Seorang pekerja memberikan makan sapi kurban yang akan dijual di Dungingi, Kota Gorontalo, Gorontalo, Senin (12/7/2021). Sejumlah pedagang mengaku pandemi Covid-19 berdampak pada penurunan penjualan sapi yang dijual mulai harga Rp9 juta hingga Rp20 juta p | ANTARAFOTO/Adiwinata Solihin

Khazanah

Lembaga Zakat Optimistis Capai Target Kurban

Kurban menjadi ibadah yang diminati meski di tengah pandemi.

JAKARTA — Di tengah pandemi Covid-19 yang belum juga usai, lembaga-lembaga zakat tetap optimistis mampu menghimpun kurban sesuai target. Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), misalnya, berupaya menjaring pekurban melalui beragam inovasi.

"Saya optimistis (pada tahun ini). Seperti kita ketahui masyarakat Indonesia itu dermawan, rasa sosialnya tinggi, justru di tengah pandemi akan tercapai. Meskipun shalat Idul Adha tidak dilaksanakan, kurban tetap berjalan," ujar Ketua Baznas Prof Noor Achmad kepada Republika, Senin (12/7).

Ia menerangkan, kampanye kurban Baznas banyak dilakukan melalui media sosial. Selain itu, pembayaran kurban juga dipermudah.

"Kita lebih banyak menyampaikan melalui medsos, melalui e-mail dan Youtube, WA, dan semua medsos kita pakai. Kita permudah pembayaran pakai barcode,  langsung bisa online kapan saja, di mana saja," kata Noor.

Pada tahun ini, Baznas menargetkan dapat menghimpun dana kurban dari masyarakat sebesar Rp 10 miliar. Baznas pun terus berupaya agar target tersebut tercapai.

Noor juga mengungkapkan, Baznas menyalurkan kurban dalam tiga bentuk, yakni daging segar yang dipotong sesuai syariat, ada pula sejumlah uang yang diberikan di beberapa daerah, dan daging kurban yang sudah diolah dan dikemas sehingga lebih tahan lama.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Badan Amil Zakat Nasional (baznasindonesia)

Baznas juga telah meluncurkan program kurban online yang bertujuan memberi kemudahan kepada masyarakat dalam menunaikan kurban. Masyarakat dapat menunaikan ibadah kurban dengan mudah dan nyaman tanpa harus keluar rumah. Hanya dengan menggunakan telepon genggam atau perangkat komputer, masyarakat sudah bisa berkurban dan tetap menjalankan protokol kesehatan.

Optimisme juga disampaikan Direktur Fundraising Lazismu, Edi Muktiono. Dia mengakui, animo masyarakat untuk berkurban belum menunjukkan peningkatan yang berarti dibanding tahun sebelumnya. Meski begitu, secara korporasi, jumlah kurban yang diterima Lazismu tahun ini meningkat cukup signifikan.

“Kalau secara ritelnya, belum kelihatan signifikan peningkatannya, tapi kalau dari korporasinya sudah cukup meningkat. Tahun ini Lazismu bekerja sama dengan banyak korporat, seperti BUMN, BPKH, Baznas dan lain-lain, sangat meningkat dibanding tahun lalu,” kata Edi.

“Tahun lalu sapi dari korporat hanya 50 ekor, tapi tahun ini ada sekitar 300 ekor. Jadi, sangat jauh peningkatannya,” ujar dia.

Untuk menarik lebih banyak pekurban, Lazismu menyiapkan beberapa program dan inovasi terbaru, salah satunya dengan memaksimalkan digitalisasi dalam penghimpunan kurban. Melalui digitalisasi ini, pekurban tidak perlu lagi datang langsung ke gerai Lazismu atau menemui staf Lazismu.

“Namun, cukup membuka website kami Lazismu.org, kemudian melakukan transaksi di sana atau mentransfer ke nomor rekening yang tersedia untuk program kurban,” katanya menjelaskan.

Lazismu juga menyediakan layanan virtual. Melalui layanan ini, jika pekurban ingin bertanya atau berkonsultasi, bisa langsung mengakses Google Meet Lazismu. “Ada staf yang standby untuk menjawab pertanyaan calon pekurban. Ini sebuah inovasi yang perlu disediakan untuk memaksimalkan pelayanan untuk para calon donatur,” kata Edi.  

Adapun program terbaru yang ditawarkan Lazismu, yakni Kurban Siap Saji. Melalui program ini, daging kurban diolah menjadi makanan siap saji yang akan didistribusikan untuk panti asuhan, shelter Covid-19, dan para dhuafa. 

Rumah Zakat

Chief Marketing Officer Rumah Zakat, Irvan Nugraha menyampaikan ada pergeseran pada pelaksanaan kurban selama terjadi pandemi Covid-19. Dia mengatakan, jumlah Muslim yang berkurban melalui lembaga filantropi mengalami peningkatan.

"Yang menitipkan kurbannya ke lembaga-lembaga itu memang terjadi kenaikan, terutama pada PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) Darurat ini. Jadi ada pergeseran ke sana (berkurban melalui lembaga)," tuturnya, Senin (12/7).

Menurut Irvan, pergeseran itu terjadi karena dipengaruhi kebijakan PPKM Darurat. Di antaranya, karena terbatasnya aktivitas masyarakat termasuk di rumah ibadah dan dorongan untuk melakukan penyembelihan hewan kurban di Rumah Potong Hewan (RPH) bila memungkinkan.

"Ada keterbatasan untuk beraktivitas. Mau keluar untuk mencari hewan kurban pun kondisinya sekarang tidak memungkinkan. Akhirnya banyak masyarakat tetap di rumah, sehingga kurbannya dititipkan ke lembaga. Ini seperti halnya pada tahun lalu," ucapnya.

Irvan menjelaskan, pada Idul Kurban tahun lalu, tahun pertama dilanda pandemi Covid, tidak sedikit masyarakat yang memilih menitipkan hewan kurbannya ke lembaga filantropi. Selain didorong oleh situasi pandemi, kemudahan berkurban yang ditawarkan lembaga filantropi juga menjadi faktor naiknya penitipan kurban melalui lembaga.

Melalui lembaga, lanjut Irvan, kurban yang dititipkan bisa membantu masyarakat yang lebih membutuhkan terutama di daerah-daerah pelosok yang sukar dijangkau. "Pengelolaan kurban oleh lembaga dilakukan sesuai syariat di lokasi tertentu, lalu disampaikan laporannya," ucapnya.

Dalam kondisi demikian, Irvan mengingatkan, diperlukan keikhlasan dari para pekurban untuk bisa menyalurkan daging kurban ke daerah-daerah pelosok yang jauh dari domisilinya. Rumah Zakat memilih untuk mengolah daging hewan kurban menjadi daging olahan seperti kornet, yang dinamai Superqurban.

"Kita pastikan distribusinya bisa menjangkau lebih luas namun aman. Maka kami memilih untuk dikornetkan dan diolah. Ini salah satu upaya bagaimana kita mendistribusikan secara luas tapi juga aman," katanya.

Dengan demikian, Irvan menambahkan, pembagian daging kurban olahan ini tidak menimbulkan kerumunan. Daging kurban olahan itu disalurkan langsung kepada para penerima manfaat atau mustahik, dan juga mustahik yang tengah melakukan isolasi mandiri (isoman) sehingga perlu mendapat bantuan pangan.

"Rumah Zakat selama pandemi penyalurannya langsung ke rumah. Kami langsung mendatangi rumah-rumah penerima manfaat atau mustahik. Kita juga salurkan Superqurban ke mustahik yang sedang isoman, sebagai paket bantuan," imbuhnya. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat