Kisah Dalam Negeri
Giri, Guru Wawasan Kebangsaan KPK yang Terbuang
Isu pelemahan KPK menguat setelah 75 pegawai KPK tidak lolos TWK.
OLEH DIAN FATH RISALAH
Direktur Sosialisasi dan Kampanye Antikorupsi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Giri Suprapdiono masuk dalam daftar 75 pegawai yang tak lolos tes wawasan kebangsaan (TWK). Mirisnya, selama ini Giri merupakan pengajar wawasan kebangsaan yang rutin menjadi narasumber di berbagai sekolah, kampus, hingga lembaga negara.
Sosok yang sudah 16 tahun mengabdi di KPK itu bahkan pernah menerima penghargaan sebagai lulusan terbaik dalam pelatihan kepemimpinan nasional II angkatan XVII di LAN. Sehari sebelum pelantikan alih status pegawai KPK yang lolos TWK menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN), Senin (31/5), Giri menuliskan sebait puisi melalui akun Twitternya @girisuprapdiono.
"Merah itu akan pudar, putih itu pun kusam," tulis Giri dalam salah satu bait puisinya.
Giri memandang pemberhentian 51 pegawai KPK merupakan pembangkangan terhadap arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Sebab, Jokowi sebelumnya dengan tegas telah menyatakan TWK tidak bisa serta merta menjadi dasar pemberhentian 75 pegawai KPK.
Ia kecewa pernyataan Jokowi itu tidak didengar dan pegawai KPK tetap akan diberhentikan. "Tentu kekecewaan, ini kami tujukan mewakili rakyat Indonesia dan mewakili seluruh pegawai, bukan hanya 75 pegawai saja. Karena ini harapan Indonesia bersih. Simbol-simbol kejujuran dan integritas yang diluluhlantakkan dengan cara-cara yang demikian," kata Giri.
Giri bahkan mengaku bersedia berdebat langsung dengan Ketua KPK Firli Bahuri terkait wawasan kebangsaan. Kesediaannya itu berawal dari tantangan seorang netizen di media sosial Twitter.
"Bagaimana jika Firli vs Giri diadu one on one debat dan pamer track record soal Wawasan Kebangsaan di forum terbuka?" tulis akun @NephiLaxmus.
Cuitan tersebut kemudian mendapat respons dari mantan Juru Bicara KPK Febri Diansyah. Febri lebih dulu meninggalkan KPK karena merasa kecewa dengan pelemahan KPK di era Firli.
"Menyambut ide debat tentang Wawasan Kebangsaan antara salah satu pegawai yang dinyatakan tidak lolos TWK dengan Ketua KPK, respons @girisuprapdiono ini perlu diwujudkan dalam sebuah forum. Agar kita paham siapa yang paham dan bagaimana wawasan kebangsaan," tulis Febri.
"Dengan senang hati. Syaratnya kalau kalah, mundur dan meletakkan jabatan. Bisa gitu gak?," jawab Giri. Baik Giri, Febri maupun akun @NephiLaxmus sudah memberikan izin kepada Republika untuk mengutip cuitannya.
Giri lahir di Ponorogo pada 9 Juli 1974. Selama mengabdi di KPK, Giri pernah menjabat sebagai Koordinator Kerja Sama Internasional pada Direktorat Pembinaan Jaringan dan Kerja Sama Antar Komisi dan Instansi (PJKAKI) KPK. Ia juga pernah menjadi direktur gratifikasi. Sebelum bekerja di KPK, Giri menjadi National Management Consultant di Bappenas-UNDP.
Isu pelemahan KPK menguat setelah 75 pegawai KPK yang dikenal profesional dan berintegritas tidak lolos TWK. Tes tersebut dinilai hanya akal-akalan karena materinya tidak sesuai dengan tugas dan fungsi KPK.
Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah, Azyumardi Azra, bahkan menduga adanya pihak yang merancang TWK untuk mengintervensi proses penindakan hukum. Sebab, Firli kemudian meminta 75 pegawai itu menyerahkan tugas dan tanggung jawabnya.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.