Kabar Utama
Israel Makin Brutal
Rumah Sakit Indonesia di Gaza hampir tak mampu menampung korban bom Israel.
GAZA — Israel melancarkan serangan udara besar-besaran di sejumlah area di Jalur Gaza, Palestina, Senin (17/7) pagi. Serangan ini dilakukan tak lama setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kembali menegaskan serangan akan terus berlanjut.
Netanyahu pada Ahad (16/5) mengatakan, pengeboman di Jalur Gaza akan terus dilakukan dengan kekuatan penuh. Ia bahkan mengatakan, serangan bakal terus berlanjut meskipun ada protes internasional dan upaya untuk menengahi gencatan senjata.
Netanyahu mengatakan, serangan dengan kekuatan penuh dilakukan sebagai harga yang harus dibayarkan kelompok Hamas di Gaza. Dilansir TVNZ, ledakan mengguncang Gaza dari bagian utara ke selatan selama 10 menit dengan skala yang lebih berat, area yang lebih luas, dan berlangsung lebih lama dari sebelumnya.
Serangan saat itu membuat setidaknya tiga bangunan di Kota Palestina itu hancur dan menewaskan 42 orang. Sementara itu, Hamas meluncurkan roket dari Gaza menuju wilayah sipil di Israel.
Saat itu adalah beberapa jam sebelum kebaktian malam untuk hari raya Yahudi di Shavuot. Meski demikian, tidak ada korban luka yang dilaporkan dari serangan tersebut.
Suzi and her father are the only survivors of her 7-member family.
Suzi doesn't know that her mother and siblings have died. #Gaza pic.twitter.com/D8aAB28q2b — Muhammad Smiry (@MuhammadSmiry) May 17, 2021
Dalam serangan udara Israel di Jalur Gaza, warga Palestina yang menjadi korban harus dimakamkan di bawah tumpukan puing-puing semen. Pecahan kaca dan puing-puing tampak menutupi jalan.
Tim penyelamat dengan cepat menggali puing-puing dari salah satu bangunan yang runtuh di Gaza, beberapa saat setelah serangan udara terjadi di sana. Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan, terdapat 16 perempuan dan 10 anak yang turut menjadi korban jiwa.
Menurut pejabat penyelamatan darurat di Gaza, serangan udara dari Israel saat ini menjadi yang terburuk. Ia mengaku, belum pernah melihat tingkat kerusakan yang parah di kota itu selama 14 tahun bekerja.
“Bahkan, saya belum pernah melihat tingkat kerusakan seperti ini dalam perang yang terjadi pada 2014,” jelas Samir al-Khatib, seorang pejabat penyelamat darurat di Gaza.
Haya Abdelal, seorang warga Gaza, mengatakan, sedang tidur saat serangan udara Israel menghancurkan gedung di sebelah tempat tinggalnya. Ia dengan cepat melarikan diri ke jalan.
Abdelal sangat mengecam Isarel karena tidak memberi peringatan kepada penduduk seperti sebelumnya untuk pergi sebelum melancarkan serangan. "Kami lelah, kami butuh gencatan senjata, dan kami tidak tahan lagi,” kata Abdelal.
Sementara itu, militer Israel mengatakan, serangan yang dilakukan di Jalur Gaza menargetkan infrastruktur militer bawah tanah Hamas, faksi politik Palestina yang menguasai wilayah kota ini. Namun, kenyataannya, banyak korban yang merupakan warga sipil dałam setiap serangan.
Kondisi di Gaza sangat buruk dengan sistem perawatan kesehatan yang sebelumnya dihancurkan oleh blokade Israel dan Mesir pada 2007. Terlebih, serangan kali ini terjadi saat wilayah itu masih berjuang dengan lonjakan kasus infeksi virus korona jenis baru.
Serangan udara Israel telah meratakan sejumlah gedung tertinggi di Kota Gaza yang diduga berisi infrastruktur militer Hamas. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menuding intelijen militer Hamas beroperasi di dalam gedung, meski belum ada bukti kuat yang disertakan olehnya.
Saat ditanya apakah telah memberikan bukti kehadiran Hamas di gedung, Netanyahu mengatakan, "Kami menyebarkannya melalui orang-orang intelijen kami."
Pecahnya kekerasan terbaru antara Israel dan Palestina dimulai di Yerusalem Timur pada bulan lalu. Saat itu, warga Palestina bentrok dengan polisi Israel sebagai tanggapan atas ancaman penggusuran puluhan keluarga Palestina oleh pemukim Yahudi.
Situasi makin memburuk saat polisi Israel menyerbu Masjid al-Aqsha di Kota Tua Yerusalem yang merupakan situs suci ketiga bagi umat Islam. Ratusan jamaah yang kebanyakan adalah warga Palestina terluka dalam kejadian ini.
Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh menyerukan Perserikatan Bangsa-Bangsa segera menyatakan tindakan agresi Israel yang sedang berlangsung di Tepi Barat dan Jalur Gaza ilegal. Hal itu disampaikannya mengingat korban meninggal akibat serangan Israel ke Gaza nyaris menembus 200 jiwa.
“Mom, please stay with me. Mom, please don’t leave me.”
A Palestinian young man begs his mom not to die and leave him alone under the rubbles as his home was bombed by the Israeli airstrikes.#GazaUnderFire #GenocideinGazza #Free_Palestine pic.twitter.com/XmNPs66JXO — Safa Press Agency (@SafaPressAgency) May 17, 2021
“Serangan brutal Israel telah memusnahkan seluruh keluarga di Gaza,” kata Shtayyeh dalam konferensi pers yang disiarkan televisi pada Senin (17/5), dikutip laman al-Arabiya.
Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan, hingga Senin (17/5), jumlah warga Gaza yang meninggal akibat serangan Israel mencapai 197 jiwa, termasuk 58 anak-anak. “Israel melakukan kejahatan sistematis terhadap kami dan menyiarkan secara langsung ke dunia,” ujar Shtayyeh.
Menurut laporan al-Arabiya, Israel telah melancarkan sedikitnya 70 serangan udara ke Gaza pada Senin pagi. Pada Ahad (16/5) serangan Israel ke wilayah yang diblokade itu menghancurkan beberapa bangunan dan merusak jalan utama menuju rumah sakit Shifa, yakni rumah sakit terbesar di sana.
Rumah sakit Shifa telah berperan penting dalam merawat warga sipil yang terluka akibat serangan Israel selama sepekan terakhir. Menurut otoritas kesehatan Palestina, jumlah korban luka sedikitnya mencapai 1.200 orang.
Berjibaku Membantu Warga Gaza
Korban jiwa dan luka-luka akibat serangan Israel ke Palestina terus bertambah. Rumah Sakit Indonesia yang menjadi salah satu fasilitas kesehatan bagi warga Gaza pun kewalahan. Selain mengalami overload, stok obat dan peralatan medis di RS Indonesia semakin menipis.
Pendiri sekaligus presidium dan relawan medis Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) Yogi Prabowo mengatakan, RS Indonesia masih berjibaku menangani warga yang menjadi korban serangan Israel. Yogi mengatakan, MER-C dalam waktu dekat akan mengirim tim medis untuk membantu menangani pasien.
"Kerusakan RS akibat dampak serangan tidak parah dan masih bisa beroperasi dengan baik. MER-C akan kirim tim bedah dalam satu hingga dua pekan ke depan," ujar dia kepada Republika, Senin (17/5).
Yogi menjelaskan, MER-C berencana mengirimkan enam hingga tujuh dokter spesialis ortopedi, bedah, anastesi, radiologi dokter umum dan perawat. Jalur akses bagi pengiriman bantuan, baik tenaga medis maupun logistik, akan dilakukan melalui perbatasan Rafah dan Mesir.
"Perbatasan Rafah dan Mesir kabarnya sudah dibuka. Kami akan persiapkan segala sesuatunya,"jelas dia.
Relawan MER-C, Reza, yang sedang berada di Gaza melaporkan bahwa serangan Israel masih terus terjadi dan semakin menggila. Serangan menyasar rumah warga, infrastruktur, perkantoran, dan masjid. Hingga Senin pagi, sebanyak 197 warga Gaza gugur, 50 di antaranya anak-anak dan 34 lainnya wanita
Sementara itu, korban luka-luka sebanyak 1.235 orang. Menurut dia, RS Indonesia telah menerima jenazah korban sebanyak 40 orang dan korban luka sebanyak 456 orang.
Jumlah korban kemungkinan masih terus bertambah karena serangan Israel ke Palestina tidak juga mereda. Bentrokan terparah masih terjadi di Kompleks Alquds dan di desa Sheikh Jarrah.
"Kegiatan di Gaza lumpuh total, termasuk pasar, toko, dan akses pun ditutup karena risiko cukup tinggi. Kami berharap ada bantuan karena hingga saat ini bantuan asing belum masuk," ujar dia.
Ketua Presidium MER-C Indonesia Sarbini Abdul Murad mengatakan, RS Indonesia di Gaza menjadi tempat pengobatan pasien yang terluka akibat serangan Israel. "Rumah sakit sudah overload, maka pintu perbatasan Rafah dibuka untuk evakuasi pasien yang tidak bisa ditangani di Gaza," katanya kepada Republika.
Ia mengungkapkan, stok obat-obatan dan peralatan medis semakin menipis. Namun, bangunan RS hanya mengalami kerusakan ringan imbas dari getaran dan masih beroperasi.
"Kami sangat membutuhkan obat-obatan, instrumen bedah serta obat-obatan anestesi yang sudah menipis. Maka bantuan internasional sekarang ini sangat dinanti dan dibutuhkan," katanya.
Lembaga kemanusiaan di Tanah Air lainnya juga terus bergerak untuk membantu warga Palestina. Aksi Cepat Tanggap (ACT), misalnya, menyatakan telah mendistribusikan sejumlah bantuan.
Direktur Eksekutif Aksi Cepat Tanggap (ACT) Bambang Triyono mengatakan, tim ACT di Gaza terus berupaya menyalurkan bantuan berupa makanan, obat-obatan, hingga bantuan medis. Bantuan lainnya berupa dapur umum untuk pengungsi Palestina yang meninggalkan rumah mereka tanpa membawa harta benda.
Ia menambahkan, Foodtruck dan dapur umum juga di sediakan di Yerusalem untuk para pejuang al-Aqsha. "ACT juga telah menyewa dua gedung apartemen yang bisa digunakan oleh 170 keluarga Gaza yang kehilangan tempat tinggal untuk ditinggali selama enam bulan," ungkapnya.
Dalam memberikan bantuan ini, kata dia, tentu saja tidak semudah yang terlihat. Apalagi, ketika tim harus mengevakuasi para korban dari reruntuhan bangunan.
Tim medis di Gaza, misalnya, selalu bergerak setiap hari untuk membantu korban yang membutuhkan bantuan, seperti mengantar korban luka ke fasilitas kesehatan terdekat atau memberikan pelayanan medis pertama untuk korban. "Hampir siang dan malam roket-roket Israel mengenai rumah warga, gedung perkantoran, fasilitas publik, dan jalanan," kata Bambang.
Warga yang selamat, ujar Bambang, terus mencari tempat yang aman dengan mengungsi di sekolah-sekolah, rumah sakit dan rumah kerabat dengan harapan tempat tersebut tidak dikenai roket Israel. Beberapa di antara mereka juga tetap bertahan tinggal di rumah masing-masing.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.