Nasional
Vaksin Merah Putih Ditargetkan Awal 2022
Vaksin Merah Putih memperoleh hasil bagus saat uji praklinis tahap satu.
JAKARTA – Upaya penyelesaian vaksin Merah Putih terus dikebut untuk bisa secepat mungkin digunakan. Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menargetkan vaksin buatan anak bangsa ini bisa didistribusikan paling lambat pada awal tahun 2022 untuk selanjutnya diberikan ke masyarakat.
Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, sampai saat ini Biofarma masih berjibaku merampungkan vaksin Merah Putih. Biofarma menggandeng lima universitas dan dua lembaga penelitian yang saat ini masih dalam tahapan pembuatan vaksin Merah Putih. Harapannya, vaksin ini nantinya bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri.
“Kami sesuai penugasannya kementerian BUMN, terus bekerja keras untuk mendapatkan vaksin merah putih. Lima universitas dan dua lembaga penelitian. Kerja keras ini akan akhir tahun ini, paling lambat awal tahun depan kita liat progresnya,” kata Erick di Bandara Soekarno-Hatta, Senin (31/5).
Erick mengatakan, pemerintah juga tidak hanya membuka peluang pengadaan vaksin dari impor dan membuat sendiri. Pemerintah juga membuka diri apabila ada pihak-pihak lain yang hendak melakukan kerja sama pembuatan vaksin di Indonesia.
Ketua Tim Peneliti Vaksin Merah Putih Universitas Airlangga Surabaya Prof Fedik Abdul Rantam menyatakan, vaksin siap digunakan pada awal tahun 2022. Vaksin Merah Putih memperoleh hasil bagus saat uji praklinik tahap satu. “Hasil ini dilihat dari perkembangan dengan titer antibodi yang trennya baik sekali, PA juga baik, dan saat ini pemeriksaan masih berlangsung,” kata dia.
Pemeriksaannya, yakni immunotyping, ginjal, hematologi, toksisitas, dan pemeriksaan darah total. Hasil pemeriksaan tersebut dijadikan dasar untuk melakukan uji praklinik fase dua. Untuk itu, kata dia, saat ini tim sedang menyiapkan uji praklinik fase dua, termasuk makaka sebagai hewan uji coba. “Kemudian menentukan berapa efikasi, dosis, dan lain-lain untuk persiapan uji klinik fase satu pada manusia,” ujar dia.
Sesuai rancangan yang sudah berjalan, lanjut dia, pada Agustus mendatang akan dimulai uji klinik fase satu pada manusia. Sebelumnya, Unair melaksanakan riset vaksin dengan beberapa platform, antara lain platform inactivated virus, platform viral vector dengan adenovirus, dan platform peptide.
Ketiga platform tersebut masih berlanjut dan konstruksi virus telah selesai lebih awal untuk lanjut ke uji praklinis dan uji klinis. “Rencana lain kami adalah menyiapkan varian virus lain. Ini untuk menjaga kalau ini (vaksin merah putih) fail (gagal) maka ada subtitusi, tidak perlu menunggu 10 bulan sampai menjadi seed vaccine,” kata dia.
“Harapannya, pada Desember 2021 atau paling lama Maret 2022, vaksin Merah Putih Unair sudah masuk skema industri,” tutur dia.
Fedik berharap bahwa penelitian ini sesuai dengan harapan pemerintah dan juga masyarakat Indonesia, yakni, pengembangan vaksin mandiri agar pemerintah dapat mengatasi virus Covid-19 secara mandiri pula. “Bagi akademisi, kami optimistis bisa mengembangkan teknologi membuat vaksin sendiri, dan ini sebagai awal,” katanya.
Tambahan vaksin
Pemerintah kembali mendapat tambahan vaksin Covid-19 Sinovac. Sebanyak 8 juta dosis bahan baku vaksin Sinovac kembali tiba di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, pada Senin (31/5).
Dengan kedatangan vaksin tahap ke-14 ini, maka hingga saat ini Indonesia telah menerima 81,5 juta dosis bahan baku vaksin Sinovac. Selain itu, sebanyak 3 juta dosis vaksin bentuk jadi produksi Sinovac, 6,41 juta dosis vaksin jadi produksi AstraZeneca, dan 1 juta dosis vaksin jadi produksi Sinopharm juga telah diterima Indonesia.
“Sampai saat ini, Indonesia sudah mempunyai 75,9 juta vaksin, di mana dari 75,9 juta itu, kalau satu rakyat Indonesia menggunakan dua dosis, berarti itu cukup untuk 37,5 juta (orang),” ujar Erick Thohir.
Hingga saat ini, realisasi pelaksanaan vaksinasi Covid-19 program pemerintah telah mencapai total lebih dari 27 juta dosis yang telah diberikan ke masyarakat. Dengan angka tersebut, Indonesia menjadi salah satu negara yang telah melakukan vaksinasi terbanyak di Asia Tenggara.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.