Internasional
G-7 Bahas Dunia Pascapandemi
Selain soal vaksin, G-7 juga membahas kebijakan ekonomi untuk bangkit dari pandemi.
CARBIS BAY – Para pemimpin negara maju yang tergabung dalam Kelompok Tujuh atau G-7 bertemu mulai Jumat (11/6) di Inggris. Selama tiga hari, para motor ekonomi dunia ini membahas komitmen sumbangan satu miliar dosis vaksin, iklim, hingga sejumlah kebijakan pascapandemi Covid-19. Mereka membawa slogan, “Building Back Better From COVID-19”.
“Kami akan membantu memimpin dunia keluar dari pandemi dengan bekerja bersama para mitra global,” kata Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden, Jumat.
Kehadiran Biden menjadi ujian untuk membuktikan AS yang “seperti dulu” dan berbeda dari kepemimpinan Donald Trump. Trump sempat mengejutkan mitra-mitranya ketika pada 2017 ia menuding Eropa gagal berkontribusi layak untuk anggaran pertahanan bersama.
Selain Biden, konferensi tingkat tinggi (KTT) ini juga dihadiri Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson sebagai tuan rumah, PM Kanada Justin Trudeau, PM Jepang Yoshihide Suga, PM Italia Mario Draghi, Kanselir Jerman Angela Merkel, dan Presiden Prancis Emmanuel Macron.
This year’s @G7 Summit will be all about how we #BuildBackBetter pic.twitter.com/2XpSbhB3VC — Boris Johnson (@BorisJohnson) June 11, 2021
Pertemuan ini diharapkan dapat menghasilkan kesepakatan untuk menghidupkan kembali perekonomian global. Salah satu kesepakatan yang dijadwalkan untuk diteken adalah penetapan pajak korporasi sekurangnya 15 persen.
Sebelumnya, kesepakatan pajak itu dijalin dalam pertemuan para menteri keuangan G-7. Batas minimum ditetapkan untuk mencegah korporat mencari celah keringanan pajak atau mencari cara untuk mangkir dari pajak.
Bagi Johnson, KTT G-7 pertama dalam dua tahun ini adalah peluangnya untuk memaparkan visinya tentang “Inggris global” pasca-Brexit. Ia akan meyakinkan mitra-mitranya bahwa Inggris sebagai negara berukuran sedang namun memiliki peran besar dalam menyelesaikan masalah internasional.
Pertemuan ini juga menjadi peluang mempererat ikatan AS dan Inggris. Johnson lebih suka menyebut kedekatan kedua negara ini sebagai “hubungan yang tidak bisa terpatahkan”.
Para pemimpin G-7 mendapatkan tekanan kuat untuk mengumumkan komitmen sumbangan kelebihan pasokan vaksin Covid-19 mereka. Komitmen pertama datang dari Biden, yang berjanji akan menyumbangkan 500 juta dosis vaksin produksi Pfizer dan BioNtech.
Inggris akan menyumbangkan 100 juta dosis vaksin. Dari jumlah tersebut, lima juta dosis akan dikirimkan dalam beberapa pekan ke depan. Sisanya akan disalurkan tahun depan.
“Di KTT G-7 saya berharap mitra akan membuat komitmen serupa sehingga bersama-sama, kita sudah memvaksinasi dunia pada akhir tahun depan dan membangun kembali secara lebih baik dari virus korona,” kata Johnson.
Prancis berkomitmen memberikan 30 juta dosis vaksin hingga akhir tahun. Ia juga mengatakan, Eropa juga akan melakukan hal sama.
Komitmen tersebut disambut para pekerja kemanusiaan. Namun, menurut mereka, dunia membutuhkan lebih banyak lagi vaksin dan rencana yang terinci agar vaksin itu mencapai sasaran.
“Kami mengharapkan komitmen yang terkoordinasi, tepat waktu, dan ambisius mulai Juni,” kata Lily Caprani, kepala advokasi vaksin Covid-19 di Dana Anak-Anak PBB (Unicef).
Aliansi global COVAX tertatih-tatih dalam memulai kampanye vaksinasi. Sejumlah negara besar telah terlebih dulu mengamankan miliaran dosis vaksin melalui kontrak yang mereka teken langsung dengan produsen vaksin. Sejauh ini COVAX baru mendistribusikan 81 juta dosis vaksin secara global.
Pesan cinta
Terlepas dari agenda berat yang ditanggung G-7, perhelatan ini menampilkan sisi ringan seperti yang ditampilkan Ibu Negara AS, Jill Biden. Profesor sastra Inggris ini memakai blazer dengan tulisan “Love” di punggungnya.
"Kami membawa cinta dari Amerika," katanya kepada wartawan menjelaskan pilihan busananya.
"Ini adalah konferensi global dan kami mencoba untuk membawa persatuan di seluruh dunia dan saya pikir itu diperlukan saat ini, bahwa orang-orang merasakan persatuan dari semua negara dan merasakan harapan setelah tahun pandemi ini," ujarnya.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.