Nasional
Rumah Sakit Kekurangan Oksigen
Kasus aktif di Jakarta dalam beberapa hari ke depan diperkirakan mencapai 100 ribu kasus.
BANDUNG – Beberapa rumah sakit (RS) kekurangan pasokan oksigen hingga terpaksa menutup Instalasi Gawat Darurat (IGD) untuk sementara bagi pasien Covid-19. Penutupan kian menjadi keniscayaan ketika tenaga kesehatan (nakes) terpapar Covid-19 semakin banyak dan membuat sumber daya yang ada semakin terbatas.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung, Jawa Barat, Ahyani Raksanagara, mengatakan, terdapat dua rumah sakit yang menutup sementara IGD bagi pasien Covid-19. Salah satu rumah sakit yang menutup IGD bagi pasien Covid-19 adalah Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bandung yang dimulai Jumat (2/7) dini hari. “Yang lapor dua (IGD ditutup sementara),” kata Ahyani di Bandung, Jumat (2/7).
Sementara IGD bagi pasien Covid-19 di salah satu rumah sakit swasta di Bandung turut ditutup sementara sejak beberapa hari lalu hingga Jumat (2/7). Berdasarkan informasi yang diperoleh, rumah sakit swasta tersebut hanya melayani pasien nonCovid-19 selama penutupan sementara IGD bagi pasien Covid-19.
Ahyani mengatakan, penutupan dilakukan hingga suplai oksigen stabil kembali bagi pasien. Namun, dia memastikan, untuk layanan pasien non-Covid-19 tetap beroperasi seperti hari-hari biasa. “Yang tidak perlu oksigen jalan, setiap hari dievaluasi,” ujar dia.
Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, Rita Sobariah, mengatakan, saat ini pihaknya mulai mendapat laporan kekurangan oksigen per Jumat (2/7). Hal itu dikarenakan suplai oksigen dari distributor berkurang. “Kami sudah mengambil dari Garut sampai ke Cianjur. Tapi sama, karena semua daerah kesulitan,” kata dia.
Rita mengatakan, untuk mengatasi kekurangan itu pihaknya mencoba merujuk pasien Covid-19 yang membutuhkan oksigen ke RSUD dr Slamet. Pasalnya, di RSUD dr Slamet terdapat penampungan oksigen yang tersentral. Namun, dia menyebut, hingga kini persediaan masih terbilang cukup meski perputaran kebutuhan oksigen sangat cepat.
View this post on Instagram
“Setiap hari, misalnya di Rusun (tempat isolasi terpusat) mengisi 30 tabung, dalam waktu sehari harus sudah diisi ulang kembali. Ketika ada hambatan satu hari, tak ada pengiriman oksigen, dampaknya sangat drastis,” kata dia.
Direktur RSUD dr Slamet, Husodo Dewo Adi, mengatakan, pihaknya memiliki dua tangki penampungan oksigen. Dua tangki itu diperkirakan cukup untuk melayani pasien Covid-19 hingga tiga pekan ke depan. “Selama ini belum ada kekurangan oksigen untuk di RSUD. Kita juga minta pihak ketiga terus suplai. Jangan sampai berhenti,” kata dia.
Pemerintah diketahui telah memutuskan 90 persen produksi oksigen nasional akan digunakan untuk kebutuhan medis. Keputusan ini diambil untuk mengantisipasi situasi darurat seiring terus meningkatnya kasus positif Covid-19 dan kebutuhan oksigen di RS yang terus meningkat.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyebut, jumlah kasus aktif Covid-19 bakal melonjak jadi 100 ribu dalam beberapa hari ke depan. Saat ini, kata dia, di Jakarta terdapat 78 ribu kasus aktif (orang yang masih dirawat atau isolasi).
Ini adalah angka tertinggi sejak pandemi melanda Ibu Kota. Sebagai perbandingan, kasus aktif tertinggi di Jakarta tercatat pada Februari 2021. Saat itu, ada 27 ribu kasus aktif. “Besar kemungkinan ini mencapai 100 ribu dalam hitungan hari ke depan,” kata Anies.
Situasi darurat Covid-19 memang sedang berlangsung di Tanah Air. Seluruh puskesmas di Kota Tangerang kini telah diubah menjadi IGD. “Untuk penanganan penumpukan pasien di RS, kita jadikan puskesmas sebagai IGD 24 jam,” kata Wali Kota Tangerang Arief R Wismansyah.
Dua Pekan Lalu Rp 950 Ribu, Sekarang Rp 3 juta
Permintaan tabung oksigen melonjak signifikan sejak kasus Covid-19 ‘meledak’ sepekan terakhir. Penjual alat kesehatan di Koja, Jakarta Utara, Arios Aritonang (59 tahun), mengatakan, selama kurang lebih empat tahun berjualan alat kesehatan, baru kali ini permintaan isi ulang tabung oksigen meningkat lebih dari 10 kali lipat dari biasanya.
Aritonang mengatakan, dua pekan lalu saat kasus Covid-19 belum tinggi seperti sekarang, ia hanya mampu menjual 10 meter kubik gas oksigen per hari. “Sekarang 100 (meter) kubik bisa (habis). Kalau dikatakan, jauh lebih banyak peningkatannya,” ujar Aritonang di Koja, Jumat (2/7).
Ia menyatakan tidak menaikkan tarif isi ulang gas selama empat tahun berjualan oksigen. Apalagi pembeli yang datang banyak yang dari daerah luar Jakarta yang kehabisan stok. Tarif untuk isi ulang tabung dengan volume satu meter kubik adalah Rp 30 ribu, satu setengah meter kubik Rp 40 ribu dan dua meter kubik Rp 50 ribu.
Untuk harga tabung baru, Aritonang mengaku tak tahu harganya sekarang. Sebab, stok di tokonya pun kosong sejak dua pekan lalu. “Tapi saya lihat di (situs jual beli) online Rp 3 sampai 4 juta. Padahal dua pekan lalu masih saya jual Rp 950 ribu,” kata Aritonang.
Aritonang biasa mengambil stok oksigen dari PT Sinar Sejahtera di Semper, Cilincing, Jakarta Utara. Sekali pengambilan, biasanya Aritonang diberikan sebanyak 75 ribu meter kubik. Namun sejak Jumat (2/7) pagi, pengantaran sudah tidak ada lagi.
Dia juga kewalahan meladeni pertanyaannya di ponsel. “Banyak dari luar daerah bertanya ke kami, dari Bekasi, Bogor, Tangerang tentang tabung oksigen padahal sudah kosong barang,” kata Aritonang.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.