Kitab
Buku Pandemi Karangan Ulama yang Enak Dibaca pada Masa PPKM
Buku pandemi karangan ulama menghadirkan perspektif yang luas karena didasarkan pada Alquran, hadis, dan lintas keilmuan.
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) membuat kita lebih banyak beraktivitas di rumah. Pekerjaan kantor kita selesaikan di rumah. Makan dan minum yang sebelumnya bisa dilakukan di restoran, kini juga harus di rumah. Belanja pun sebisa mungkin di rumah untuk mengurangi kontak fisik dan mencegah terpapar Covid-19.
Nah, karena aktivitas kita lebih banyak di rumah, maka salah satu cara menyegarkan pikiran dan wawasan adalah dengan membaca buku. Dan akan lebih asyik bila kita dan keluarga di rumah membaca buku yang berbeda. Setelah itu kita diskusikan bersama sambil menikmati kudapan.
Buku apa saja yang menarik dibaca di tengah pemberlakuan PPKM? Salah satunya buku yang mengupas tentang pandemi. Ada tiga buku pandemi karangan ulama yang asyik menemani kita melewati masa PPKM.
Pertama adalah Kitab Wabah dan Taun dalam Islam
Buku yang dikarang enam abad silam ini disusun oleh ulama terkemuka Ibnu Hajar Al-Asqalani. Judul aslinya Badzlul Ma’un fi Fadhli at-Thaun. Buku ini merujuk kepada sumber sejarah terkait deskripsi pandemi di banyak tempat. Ada gambaran taun pada masa rasulullah dan sahabat dan bagaimana menyikapinya.
Rujukan berikutnya adalah dari sisi ilmu kesehatan dan farmasi. Referensinya adalah kitab-kitab Ibnu Sina yang terlihat pada bagian akhir kitab karangan Ibnu Hajar ini. Selain itu ada juga rujukan Alquran, hadis, dan hokum fikih, sehingga penjelasan yang ada menjadi panduan bagaimana menyikapi dan menghadapi pandemi sesuai syariat Islam, sebagaimana yang dianjurkan Alquran dan diamalkan Rasulullah.
Buku ini cukup tebal. Versi terjemahan ke Bahasa Indonesia terdiri dari 372 halaman. Dikemas dalam sampul tebal, buku ini menjadi elegan ketika dibawa kemana pun. Alih bahasanya bagus, sehingga meski asli buku ini berbahasa Arab, versi terjemahannya dibuat dengan baik. Kalimatnya sempurna dan mudah dipahami, sehingga kita mudah menangkap maksud dan inti buku tersebut.
Kedua adalah buku karangan Zakaria Al-Anshari yang ditulis pada abad ke-15
Boleh dibilang ini adalah ringkasan Kitab Taun Al-Asqalani. Lebih tipis pastinya, karena berisikan khulashah. Salah satu bagian menarik dari buku ini adalah tentang adab menghadapi pandemi. Apa yang harus dilakukan? Apakah sekadar mengurung diri atau isolasi mandiri di rumah? Atau harus berjemur? Atau bagaimana?
Nah bagian akhir buku ini menjawab permasalahan tadi. Penjelasan buku ini lebih praktis. Banyak disertai dalil Alquran dan hadis yang aplikabel.
Oh iya, Zakaria Al-Anshari adalah hakim dan ahli fikih Madzhab Syafi’i. Dia hidup pada abad ke-15 Masehi di Mesir. Pada masa itu dia menuntut ilmu di Universitas Al-Azhar Mesir. Di antara gurunya adalah pengarang Kitab Taun Ibnu Hajar Al-Asqalani.
Ketiga adalah kitab Mukadimah Ibnu Khaldun
Ini kitab tebal yang membahas kemajuan - kehancuran peradaban dan negara. Pembahasan mengenai wabah terdapat pada Bab ketiga tentang dinasti, kerajaan, khalifah, pangkat, pemerintahan, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan itu. Juga bab keempat tentang negeri dan kota, serta semua bentuk peradaban lain. Juga terdapat gambaran kondisi di sana, pertimbangan primer dan sekunder sehubungan dengan persoalan ini.
Pembahasan dua bab ini mencakup beberapa hal. Pertama adalah peran negara menjaga stabilitas pangan di tengah wabah. Bahwa distribusi pangan harus merata dan mudah dijangkau, sehingga kebutuhan gizi masyarakat terpenuhi dan imunitas mereka terjaga dan kebal menghadapi serangan penyakit. Yang kedua berkaitan dengan tata kota. Bahwa satu gedung dan lainnya harus berjarak. Kota wajib memiliki ruang terbuka, sehingga udara mudah berganti. Udara kota menjadi segar dan masyarakat yang ada di dalamnya mudah beraktivitas.
Dalam dua bab ini, Ibnu Khaldun menceritakan wabah yang terjadi di Kota Qebes (bagian Kota Afrika). Kenapa wabah terjadi di sana? Yang menarik adalah, bagaimana Ibnu Khaldun mengkritisi kesimpulan dan argumentasi sejarawan tentang wabah yang terjadi di sana dengan cerdas.
Bukan sekadar menukil buku atau mengutip cerita-cerita masyarakat, ibnu Khaldun langsung datang ke kota tersebut dan memberikan catatan yang menarik. Apa isinya? Nah, Anda harus membacanya sendiri, karena akan panjang bila diceritakan di sini.
_PPKM akan lebih asyik bila kita jalani sambil membaca buku. Sehingga meski kegiatan terbatas di rumah, wawasan kita tidak terbatas pula, bahkan menjadi bertambah karena mendapatkan pengetahuan tentang wabah dalam pandangan Islam yang otoritatif.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.