Bodetabek
Pembangunan Jalur Puncak II Tepat untuk Pembangunan Wilayah
Jalur Puncak II melewati lima kecamatan Kabupaten Bogor: Citeureup, Babakanmadang, Sukamakmur, Tanjungsari, dan Cariu.
Di tengah pembangunan Jalur Puncak II atau jalan Poros Tengah Timur (PTT) yang masih terbengkalai, rupanya masih terdapat persoalan. Salah satunya masih rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) empat dari lima kecamatan yang akan dilalui jalur tersebut.
Jalur Puncak II ini akan melewati lima kecamatan di Kabupaten Bogor, yaitu Kecamatan Citeureup, Babakanmadang, Sukamakmur, Tanjungsari, dan Cariu. Di antara lima kecamatan tersebut, beberapa di antaranya masih berkutat pada sektor pertanian, terutama Sukamakmur dan Tanjungsari.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bogor, empat dari lima wilayah yang akan dilintasi Jalur Puncak II memiliki IPM di bawah rata-rata Kabupaten Bogor yang mencapai 70,65. Di mana, IPM Kecamatan Babakanmadang sebesar 65,49, Kecamatan Cariu sebesar 59,17, Kecamatan Tanjungsari sebesar 56,71 dan Kecamatan Sukamakmur sebesar 52,23.
Untuk itu, pembangunan Jalur Puncak II ini diharapkan dapat meningkatkan sektor perekonomian yang termasuk dalam IPM di wilayah Timur Kabupaten Bogor. Bupati Bogor, Ade Munawaroh Yasin, berharap, pembangunan Jalur Puncak II dapat memecah konsentrasi kegiatan ekonomi yang masih terpusat di Kecamatan Babakan Madang dan Citeureup dalam sektor industri.
“Saat ini konsentrasi kegiatan ekonomi masih terpusat di wilayah tengah, yaitu Babakan Madang dan Citeureup terutama di sektor industri, konstruksi, serta perdagangan dan jasa. Dengan adanya Jalur Puncak II ini diharapkan akan mendongkrak perekonomian masyarakat Bogor Timur terutama sektor pertanian di wilayah Kecamatan Tanjungsari dan Sukamakmur,” kata Ade Yasin beberapa waktu lalu.
Sebagai salah satu kecamatan yang akan dilintasi Jalur Puncak II, Camat Sukamakmur, Agus Manjar, mendukung adanya pembangunan jalur tersebut. Namun, pihaknya juga berencana untuk memberi manfaat bagi masyarakat luas jika Jalur Puncak II berhasil direalisasikan Pemkab Bogor ataupun pemerintah pusat.
Setelah wilayahnya dikunjungi beberapa kali dalam rangka pembangunan Jalur Puncak II, dia berencana membuat masterplan. Salah satunya untuk meningkatkan potensi wisata alam yang ada cukup banyak di wilayah Kecamatan Sukamakmur.
“Kita mau tidak mau harus bikin masterplan kawasan wisata versi lokal. Kita membuat konsep bagaimana menata kawasan wisata yg bisa menimbulkan efek ekonomi, keagamaan, dan segala macam. Termasuk atraksi wisata apa, akomodasi hotel, restoran, harus kita kuatkan. Harus kompleks,” kata Agus, Rabu (2/6).
Selain menyiapkan masterplan wisata lokal, mayoritas warga yang berprofesi sebagai petani tanaman holtikultura, juga bisa terbantu dalam hal menyalurkan hasil pertaniannya ke pasar dengan dibangunnya Jalur Puncak II. Apalagi, hasil pertanian tersebut merupakan andalan hidup dan sumber mata pencaharian bagi sebagian besar warga Sukamakmur.
“Kami sebagian besar petani holtikultura atau pangan, bukan tanaman tahunan karena istilahnya tidak perlu waktu lama dan modal besar. Karena ini andalan hidup, sumber mata pencaharian,” ujar dia.
View this post on Instagram
Pemerataan
Pengamat tata kota, Yayat Supriatna, menilai pembangunan Jalur Puncak II merupakan langkah tepat untuk mendorong pertumbuhan, serta meningkatkan IPM di wilayah yang akan dilintasi. Dari segi tata kota, Jalur Puncak II akan mengurangi beban di jalur utama Puncak sehingga akan ada redistribusi fungsi.
“Itu akan membuat pemerataan pusat-pusat kegiatan menyebar. Tidak lagi apa-apa ke Jalur Puncak yang sekarang,” ujar Yayat.
Yayat menilai, pembangunan Jalur Puncak II bukan hanya mengurangi masalah kemacetan, melainkan juga terkait dengan persoalan penanganan kemiskinan pada kawasan-kawasan yang selama ini memang sangat minim dan tertutup karena keterbatasan akses.
“Jadi, kalau dibuka akses itu, yang menarik adalah adanya pemerataan pembangunan, adanya keterbukaan wilayah, dan kemungkinan potensi ekonomi masyarakat akan meningkat,” ujar dia.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.