Internasional
WHO: Ada Dua Jalur Pandemi Covid-19
Ketidakadilan distribusi vaksin Covid-19 menciptakan pandemi dua jalur.
JENEWA -- Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyesalkan ketidakadilan dalam distribusi vaksin Covid-19. Hal ini telah menciptakan pandemi dua jalur, yaitu negara-negara Barat dilindungi oleh vaksin dan negara-negara miskin masih terpapar oleh virus korona.
"Kami semakin melihat adanya pandemi dua jalur,” kata Tedros kepada para wartawan, Senin (7/6).
“Enam bulan sejak vaksinasi Covid-19 mulai dijalankan, negara berpenghasilan tinggi telah menggunakan 44 persen dari dosis dunia. Negara berpenghasilan rendah baru bisa menggunakan 0,4 persen dosis. Yang membuat frustrasi dari data statistik ini adalah kondisi ini masih belum berubah meski telah berbulan-bulan,” katanya menjelaskan.
Tedros menyuarakan kekecewaannya bahwa ada negara miskin tidak dapat mengimunisasi petugas kesehatan, warga lanjut usia (lansia), dan populasi lain yang paling rentan terhadap Covid-19. Ia menyerukan upaya global besar-besaran untuk memvaksinasi setidaknya 10 persen dari populasi semua negara pada September.
Target berikut, vaksinasi sekurangnya 30 persen dari populasi pada akhir tahun. Untuk mencapai target, dibutuhkan tambahan 250 juta dosis pada September, dan 100 juta dosis pada Juni dan Juli.
“Akhir pekan ini, para pemimpin G-7 akan bertemu untuk pertemuan puncak tahunan mereka. Tujuh negara ini memiliki kekuatan untuk memenuhi target tersebut," ujar Tedros, mengacu pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) pada 11 Juni.
“Saya juga meminta semua produsen untuk memberikan vaksin kepada Covax atau untuk berkomitmen 50 persen dari volume mereka untuk Covax tahun ini," kata Tedros yang dikutip Aljazirah, Selasa (8/6).
Skema Covax didirikan untuk memastikan distribusi vaksin yang adil, terutama ke negara-negara berpenghasilan rendah. Covax telah mengirimkan lebih dari 80 juta dosis ke 129 wilayah. Namun, distribusi tersebut masih belum mencapai target yaitu sekitar 200 juta dosis.
Agar vaksin memenuhi syarat untuk Covax, vaksin harus disetujui oleh WHO dan diberi status daftar penggunaan daruratnya. Sejauh ini, WHO telah memberikan lampu hijau untuk vaksin produksi AstraZeneca, Johnson & Johnson, Moderna, Pfizer-BioNTech, Sinopharm, dan Sinovac.
Desakan juga datang dari Dana Anak-anak PBB (Unicef). Menurut Unicef, jutaan dosis bisa sia-sia jika tak disumbangkan.
Laman BBC menyebutkan, para pesohor dunia ikut menuliskan seruan senada kepada kelompok G-7. “Pandemi tidak akan berakhir begitu saja sampai semua ini berakhir di mana-mana,” kata David Beckham.
Selain Beckham, pesohor lainnya yang menandatangani adalah Billie Eilish, Ewan McGregor, Liam Payne, Priyanka Chopra Jonas, Orlando Bloom, Katy Perry, Gemma Chan, Whoopi Goldberg, dan Claudia Schiffer.
Kebocoran
Pada Senin (7/6), the Wall Street Journal mengutip sumber-sumbernya yang menyebutkan ada hipotesis bahwa asal usul virus Covid-19 berasal dari kebocoran laboratorium di Wuhan, Cina.
Hipotesis itu dituangkan Mei 2020 oleh laboratorium nasional Amerika Serikat, yaitu Lawrence Livermore National Laboratory. Namun, Lawrence Livermore menolak mengomentari laporan the Wall Street Journal.
Sejumlah intelijen AS sedang mempertimbangkan dua skenario, yaitu virus tersebut dihasilkan dari kecelakaan laboratorium atau muncul dari kontak manusia dengan hewan yang terinfeksi. Tetapi penyelidikan mereka belum sampai pada tahap kesimpulan.
Kunjungan tim WHO ke Cina awal tahun ini belum memberi titik terang soal asal-usul Covid-19. Cina sendiri selalu menampik kemungkinan kebocoran dari laboratoriumnya. Cina kerap merujuk pada kemungkinan virus Covid-19 berasal dari makanan beku yang diimpornya dari negara lain.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.