puskesmas, babinsa, dan bhabinkamtibmas ini sudah berjalan baik,” kata Hadi.
Panglima TNI menegaskan, puskesmas harus mempunyai basis data agar babinsa dan bhabinkamtibmas memberikan obatnya dengan pendampingan puskesmas hingga ke tangan masyarakat. “Laporkan kepada kepala puskesmas apabila mereka itu adalah OTG dan akan diberikan obat. Demikian juga yang ODG (orang dengan gejala) ringan akan diberikan obat dan tidak usah takut. Semua akan dilayani dengan baik oleh puskesmas didampingi babinsa dan bhabinkamtibmas,” tutur dia.
Saat berdialog dengan babinsa yang bertugas di gudang obat, Panglima TNI meminta babinsa tersebut mencatat data obat yang keluar dan masuk dari gudang. Sebab, babinsa berlaku sebagai kepala gudang yang mengetahui jumlah obat-obatan di sana. Berdasarkan dialog, diketahui bahwa rencana dukungan obat yang disiapkan 3.430 paket dan sudah terkumpul 620 paket.
Panglima TNI mengatakan, selain mendistribusikan 300 ribu paket obat dan vitamin gratis, TNI juga telah mengirimkan 54 tenaga kesehatan (nakes) dari siswa sekolah perwira karier (Sepa PK). Pengiriman nakes dilakukan menggunakan pesawat Hercules TNI AU ke wilayah Bandung sebanyak 15 personel, Semarang 24 personel, dan Solo 15 personel untuk melaksanakan program Serbuan Vaksinasi.
Obat gratis dari pemerintah telah diterima di sejumlah daerah, meskipun belum merata. Pasokan obat gratis salah satunya telah diterima Shelter Covid-19 Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta.
Koordinator Shelter Covid-19 UII Nur Aisyah Jamil mengatakan, ketersediaan obat disuplai penuh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Ia mengatakan, beberapa pekan terakhir sejumlah obat jenis antivirus sempat kosong dan menipis stoknya. "Syukur alhamdulillah, saat ini persediaan obat sudah terpenuhi kembali," kata Nur kepada Republika, kemarin.
Kendati demikian, pihaknya masih mengalami kesulitan untuk mengisi ulang persediaan tabung oksigen. Nur berharap ketersediaan oksigen juga dipermudah bagi pengelola Shelter Covid-19 UII.
Shelter Covid-19 UII merupakan salah satu pusat isolasi mandiri di Yogyakarta. Pasien yang masuk ke Shelter UII harus melalui rujukan dari pihak puskesmas.
Ia mengungkapkan, ada keluhan dari masyarakat terkait kesulitan menghubungi pihak puskemas. "Terlebih di luar jam kerja dan juga ketika harus menghubungi di akhir pekan," katanya.
Sekretaris Daerah DIY Kadarmanta Baskara Aji pada Kamis (15/7) mengatakan, obat untuk pasien Covid-19 yang menjalani isoman segera disalurkan. Obat tak hanya disalurkan kepada warga yang isoman di rumah, tapi juga di shelter penanganan Covid-19.
Aji menyebut, disalurkannya obat secara gratis ini diharapkan dapat mencukupi kebutuhan obat bagi pasien Covid-19 mengingat saat ini ketersediaan obat semakin menipis. Pemberian obat kepada pasien dilakukan berdasarkan data yang diperbarui setiap harinya.
Ia mengingatkan, pasien yang menjalani isoman melapor melalui puskesmas agar dapat menerima paket obat. "Yang isoman melapor ke puskesmas dan sampai ke Kodim untuk diteruskan agar nantinya (penyaluran obat) bisa diproses," katanya menjelaskan.
Di daerah lain, Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, mengaku masih menunggu arahan Pemerintah Provinsi Jawa Barat terkait obat gratis dari pemerintah pusat untuk pasien isoman. Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Tasikmalaya Asep Hendra mengatakan, berdasarkan informasi yang diterima, obat dari pemerintah pusat disalurkan melalui dua mekanisme.
Mekanisme pertama, obat disalurkan melalui TNI. Nantinya, TNI menyalurkan ke sejumlah daerah dan berkoordinasi dengan puskesmas untuk memenuhi kebutuhan pasien Covid-19 yang isoman.
Kedua, obat gratis disalurkan melalui sejumlah platform yang sudah melakukan kerja sama dengan Kementerian Kesehatan. Pasien Covid-19 yang menjalani isoman dapat mengakses sendiri obat itu melalui platform tertentu. "Pasien hanya tinggal mengunggah KTP, keterangan positif Covid-19, dan gejalanya. Nanti obatnya akan dikirim ke alamat pasien langsung," kata dia.
Namun, Asep mengatakan, layanan obat gratis dari pemerintah pusat masih belum tersedia di Kota Tasikmalaya. Pihaknya masih menunggu petunjuk teknis dari Pemprov Jabar. "Kita masih tunggu juknisnya karena kita juga melakukan pengadaan obat agar tidak tumpang-tindih," ujar dia.
Asep menyatakan, pihaknya akan mendukung penuh program penyaluran obat gratis bagi pasien isoman. Sebab, obat gratis itu dinilai sangat membantu penanganan Covid-19 di lapangan. Warga sangat berharap program obat gratis dapat berjalan baik dan terdistribusi secara merata.
Salah seorang warga Kota Tasikmalaya, Surya (56 tahun), mengatakan, obat gratis dibutuhkan karena tak semua pasien isoman memiliki kemampuan membeli obat atau vitamin secara mandiri.
Surya menceritakan, saat ini ada keluarganya yang sedang menjalani isolasi mandiri, tetapi cukup kesulitan meminta obat dari puskesmas. "Anak dan ibu saya itu positif tanpa gejala. Pernah didatangi oleh petugas puskesmas, tapi hanya melakukan pendataan," kata dia kepada Republika, Jumat (16/7).
Ia mengaku tak diberi obat atau vitamin untuk anggota keluarganya. Petugas puskesmas yang datang juga tak memberi saran terkait obat dan vitamin yang harus dikonsumsi untuk anggota keluarganya yang isoman.
View this post on Instagram
"Jadi, saya cari tahu sendiri, tanya sana-sini. Sempat dikasih oleh puskesmas, tapi seadanya. Akhirnya, saya sendiri beli vitaminnya," ujar dia.
Fadhli (26 tahun), warga DKI Jakarta, menyambut baik program obat gratis. Hanya saja, ia berharap agar jarak waktu pelaporan gejala dan penerimaan obat gratis itu bisa dilakukan dengan cepat. "Yang penting obat itu datangnya jangan lelet, jangan sampai berhari-hari setelah laporan, obat baru tiba. Gejala kan bisa tambah parah kalau tidak segera dikasih obat," kata Fadhli kepada Republika, Kamis (15/7).
Fadhli berpendapat demikian setelah berkaca pada pengalamannya meminta obat ke puskesmas. Sejak dinyatakan positif Covid-19 pada 27 Juni, Fadhli menjalani isoman di indekosnya di Palmerah, Jakarta Barat. Ia bergejala ringan. Pada 28 Juni, Fadhli berkonsultasi dengan dokter lewat salah satu aplikasi penyedia layanan kesehatan daring berbayar.
Setelah mendapat resep dokter, pada 29 Juni ia langsung memesan obat di aplikasi tersebut. Pada hari yang sama, obat langsung datang diantarkan oleh pengemudi ojek daring. "Itu saya dapat tujuh macam obat dengan biaya sekitar Rp 150 ribu," ujar Fadhli.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.