Khazanah
Anak-Anak Bermain di Masjid, Dimarahi atau Dibiarkan?
Masyarakat kerap menemukan anak bermain di masjid.
Anak adalah anugerah sekaligus amanah. Lebih dari itu, anak adalah investasi akhirat kedua orangtuanya. Rasulullah saw telah mengabarkan tiga jenis amal jariyah (amal yang terus-menerus mengalir). Salah satunya adalah anak yang shalih.
Tentu sudah menjadi impian dan harapan setiap orang tua bisa mendidik anak-anaknya menjadi generasi yang shalih dan shalihah. Nah, momen Ramadhan saat ini bisa dijadikan ajang untuk mendidik anak-anak agar menjadi anak yang shalih. Salah satu caranya adalah dengan membiasakan mereka datang ke masjid untuk belajar shalat dan belajar membaca Al-Quran.
Namun, sungguh hal yang sangat disayangkan apabila saat ini masih banyak diantara jamaah atau pengurus masjid yang tidak sabar dalam menghadapi anak-anak. Mereka takut kebiasaan ribut anak-anak mengganggu kekhusyukan orang yang sedang beribadah di masjid.Sehingga tidak jarang generasi penerus ini dimarahi atau diusir untuk keluar.
Pengasuh Pesantren Tunas Ilmu Purbalingga sekaligus dosen Sekolah Tinggi Dirasat Islamiyyah Imam Syafi'i Jember, Ustaz Abdullah Zaen Lc MA, menyampaikan, di satu sisi, jamaah menginginkan anak-anak tersebut akrab dengan masjid dan majelis taklim. Dengan demikian, diharapkan kelak mereka akan menjadi generasi penerus kebaikan.
Akan tetapi, di sisi lain, tidak bisa dimungkiri bahwa tingkah polah mereka lumayan mengganggu kekhusyukan ibadah. Menghadapi fenomena ini, ada dua kubu yang bertolak belakang dalam menyikapinya.
Kubu pertama, cenderung memarahi anak-anak kecil tersebut, kerap membentak mereka, atau minimal memelototi mereka. Seakan mereka adalah hama yang harus diberantas.
“Akibatnya anak-anak itu pun menjadi tidak betah di masjid, bahkan sebagian mereka menjadi fobia dengan majelis taklim,” kata Ustaz Abdullah melalui keterangan tertulis kepada Republika, Selasa (25/5).
Sementara kubu kedua sangat memaklumi tingkah polah anak-anak itu. Seheboh apa pun kelakuan mereka, dibiarkan saja. Akibatny, tidak sedikit jamaah yang mengeluh sulit konsentrasi dalam beribadah di masjid.
Menurut ustaz lulusan S-2 jurusan Akidah Universitas Islam Madinah ini, keberadaan anak kecil di masjid sudah lazim sejak zaman Rasulullah SAW. Perilaku anak pada zaman itu juga tidak berbeda jauh dengan zaman ini, sama-sama suka bermain. Namun, bagaimanakah baginda Nabi Muhammad SAW menyikapi mereka di masjid?
Terkait hal ini, Abu Qatadah RA menuturkan, “Aku melihat Rasulullah SAW mengimami shalat sambil menggendong cucunya, Umamah binti Abi al-‘Ash di pundaknya. Bila beliau akan sujud, maka anak tersebut diturunkannya” (HR Bukhari dan Muslim).
Hadis ini, Ustaz Abdullah menjelaskan, bahwa Rasulullah SAW pun ternyata membawa anak kecil ke masjid. Namun, beliau bertanggung jawab dan tidak lepas tangan. Beliau pegangi cucunya, bahkan beliau gendong agar tidak mengganggu jamaah yang lainnya.
Bagaimanapun kedisiplinan orang tua, tetap saja ada saatnya lepas kontrol. Anak berpolah. Saat itulah kesabaran yang berperan.
"Namun, bagaimanapun kedisiplinan orang tua, tetap saja ada saatnya lepas kontrol. Anak berpolah. Saat itulah kesabaran yang berperan," kata dia.
Syaddad RA mengisahkan, di suatu shalat Isya, Rasulullah SAW datang sambil membawa cucu beliau, Hasan atau Husain. Beliau maju ke pengimaman dan meletakkan cucunya lalu bertakbiratul ihram. Di tengah shalat, beliau sujud lama sekali. Karena penasaran, Syaddad mengangkat kepalanya untuk mencari tahu.
Ternyata sang cucu naik ke pundak Rasul SAW saat beliau sujud. Syaddad pun kembali sujud. Seusai shalat, jamaah bertanya, "Wahai Rasulullah, tadi engkau sujud lama sekali. Hingga kami mengira ada kejadian buruk atau ada wahyu yang turun padamu".
Rasulullah SAW menjawab, “Bukan itu yang terjadi, tapi tadi cucuku menjadikan punggungku sebagai tunggangan. Aku tidak suka memutus kesenangannya hingga dia puas” (HR Nasa’iy dan dinilai sahih oleh al-Hakim).
"Kesimpulannya, orang tua yang membawa serta anaknya ke masjid harus bertanggung jawab. Bertugas untuk mengondisikan dan memberikan pengertian kepada anak. Namun, proses pendidikan itu harus dilakukan dengan penuh kelembutan dan kesabaran," kata Ustaz Abdullah.
Dengan demikian, kata dia, anak tidak kapok untuk berangkat ke masjid atau majelis taklim. Pada waktu yang sama, keberadaan mereka juga tidak membuat jamaah terganggu.
“Ingat, maslahat orang banyak harus diprioritaskan ketimbang maslahat pribadi. Wallahu a’lam bishawab.”
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.