Kabar Utama
'Sekitar Lima Menit Kapal Miring Lalu Tenggelam'
Korban meninggal dunia tujuh orang dan masih dalam pencarian 11 orang.
GILIMANUK -- Kapal feri KMP Yunicee tenggelam di Perairan Gilimanuk, Bali, Selasa (29/6) malam. Kapal dengan rute Ketapang-Gilimanuk tersebut terseret arus dan mengalami kemiringan hingga terbalik. Berdasarkan data hingga Rabu (30/6) pagi, kecelakaan menyebabkan tujuh orang meninggal dunia.
Kepala Kantor Basarnas Bali Gede Darmada mengatakan, petugas gabungan telah mengevakuasi korban selamat sebanyak sembilan orang hingga kemarin pagi. "Korban meninggal dunia tujuh orang dan masih dalam pencarian 11 orang," kata Gede, Rabu (30/6).
Ia mengatakan, data dan jumlah korban bisa berubah melihat perkembangan tim SAR gabungan di lokasi pencarian. Saat ini, berbagai pemangku kepentingan telah mengerahkan alat, kapal, dan petugas yang dimiliki untuk melakukan proses pencarian.
Berdasarkan data yang didapat Basarnas, kapal mengangkut 57 orang, terdiri atas 13 orang kru, tiga orang petugas kantin, dan 41 orang penumpang. Kapal tersebut diketahui lepas sandar dari Pelabuhan Ketapang pada Selasa (29/6) pukul 19.06 WITA. Namun, ketika mendekati Pelabuhan Gilimanuk, kapal terbawa arus ke arah selatan, miring, dan langsung tenggelam.
"Tim terdekat yang kami kerahkan dari Pos SAR Jembrana dan Pos SAR Buleleng selanjutnya menyusul personel dari Kantor Basarnas Bali dan juga tim SAR dari Basarnas Surabaya melalui jalur laut, " katanya.
Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas III Tanjung Wangi, Banyuwangi, Letkol Marinir Benyamin Ginting mengemukakan, KMP Yunicee diduga terseret arus laut dan gelombang tinggi empat meter sebelum tenggelam.
"Saat kami melakukan pencarian korban, gelombang tinggi mencapai tiga hingga empat meter. Kemungkinan ini (gelombang) yang menyeret kapal dan tenggelam," ujar Letkol Marinir Benyamin Ginting, Selasa malam.
Ia menceritakan, saat melakukan pencarian bersama dengan tim SAR gabungan lainnya, pihaknya juga mengevakuasi anak buah kapal (ABK), yakni kepala kamar mesin KMP Yunicee. Sang kepala kamar mesin tersebut saat itu terombang ambing di tengah laut Selat Bali.
Dari kepala kamar mesin tersebut, lanjut dia, diperoleh keterangan bahwa seluruh penumpang kapal menggunakan baju pelampung. Menurut dia, kepala kamar mesin juga menyampaikan, sebelum tenggelam, kapal terseret arus laut dan ombak tinggi ke arah selatan Pelabuhan Gilimanuk.
"Kepala kamar mesin menjelaskan kepada kami, kapal tersebut yang sedang parkir dan menunggu antrean, terseret arus. Karena ombaknya besar, kemampuan mesin tidak bisa mengimbangi tingginya gelombang dan terseret. Sekitar lima menit kapal miring dan tenggelam ke sisi kiri," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Satuan Pelayanan pada Badan Pengelola Transportasi Darat (BPTD) XI Jawa Timur Rocky Surentu mengeklaim KMP Yunicee masih laik dan dari manifest tidak ada dugaan kelebihan muatan. "Di Ketapang kondisi ombak tidak tinggi, dan di tengah (Selat Bali) gelombang tinggi. Mengenai muatan kapal juga sesuai," ujarnya.
Peneliti pada Laboratorium Data Laut dan Pesisir Badan Riset dan SDM Kementerian Kelautan dan Perikanan Widodo Setiyo Pranowo memaparkan, arus laut di celah sempit antara Ketapang dan Gilimanuk bergerak menuju ke arah Selatan-Tenggara dengan kecepatan lebih dari satu meter per detik saat KMP Yunicee tenggelam.
Perhitungan tersebut berdasarkan pada hasil analisa terhadap data model pasang surut dan arus laut yang dilakukan olehnya.
Widodo mengatakan, arus tersebut lebih kencang daripada arus di Laut Bali dan sisi selatan Selat Bali. Pada saat kejadian, kondisi elevasi muka laut di Laut Bali lebih tinggi daripada elevasi muka laut di sekitar perairan rute feri Ketapang-Gilimanuk. Bahkan, elevasi muka laut di perbatasan antara Selat Bali dan Samudera Hindia jauh lebih rendah lagi.
Perbedaan ketinggian elevasi muka laut tersebut menyebabkan aliran air laut dari arah Laut Bali menuju Samudera Hindia melewati perairan Gilimanuk. Aliran air laut tersebut yang kemudian disebut sebagai arus. Widodo menjelaskan, kondisi Selat Bali memang unik dilihat dari sisi hidro-oseanografi. Selat Bali sisi utara jauh lebih sempit daripada sisi selatan yang sangat lebar. Sisi selatan Selat Bali langsung berbatasan dengan Samudera Hindia, sedangkan sisi utara berbatasan dengan Laut Bali.
Secara umum, kata dia, arus laut dibangkitkan oleh kopling antara hembusan angin dan pasang surut. Pada wilayah laut yang lebih terbuka lebar maka pengaruh hembusan angin bisa lebih dominan. Namun ia mengatakan, ketika wilayah laut lebih sempit, maka peran pasang surut muka laut cenderung lebih dominan membangkitkan arus.
Dugaan sementara penyebab KMP Yunicee oleng adalah ketika kecepatan kapal diturunkan atau dikurangi pada saat proses merapat ke Pelabuhan Gilimanuk. Kemudian, ada arus kencang dari arah utara menuju ke selatan, mendorong lambung kapal, sehingga menyebabkan stabilitas kapal terganggu, sehingga kapal oleng dan miring.
Beban di atas kapal bergeser semua ke sisi miring yang kemudian menyebabkan kapal tenggelam. "Namun, dugaan tersebut masih perlu untuk diinvestigasi secara lebih lanjut lagi," katanya.
Evaluasi
Ketua DPR RI Puan Maharani menyampaikan ungkapan duka cita atas peristiwa tenggelamnya KMP Yunicee. Ia meminta otoritas terkait untuk terus mencari penumpang KMP Yunicee yang sampai saat ini belum ditemukan. "Saya meminta pencarian korban terus dilakukan," imbuhnya.
Politikus PDIP itu juga meminta otoritas berwenang mencari tahu penyebab karamnya KMP Yunicee tersebut. Evaluasi juga harus dilakukan untuk memperbaiki tata kelola angkutan kapal yang menjadi sarana transportasi masyarakat.
Ia menegaskan, peraturan kelayakan kapal dan peraturan keselamatan kapal harus ditaati sepenuhnya. Selain itu, harus dipastikan bahwa anak buah kapal (ABK) harus terlatih dengan baik saat menghadapi situasi darurat.
“Ke depannya transportasi di laut harus lebih aman dan nyaman, harus lebih siap pada antisipasi dan proses evakuasi penumpang jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,” katanya.
Komisi V DPR yang membidangi sektor transportasi meminta Kementerian Perhubungan (Kemenhub) melakukan investigasi secara menyeluruh untuk mengetahui penyebab tenggelamnya KMP Yunicee. "Kalau memang ada kelalaian pejabat di situ, kemudian kalau itu memang ada unsur kesengajaan dari unsur perusahaan, menteri harus bertindak tegas," kata Ketua Komisi V Syarief Abdullah Alkadrie saat dihubungi Republika, Rabu (30/6).
Dia juga meminta Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) untuk turun tangan melakukan investigasi atas peristiwa ini. Politikus Partai Nasdem itu menilai perlu ada pembenahan secara keseluruhan di sektor angkutan laut.
"Kita berharap ada perbaikan transportasi, terutama transportasi laut karena sering terjadi hal-hal seperti ini. Kita harus berani mereformasi kelemahan-kelemahan yang terjadi, termasuk di sektor angkutan laut ini," tegasnya.
Komisi V DPR, kata dia, akan meminta laporan secara terperinci kepada dirjen terkait ihwal peristiwa ini pada saat rapat kerja. Syarief mengatakan Komisi V tidak bisa mendatangi lokasi peristiwa karena kendala Covid-19.
"Sebenarnya Komisi V kalau tidak terkendala persoalan Covid-19 ini ya mungkin kita berangkat ke lokasi untuk mengetahui lebih detail. Tentu ini lewat telepon, lewat apa juga saya akan menghubungi dirjen," tuturnya.
Perbaiki Standar Operasional Kapal
Dosen teknik perkapalan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) I Ketut Aria Pria Utama menilai pemerintah perlu meningkatkan standar operasional kapal penyeberangan. Perbaikan ini agar kecelakaan yang menimpa kapal motor penumpang (KMP) Yunicee tak terulang.
Ketut pun menyoroti mengenai cepatnya KMP Yunicee terbalik sehingga akhirnya tenggelam. Berdasarkan keterangan kepala kamar mesin yang berhasil selamat dari peristiwa, kapal terbawa arus dan miring selama menit sebelum tenggelam.
Berdasarkan foto KMP Yunicee yang ia lihat, pintu rampa kapal sudah ditutup dengan kedap dan sesuai dengan standar. "Kenapa kapal itu bisa tenggelam, hanya ada satu jawaban, yakni air masuk. Hanya, bagaimana caranya air masuk. Ada beberapa kemungkinan soal itu," kata Ketut, di Surabaya, Rabu (30/6).
Ketut yang juga Vice President the Royal Institution of Naval Architects (RINA) Regional Asia itu mengatakan, ada bukaan di KMP Yunicee yang dapat ditutup saat musim dingin. Sementara di Indonesia, bukaan tersebut dibuka agar ada angin yang masuk daripada harus memasang AC yang ongkosnya mahal.
Menurut dia, bukaan tersebut ada ketentuannya. Tidak boleh terlalu banyak dan terlalu lebar. "Sebab jika ada gelombang besar, maka air akan masuk ke bukaan tersebut dan membuat kapal terbalik. Tapi kalau dia kandas, ada sisi lain yang mengenai kapal dan membuatnya robek. Apalagi peristiwa terbaliknya sangat cepat," katanya.
Ia kemudian mencontohkan peristiwa tenggelamnya kapal pesiar mewah Costa Concordia dari Italia. Kapal pesiar tersebut terbalik dan tenggelam di perairan yang dangkal. Setelah dicek, ada bagian kapal yang menabrak bagian pantai sehingga kapal robek.
"Kalau itu terjadi perlu adanya standar dari pemerintah yang diubah. Bagaimana operasi kapal, jumlah kapal yang dapat beroperasi," katanya.
Terkait kondisi KMP Yunicee, ia melihat kapal tersebut sudah tua dan kurang terawat. "Usia kapal memberi pengaruh terhadap ketenggelamannya. Tentu perlu survei dari PT Biro Klasifikasi Indonesia (BKI)," ujarnya.
Dijelaskannya, secara umum umur rata-rata kapal feri adalah 20 tahun, sementara di luar negeri hanya 10 tahun dan dijual.
Tetapi jika dirawat dengan baik, kata dia, maka kapal bisa dioperasikan sampai 5-10 tahun ke depan. "Setahu saya, KMP Yunicee ini pun bukan kapal baru karena dibeli dari Korea Selatan," katanya.
PT Jasa Raharja Cabang Bali memastikan adanya santunan bagi seluruh penumpang yang menjadi korban KMP Yunicee yang mengalami kecelakaan di Perairan Selat Bali pada Selasa (29/6) malam.
Kepala Cabang PT Jasa Raharja Bali Dwi Sasono mengatakan, pihaknya langsung bergerak menuju lokasi untuk melakukan pendataan terhadap korban kecelakaan.Dia menegaskan seluruh penumpang KMP Yunicee yang menjadi korban berada dalam jaminan Jasa Raharja.
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 15 Tahun 2017, bagi korban meninggal dunia, ahli waris berhak menerima santunan sebesar Rp 50 juta. Sedangkan untuk korban yang mengalami luka-luka akan mendapatkan biaya perawatan maksimal Rp 20 juta.
Dwi menambahkan, Jasa Raharja juga berupaua melakukan pelayanan yang cepat. "Dalam memberikan pelayanan, kami juga mengedepankan transformasi digital pelayanan, melalui sistem yang terintegrasi," ujarnya. Dengan demikian, menurut dia, memudahkan Jasa Raharja agar hak masyarakat atas santunan dapat diterima dengan cepat dan tepat.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.