Analisis
Ekonomi Kemerdekaan Palestina
Rand Corporation menjelaskan dampak ekonomi pendudukan berkepanjangan Israel di Palestina.
Oleh ADIWARMAN A KARIM
OLEH ADIWARMAN A KARIM
Tim riset Rand Corporation yang dipimpin Ross Anthony dalam riset mereka “The Costs of the Israeli-Palestinian Conflict” menjelaskan, dampak ekonomi pendudukan berkepanjangan Israel di Palestina.
Pertama, solusi dua negara hidup damai berdampingan adalah solusi terbaik. Israel akan mendapat manfaat ekonomi 123 miliar dolar AS, Palestina dapat 50 miliar dolar AS dalam kurun waktu 10 tahun.
Kedua, pendapatan rata-rata rakyat Palestina akan naik 36 persen, dan rakyat Israel akan naik 5 persen. Ketiga, bila terjadi konflik lagi pendapatan rata-rata rakyat Palestina akan turun 46 persen, dan rakyat Israel turun 10 persen.
Joshua Tenenbaum, peneliti Beloit College, dalam risetnya “Israel’s Economic Motives for Colonizing the West Bank” menyimpulkan, dua motif utama pendudukan Israel di Tepi Barat, yaitu motif ekonomi dan penaklukan perlawanan bangsa Palestina.
UNCTAD dalam kajian mereka “The Economic Costs of the Israeli Occupation for the Palestinian People: The Unrealized Oil and Natural Gas Potential” menjelaskan, besarnya cadangan minyak dan gas bumi milik Negara Palestina yang baru ditemukan di Levant Basin mencapai 122 triliun cubic feet gas bumi senilai 453 miliar dolar AS dan 1,7 miliar barel minyak bumi senilai 71 miliar dolar AS.
Ketiga, bila terjadi konflik lagi pendapatan rata-rata rakyat Palestina akan turun 46 persen, dan rakyat Israel turun 10 persen.
Rawan Odeh, peneliti King’s College London, dalam risetnya, “Economic Peace and the Israeli-Palestinian Conflict” menyarankan adanya integrasi ekonomi antara Israel dan Palestina setelah tercapainya perdamaian. Integrasi ekonomi itu akan membuka jalur ekonomi ke tiga ekosistem besar, yaitu ekonomi Uni Eropa, ekonomi AS, ekonomi Arab.
Geesche Dobers, profesor Georg-August-University Göttingen, beserta tim dalam riset mereka “Economic integration in the Middle East: Israeli‒Palestinian fresh food trade” menemukan adanya hubungan perdagangan yang intensif antara rakyat Israel dan rakyat Palestina. Pertama, dua pertiga pedagang Israel menjalin hubungan dagang dengan pedagang Palestina.
Kedua, semua pedagang Arab warga Negara Israel, dan 48 persen pedagang Yahudi Israel memiliki mitra dagang Palestina. Ketiga, mayoritas pedagang, yaitu pedagang Yahudi Israel hanya menjual kepada pedagang Palestina. Keempat, minoritas pedagang, yaitu pedagang Arab Israel juga membeli dari pedagang Palestina di Tepi Barat.
Ryan Gardiner, peneliti Tufts University, dalam risetnya “Separate and Unequal: Israel’s Jewish-Arab Divide” menjelaskan, ketimpangan ekonomi yang parah antara penduduk Yahudi Israel dan Arab Israel. Ada enam distrik yang paling tinggi ketimpangannya, yaitu Zefat, Yizreel, Ashqelon, Kinneret, Be’er Sheva, dan Akko.
Yang paling parah ketimpangannya di Yizreel dan Akko, masing-masing komposisi penduduk Arab warga Negara Israelnya dominan, yaitu 54,3 persen dan 51,9 persen.
Kedua, semua pedagang Arab warga Negara Israel, dan 48 persen pedagang Yahudi Israel memiliki mitra dagang Palestina.
Konflik terkini Israel Palestina membawa nuansa baru yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Pertama, Israel diposisikan sebagai pihak yang digdaya, dan Palestina sebagai pihak lemah yang tertindas. Sejak dulu Israel diposisikan sebagai pihak lemah yang dikeroyok oleh negara-negara Arab tetangganya. Framing Israel lemah inilah yang menjadi alasan AS dan sekutunya membantu Israel besar-besaran.
Itu sebabnya, penolakan terhadap Israel dan dukungan terhadap Palestina saat ini telah berubah menjadi perspektif pelanggaran hak asasi manusia oleh Israel, yang sifatnya lintas agama, lintas ras, dan lintas negara. Gelombang dukungan terhadap Palestina terjadi di seluruh dunia, termasuk di AS, bahkan di kalangan Yahudi sekalipun.
Kedua, dukungan masif terhadap Palestina saat ini juga disebabkan semakin cepatnya tersebar informasi berupa video tanpa sensor. Video speaks louder than words. Dulu penduduk dunia mengandalkan pemberitaan dari kantor-kantor berita. Saat ini berita dari kantor berita digunakan untuk konfirmasi dan memilah mana yang hoaks.
Ketiga, negara-negara Arab termasuk Iran dengan Hizbullah-nya menahan diri tidak terlibat pada konflik bersenjata Israel Palestina. Sehingga framing Israel dikeroyok, dan memiliki hak membela diri sebagaimana selalu digunakan sebelumnya, hilang ditelan video kekejaman Israel terhadap Palestina.
Sebaliknya, timbul perlawanan rakyat Palestina di daerah pendudukan Tepi Barat, Yerusalem, dan bangsa Arab Israel di Kota Lod menyulut “perang sesama” warga Negara Israel.
Tiga hal itulah yang menyebabkan runtuhnya moral Israel dan pendukungnya. Keberhasilan Israel menjatuhkan bom pintar meruntuhkan satu gedung yang ditargetkan, dipandang sebagai kesewenangan Israel terhadap Palestina. Sebaliknya, keberhasilan Palestina membela diri dengan roket yang menembus Iron Dome Israel menjadi aksi heroik melawan penindas yang digdaya.
Sebaliknya, keberhasilan Palestina membela diri dengan roket yang menembus Iron Dome Israel menjadi aksi heroik melawan penindas yang digdaya.
Anatol Rapoport, profesor University of Toronto, dalam buku yang dieditnya, Game Theory as a Theory of Conflict Resolution menjelaskan, untuk mencapai keseimbangan dari tarik-menarik kepentingan, baik pihak Israel maupun Palestina harus bertindak rasional.
Bagi Israel, sebelum perubahan terkini yang didorong oleh tiga hal di atas, maka secara rasional Israel harus menutupi sebanyak mungkin informasi agar Israel dapat memainkan incomplete information atau bahkan imperfect information tentang kekuatan sesungguhnya Israel. Kekuatan militer dan kekuatan dukungan politik internasional.
Setelah adanya perubahan tiga hal itu, maka tindakan rasional Israel adalah menyerahkan bagian tanah Palestina untuk bangsa Palestina. Efek kejut roket Palestina, bahkan telah menggeser incomplete information pada pihak Palestina.
Ini saatnya Israel bertindak rasional, hidup damai berdampingan dengan Palestina. Integrasi ekonomi mereka akan mendatangkan kemanfaatan besar bagi kedua bangsa.
Melanjutkan pendudukan Israel atas Palestina saat ini, bukan merupakan tindakan rasional. We know the end game, “dan mereka akan bersembunyi di balik pohon gharqad”.
Sesungguhnya, kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Palestina akan sampailah kepada saat yang berbahagia, dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Palestina ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Palestina, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.