Ekonomi
Pertanian Kontributor Pemulihan Ekonomi di Tengah Pandemi
Sektor pertanian sebagai resilensi dari semua sektor yang ada.
JAKARTA -- Menteri Koordinator Perekonomian, Airlangga Hartarto menyatakan, sektor pertanian merupakan kontributor utama pada program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), karena selalu tumbuh positif dan menjadi bantalan ekonomi selama pandemi Covid-19.
"Hal ini terlihat dari laju pertumbuhan sektor pertanian tahun 2020 yang mencapai 1,75 persen dan pada kuartal I 2021 tetap tumbuh sebesar 2,95 persen (yoy)," ujar Airlangga dalam Indonesia Food Summit 2021, Selasa (25/5).
Ia menilai, pertanian sebagai resilensi dari semua sektor yang ada. Apalagi pertumbuhanya terjadi pada saat sektor lain mengalami kontraksi yang cukup dalam.
Adapun, kontributor utama pertumbuhan ekonomi dari sisi permintaan masih berasal dari konsumsi rumah tangga dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dengan share 88,91 persen. Sedangkan dari sisi sektor usaha nilanya mencapai 64,56 persen.
"Masing-masing berasal dari sektor pertanian, industri, perdagangan, kontruksi, dan pertambangan," katanya.
Tak cukup sampai di situ, pertumbuhan sektor pertanian juga terjadi pada nilai ekspor periode Januari-April 2021 sebesar 1,38 dolar AS atau naik 15,96 persen terhadap periode yang sama di tahun 2020.
"Dengan demikian kinerja ekspor pertanian memberikan kontribusi sebesar 2,05 persen terhadap ekspor Indonesia," katanya.
View this post on Instagram
Dari sisi kesejahteraan petani, Nilai Tukar Petani (NTP) mengalami tren perbaikan dibandingkan saat awal pandemi. NTP misalnya pernah di angka 99,47 pada Mei 2020 akibat penurunan permintaan industri hotel, restoran, dan katering. Namun grafiknya terus membaik menjadi 102,93 pada April 2021 seiring dengan peningkatan aktivitas.
"Sedangkan dari sisi penyediaan pangan di tingkat konsumen, inflasi bahan makanan tetap terjaga sebesar 3,48 persen pada 2020, lalu pada Januari hingga April 2021 sebesar 1,8 persen, lebih rendah dari 2020," katanya.
Airlangga mengatakan, terjaganya NTP di tingkat petani dan inflasi pangan di tingkat konsumen merupakan indikator positif atas implementasi kebijakan pangan dan pertanian dalam kerangka pemulihan ekonomi nasional (PEN).
"Alokasi anggaran program PEN tahun 2021 sebesar Rp 699,43 triliun. Sampai dengan 21 Mei 2021 telah terealisasi 26,3 persen dari pagu atau sekitar Rp 183,98 triliun," katanya.
Di sisi lain, pemerintah juga terus berupaya memperkuat ketahanan pangan nasional dengan mengimplementasikan Undang-Undang Cipta Kerja, khususnya di sektor pertanian. Di antaranya dengan mempermudan perizinan dan membentuk Badan Pangan Nasional serta pembentukan Holding BUMN Pangan.
"Pemerintah juga berupaya menyinergikan BUMN untuk distribusi pangan dari daerah surplus ke daerah defisit, memperkuat kerjasama antar daerah dalam pemenuhan kebutuhan pangan, memperkuat cadangan pangan pemerintah dan implementasi sistem resi gudang," kata dia.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, pertanian adalah sektor strategis dan menjadi salah satu pilar kekuatan negara. Dengan begitu maka tata kelola pertanian di suatu desa, kecamatan, kabupaten, hingga provinsi yang baik akan menghadirkan ketahanan pangan yang kuat.
Menurut Mentan, ketika 34 provinsi yang ada di Indonesia memiliki ketahanan pangan yang kuat, maka akan berdampak pada kepentingan ekonomi nasional.
Kunci
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan, sektor pertanian menjadi kunci utama dalam meningkatkan dan memulihkan ekonomi nasional yang sempat terperosok akibat pandemi Covid-19 yang berkepanjangan. Pertanian juga dinilai sumber utama produk domestik bruto serta sumber ekonomi keluarga karena mampu membuka lapangan kerja secara luas.
"Dalam beberapa tahun terakhir, pertanian tumbuh terus menerus, bahkan sampai 3-4 persen, dan tetap positif di tengah pandemi Covid-19 berkepanjangan," kata Sri Mulyani dalam keterangan resmi Kementerian Pertanian, Rabu (26/5).
Sejauh ini sektor pertanian Indonesia mampu mendorong ketahanan dan kedaulatan pangan secara cepat serta mampu menyiapkan ketersediaan pangan dalam menghadapi kemungkinan adanya ancaman krisis pangan global.
"Pertanian merupakan salah satu sektor kunci untuk mendukung perekonomian domestik, terutama untuk mendorong ketahanan dan kedaulatan pangan nasional, dalam menghadapi ancaman krisis global," katanya.
View this post on Instagram
Berdasarkan statistik pada Agustus 2020, Sri Mulyani menyebut ada sekitar 38,23 juta orang yang bekerja di sektor pertanian. Bahkan produktivitas tenaga kerja secara tahunan tetap dalam posisi tren meningkat, yakni rata-rata 10 persen tahun.
"Pemerintah akan terus menyediakan anggaran untuk meningkatkan produktivitas pertanian dan mendukung pemulihan ekonomi yang lebih baik," katanya.
Mengenai hal ini, Sri mengatakan, pemerintah sudah membangun lumbung pangan nasional yang disebut dengan food estate. Pembangunan baru dilakukan di tiga provinsi, yaitu Kalimantan Tengah, Sumatra Utara, dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Hasil dari pembangunan tersebut diklaim mulai dirasakan bagi kegiatan ekonomi.
"Bahkan hasil dari pengembangan food estate ini sudah bisa dirasakan dengan adanya panen raya di atas rata-rata 8 ton per hektare. Kita harapkan ke depan program food estate semakin merata di seluruh Indonesia," tutupnya.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, pembangunan ketahanan pangan oleh pemerintah sudah berada dalam koridor yang tepat.
BPS menyebutkan sektor pertanian mengalami pertumbuhan 2,95 persen di kuartal I 2021. Pertumbuhan positif ini melanjutkan tren yang dicapai tahun lalu yang tumbuh 1,75 persen di saat sektor-sektor lainnya mengalami kontraksi.
"Kita on the right track, tinggal memang membutuhkan kebersamaan yang lebih kuat untuk menghadirkan pertanian yang lebih baik," katanya.
View this post on Instagram
Ekosistem ketahanan pangan
Perum Bulog menjalin kerja sama dengan TaniHub Group, startup agritech dengan penandatanganan nota kesepahaman yang dilakukan oleh Direktur Bisnis Perum Bulog dengan CEO TaniHub Group dalam pengembangan ekosistem ketahanan pangan nasional di Jakarta, Selasa (25/5).
Kedua belah pihak meyakini kerja sama tersebut akan menciptakan competitive advantages yang sangat besar bagi ekosistem ketahanan pangan nasional. Bulog memiliki jaringan dan sistem pergudangan dengan cakupan yang sangat luas, sementara Tanihub Group memiliki pengalaman dan kemampuan teknologi terdepan di bidang agritech.
Direktur Bisnis Bulog Febby Novita mengatakan, kolaborasi juga menyangkut kerja sama dalam bentuk pembiayaan bagi petani binaan Bulog, penyerapan dan pemasaran produk-produk petani binaan Bulog. Selain menyerap hasil petani Bulog, TaniHub Group juga akan memasok produk segar untuk seluruh gerai milik Bulog.
View this post on Instagram
“Harapan saya, nota kesepahaman ini akan menjadi awal dari kerja sama yang lebih luas lagi, terutama dalam menciptakan perbaikan ekosistem pertanian yang akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan seluruh mitra binaan Bulog dan TaniHub”, kata Febby Novita, dalam keterangan resminya, Selasa (25/5).
Sementara itu, CEO TaniHub Group, Pamitra Wineka mengatakan, pihaknya sangat bersemangat untuk menjalin kerja sama dan kolaborasi dengan Bulog sebagai BUMN pangan yang memiliki sarana infrastruktur sangat luas.
“TaniHub Group dengan Bulog punya banyak kesamaan dalam visi besar untuk pertanian dan pangan di Indonesia. Kami berharap kerja sama ini bisa membuat kami saling mengisi satu sama lain, mulai dari kerja sama infrastruktur, teknologi, pembiayaan, hingga kepada akses pasar yang luas kepada petani binaan," ujarnya.
TaniHub berharap kerja sama itu akan memperbaiki ekosistem pertanian yang berujung pada kesejahteraan petani, peternak, dan nelayan yang bermitra dengan kedua belah pihak, baik Bulog maupun TaniHub Group.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.