Tajuk
Saling Membantu, Bersama-sama
Mari terus kita jalankan semangat saling menolong dan bergotong royong agar kita dapat segera melalui pandemi ini, bersama-sama.
Kasus penyebaran Covid-19 terus meningkat. Hingga Ahad (4/7), kasus positif virus korona bertambah 27.233 orang sehingga membuat jumlah kasus positif di Indonesia kini mencapai 2.284.084 kasus. Tak hanya itu, jumlah kematian Covid-19 bahkan mencatatkan rekor tertinggi sejak pertama kali diumumkan Presiden Joko Widodo pada awal Maret 2020, yaitu mencapai 555 kasus. Dengan penambahan ini, jumlah pasien Covid-19 yang meninggal dunia mencapai 60.582 orang.
Merespons angka yang terus melonjak tajam beberapa waktu belakangan, pemerintah pun mengumumkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat. Ini merupakan kelanjutan dari serangkaian kebijakan yang telah dikeluarkan pemerintah yang menggunakan berbagai nama. Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), PSBB transisi, micro lockdown, sampai PPKM mikro.
Apakah kebijakan yang kini menggunakan embel-embel nama "darurat" bakal efektif? Sepertinya, bisa kita yakini bahwa pengalaman dari kebijakan lain sebelumnya dapat menjadi gambaran. Karena pada dasarnya, apa yang dilakukan pemerintah saat ini, tidak jauh berbeda dengan yang sebelum-sebelumnya. Hanya ada sedikit perbedaan di sini dan sana.
Apalagi, pemerintah terlihat tidak bisa diandalkan dalam merespons gejolak peningkatan angka positif Covid-19. Di mana-mana, rumah sakit penuh. Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, pasien (bagaimana pun kondisinya) harus rela mengantre berjam-jam bahkan berhari-hari. Itu pun tanpa jaminan mendapatkan pelayanan yang layak karena membeludaknya pasien dan keterbatasan tenaga serta kebutuhan kesehatan lainnya.
Di mana-mana, rumah sakit penuh. Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, pasien (bagaimana pun kondisinya) harus rela mengantre berjam-jam bahkan berhari-hari.
Tak hanya yang dirawat di rumah sakit, mereka yang menjalani isolasi mandiri (isoman) juga mengalami kesulitan. Ketersediaan tabung dan isi oksigen langka. Kalaupun ada, harganya melonjak berkali-kali lipat. Obat, vitamin, dan suplemen yang dipercaya mampu mengatasi korona juga habis di pasaran. Masyarakat pun mulai panic buying.
Tak sedikit pasien Covid-19 yang harus meregang nyawa, hanya karena tidak mendapatkan oksigen atau penanganan yang layak. Di sini, sangat terasa kekosongan peran pemerintah, yang harusnya mampu menjadi pengayom bagi masyarakat yang membutuhkan. Alih-alih, masyarakat berjibaku sendiri untuk memenuhi kebutuhan kesehatannya.
Akan tetapi, harapan selalu muncul di tengah kesulitan. Pada saat sebagian masyarakat mengalami bencana, sebagian lain datang membantu. Mereka bahu-membahu untuk membantu mereka yang membutuhkan. Misalnya saja, gerakan untuk meminjamkan tabung oksigen bagi pasien Covid-19 yang menjalani isoman. Gerakan ini terus mendapatkan dukungan hingga kini telah memiliki 101 tabung, dari sebelumnya hanya 40 tabung untuk dipinjamkan.
Di tingkat masyarakat yang lebih kecil, tetangga juga saling berbagi dan membantu warga yang membutuhkan. Mulai dari menyediakan makanan, obat-obatan, masker, hingga suplemen yang dapat membantu pasien untuk meningkatkan imunitas dan mempercepat kesembuhan. Gerakan ini terjadi secara spontan dan tanpa dikoordinasi.
Ini memang merupakan salah satu karakter bangsa Indonesia yang harus terus kita pertahankan. Terutama dalam masa "darurat" seperti saat ini. Saling membantu, bergotong royong, dan bersama-sama mengulurkan tangan kepada mereka yang membutuhkan. Karena itu, jangan biarkan semangat ini berhenti. Mari terus kita jalankan semangat saling menolong dan bergotong royong agar kita dapat segera melalui pandemi ini, bersama-sama.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.