Olahraga
Oh Mbappe!
Saya hanya ingin membantu tim, tapi saya gagal.
BUKAREST – “Saya minta maaf atas kegagalan penalti itu…. Semua ini akan membuat saya sulit untuk tidur.” Pernyataan penuh penyesalan ini disampaikan oleh Kylian Mbappe melalui akun Instagram, Selasa (29/6).
Hati Mbappe terpuruk. Membuang sejumlah peluang pada waktu normal 24 menit serta gagal menjadi algojo pada adu tos-tosan melawan Swiss di Stadion National Arena, Bukarest, telah membuat timnas Prancis tersingkir dari babak 16 besar Euro 2020. Les Bleus menyerah 4-5 pada adu penalti kepada Swiss usai di waktu normal kedua tim bermain imbang 3-3.
Ungkapan penuh penyesalan itu sungguh patut disampaikan Mbappe. Sebelum turnamen ini dihelat, semua mata tertuju pada sosok Mbappe. Namanya pun digadang bakal menjadi pemain bintang, termasuk harganya yang bakal melangit pada bursa transfer musim panas ini. Sebuah pamor yang memang pantas disematkan jika berkaca pada penampilan Mbappe di Piala Dunia 2018 maupun aksinya bersama Paris Saint-Germain (PSG).
Kala itu, di usianya yang baru 19 tahun, Mbappe mendapat ganjaran sebagai pemain muda terbaik Piala Dunia 2018 karena berperan mengantarkan Prancis menjadi juara. Kontribusinya nyata, empat gol dari enam kesempatan tampil sebagai starter. Setahun berikutnya, predikat sejenis juga diberikan oleh FIFA kepada Mbappe.
Namun, semua pencapaian itu seperti bangunan tanpa fondasi yang kokoh. Aksinya di Euro 2020 seperti bumi dan langit jika dibanding dengan Piala Dunia tiga tahun silam.
Di Euro 2020, Mbappe bermain tanpa ada gol, dikritik lebih mengedepankan ego pribadi, hingga menjadi sosok yang susah diatur. Tak heran kalau kemudian media terkemuka asal Prancis, L’Equippe, memberikan judul utamanya tentang Mbappe, “Terjatuh dari tempat yang begitu tinggi”.
Inilah sebuah drama yang pastinya akan sulit dilupakan bagi karier Mbappe di masa mendatang. “Saya hanya ingin membantu tim, tapi saya gagal,” katanya. “Ini adalah salah satu risiko dari olahraga yang sangat saya cintai ini.”
Kendati begitu, pelatih Prancis, Didier Deschamps, tentu tidak mau kian menjatuhkan mentalitas Mbappe. Deschamps menegaskan, semua pemain tidak akan menyalahkan Mbappe atas kegagalannya mengeksekusi penalti.
''Seperti halnya pemain lain, dia sangat sedih. Namun, tidak ada satu pun dari tim ini yang kecewa pada dirinya karena dia berani mengambil risiko dan tanggung jawab untuk mengeksekusi tendangan penalti kelima,'' tutur Deschamps di laman resmi UEFA.
Dukungan terhadap Mbappe pun diungkapkan oleh legenda sepak bola internasional dan timnas Brasil, Pele. Mantan pemain yang digadang-gadang sebagai pesepak bola terbaik sepanjang sejarah itu meminta Mbappe untuk tidak terlalu terpukul dan segera bangkit.
''Tetap angkat kepalamu, Kylian. Besok adalah hari pertama dalam perjalanan baru Anda,'' tulis Pele dalam unggahan di akun Twitter.
Mentalitas Swiss
Di sisi lain, pujian tentu tidak bisa dilepaskan dari performa Swiss di laga tersebut. Setelah sempat tertinggal dua gol pada babak kedua, Swiss tak menyerah dengan menyarangkan dua gol balasan pada 10 menit terakhir. Keberhasilan menyamakan skor 3-3 itulah yang membuat laga harus dilanjutkan dengan adu penalti.
''Laga ini benar-benar emosional, bahkan terlalu emosional buat kami,'' kata pelatih Swiss, Vladimir Petkovic.
Bagi Swiss, keberhasilan melaju ke babak perempat final Piala Eropa ini menjadi kali pertama di sepanjang sejarah tampil di turnamen ini. Tak heran juga jika Granit Xhaka menjadi sangat termotivasi untuk menghadapi lawan berikutnya, yakni Spanyol.
''Bisa bangkit seperti ini, mengalahkan juara dunia, dan menunjukkan semangat dan mentalitas yang kuat, saya benar-benar bangga menjadi bagian dari tim ini. Kini, kami akan menghadapi Spanyol dan itu akan sulit, tapi kami akan terus bermimpi,'' ujarnya.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.