Opini
Memberantas Premanisme
Premanisme umumnya tumbuh subur tatkala kondisi ekonomi memburuk.
BAGONG SUYANTO, Dekan FISIP Universitas Airlangga
Batas kesabaran pemerintah terhadap ulah premanisme tampaknya habis. Tak kurang, Presiden Joko Widodo mengaku resah dengan premanisme yang kian merajalela.
Setelah mendengar keluhan para sopir truk soal preman di Tanjung Priok, Jakarta Utara, Presiden langsung menelepon Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo. Pesan singkat yang disampaikan, agar keluhan para sopir korban pemalakan preman segera diselesaikan.
Merespons perintah Presiden, polisi bergerak dan menangkap –preman-preman yang selama ini beroperasi di Tanjung Priok. Bahkan, tak hanya di Tanjung Priok, kapolri mengeluarkan perintah agar aksi premanisme di berbagai daerah segera ditangani.
Kapolri telah memberikan arahan kepada seluruh polda dan polres untuk memberantas aksi premanisme. Kapolri meminta polisi bersikap tegas karena preman dinilai sudah meresahkan dan mengganggu masyarakat.
Dalam kehidupan masyarakat urban, preman bagian dari aktivitas shadow economy yang muncul seiring meningkatnya angka urbanisasi.
Daya tarik
Saat ini, paling tidak 49 preman telah ditangkap di kawasan Tanjung Priok. Di berbagai daerah, aparat kepolisian menangkap preman yang selama ini memalak dan mendukung praktik pungutan liar.
Berbeda dengan penjahat kelas kakap yang menyasar korban masyarakat golongan menengah ke atas, preman sering menyasar masyarakat kelas menengah ke bawah.
Dalam kehidupan masyarakat urban, preman bagian dari aktivitas shadow economy yang muncul seiring meningkatnya angka urbanisasi. Ruang gerak preman biasanya pada sektor informal kota, profesi yang lebih banyak mengandalkan otot dan keberanian.
Preman adalah kelompok masyarakat marginal kota yang muncul akibat kerasnya persaingan hidup. Ketika kaum migran yang bermigrasi ke kota besar tak terserap perekonomian firma, pilihan yang tersedia akhirnya sektor informal, baik legal maupun ilegal.
Kaum migran yang terjun ke dunia premanisme dapat eksis asalkan memiliki kohesi sosial kuat pada kelompoknya.
Ada sejumlah daya tarik dunia premanisme bagi kalangan marginal kota. Pertama, fleksibilitas dan daya serap sektor ini yang sangat terbuka. Siapa pun, sepanjang memiliki keberanian, kesetiaan, maka niscaya terserap dan menjadi preman.
Tanpa harus memiliki keterampilan dan keahlian khusus, kaum migran yang terjun ke dunia premanisme dapat eksis asalkan memiliki kohesi sosial kuat pada kelompoknya.
Kedua, jaminan keamanan dan perlindungan dari kelompoknya yang kuat. Aksi premanisme bukanlah aksi individual. Ini dunia kerja yang melibatkan dukungan kelompok dan solidaritas sosial yang kuat dengan sesamanya.
Dalam kehidupan sehari-hari, ketika preman menghadapi lawan dan tekanan, mereka umumnya justru makin solid. Perlindungan dari kelompok dan patron yang bertindak sebagai penjamin keamanan anggotanya, membuat premanisme sulit dihilangkan.
Ketiga, jaminan keuntungan ekonomis yang diperoleh dari profesi ilegal ini. Menjadi preman banyak menawarkan keuntungan ekonomis karena tidak terkena kewajiban membayar pajak, dan hasil yang diperoleh pun cukup besar dan berkelanjutan.
Sekelompok preman yang menguasai dan menjamin keamanan sebuah wilayah, mendapatkan dana rutin dalam bentuk uang keamanan dari para pemilik toko dan usaha di wilayah itu.
Tanpa bersusah payah menghasilkan produk tertentu dan memasarkannya, lewat ancaman yang dikombinasikan dengan perlindungan, preman memperoleh pemasukan yang menjamin hidup keluarga dan kelompoknya.
Apakah dengan tindakan tegas menangkap dan menembak preman akan membuat premanisme benar-benar tiarap selamanya? Ternyata tidak.
Akar masalah
Untuk memberantas premanisme hingga akar-akarnya, harus diakui bukan hal mudah. Tindakan aparat kepolisian menangkap preman di berbagai wilayah, tidak sekali dua kali dilakukan.
Bahkan, pada era Orde Baru, aksi premanisme yang meresahkan ditaklukkan dengan sikap tegas seperti melalui operasi petrus (penembak misterius). Zaman dulu, tak sedikit preman ditembak di tempat tanpa melalui proses persidangan.
Apakah dengan tindakan tegas menangkap dan menembak preman akan membuat premanisme benar-benar tiarap selamanya? Ternyata tidak. Mungkin benar, saat operasi penertiban digelar aksi premanisme akan surut.
Namun, dalam proses perkembangannya, yang terjadi biasanya adalah stamina aparat berkurang dan teralihkan isu-isu lain yang tak kalah penting.
Dalam situasi politik yang belum sepenuhnya demokratis dan aparat juga belum bertindak benar-benar konsisten serta berkelanjutan dalam menangani premanisme, ulah yang meresahkan dari para preman biasanya lebih sulit diberantas.
Pengalaman membuktikan, premanisme umumnya tumbuh subur tatkala kondisi ekonomi memburuk dan angka pengangguran tinggi.
Premanisme yang berdiri di belakang kepentingan kelompok dan elite politik tertentu, niscaya sulit diberantas karena sudah telanjur bercokol mendalam. Ketika penertiban mulai kendur, bisa dipastikan pelan-pelan aksi premanisme kembali meningkat.
Selain represif dan punitif, upaya menangani premanisme juga perlu dengan cara preventif dan kontekstual. Mengandalkan stamina aparat untuk terus menangkap preman yang berani unjuk gigi, tentu membutuhkan dukungan dana dan SDM memadai.
Untuk memberantas akar premanisme, perlu ditangani dahulu habitus apa yang melahirkan munculnya para preman itu.
Di Tanah Air, pengalaman membuktikan, premanisme umumnya tumbuh subur tatkala kondisi ekonomi memburuk dan angka pengangguran tinggi. Saat banyak orang kesulitan mencari pekerjaan di jalur formal, premanisme peluang yang menjanjikan.
Lebih dari sekadar isu kriminal, premanisme sesungguhnya isu sosial yang membutuhkan peran aktif pemerintah dan pemangku kepentingan, terkait menangani masalah ini mulai dari akar masalahnya.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.