Nasional
Studi Litbang: Vaksin Sinovac Ampuh Cegah Infeksi Covid-19
Vaksin juga efektif mencegah 96 persen perawatan karena Covid pada hari ke 28 setelah dosis kedua.
JAKARTA -- Kementerian Kesehatan mengklaim bahwa vaksin Covid-19 Sinovac yang dinamai Coronavac efektif mencegah infeksi Covid-19 bergejala hingga 94 persen. Hal ini berdasarkan studi yang dilakukan kepada tenaga kesehatan di DKI Jakarta.
Studi Badan Litbang Kesehatan ini dilakukan dengan menggunakan kohor restrospektif menggunakan data sekunder vaksinasi, PCR, dan data perawatan RS selama periode 13 Januari -18 Maret 2021 pada tenaga kesehatan di DKI Jakarta.
Subjek yang diamati berjumlah 128.290 orang berusia di atas 18 tahun dan tidak memiliki riwayat Covid-19. Sekitar 60 persen dari subjek adalah perempuan yang berusia di atas 30 tahun. "Studi ini menelusuri riwayat setiap individu apakah mereka punya riwayat sakit Covid-19 berdasarkan PCR, perawatan karena Covid-19, dan membandingkan seberapa jauh efektivitas pemberian vaksin dibandingkan kelompok yang tidak divaksin," ujar Peneliti Badan Litbang Kesehatan Pandji Dhewantara, dalam konferensi pers Kementerian Kesehatan, Rabu (12/5).
Berdasarkan hasil studi tersebut, vaksin dosis lengkap dapat melindungi hingga 94 persen Covid-19 bergejala pada hari ke-28 hingga 63 setelah dosis kedua. Vaksin juga efektif mencegah 96 persen perawatan karena Covid-19 pada hari ke-28 setelah dosis kedua, dan 98 persen efektif mencegah kematian pada hari ke-28 hingga 63 setelah dosis kedua. Hanya ada satu kematian akibat Covid-19 setelah dosis lengkap.
"Jadi vaksinasi lengkap disarankan karena vaksinasi dosis pertama belum cukup melindungi. Dosis pertama hanya efektif menurunkan risiko Covid-19 bergejala, yakni 13 persen." jelas Pandji.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan untuk Vaksinasi Covid-19 dr Siti Nadia Wiweko menjelaskan, hasil studi ini berbeda dengan pengukuran antibodi. Hal ini karena pemberian antibodi pasca vaksinasi belum menjadi rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), juga belum ada kesepakatan cut off point berapa angka antibodi yang memberikan proteksi.
"Dari kajian cepat ini sudah membuktikan bahwa kita tidak perlu periksa antibodi karena melalui data yang ada pada tenaga kesehatan yang divaksinasi, efek proteksinya bisa terlihat." kata Nadia.
Menurut Nadia, ini sudah membuktikan bahwa pemeriksaaan antibodi tidak menunjukkan bahwa level proteksi itu rendah atau tinggi. Justru dengan hasil kajian ini yang dilakukan kepada tenaga kesehatan sebagai kelompok paling rentan, telah terlihat efek proteksi dari vaksin yang diberikan.
"Vaksin Sinovac ini yang efikasinya 65 persen, ternyata kejadian di lapangan efektivitasnya memberikan perlindungan 94 persen. Jadi hanya sekitar enam persen yang sakit." kata Nadia.
Selain melakukan studi pada tenaga kesehatan, Badan Litbang Kesehatan saat ini juga tengah melakukan studi efektivitas vaksin Covid-19 terhadap masyrarakat umum, baik dengan vaksin Sinovac maupun Astrazeneca.
Dilansir dailysabah.com, Sinovac telah memberikan lisensi kepada Turki untuk membuat suntikan. CEO Sinovac Yin Weidong mengatakan, Turki termasuk di antara lima negara yang diberi izin produksi vaksin, bersama dengan Indonesia, Brasil, Malaysia, dan Mesir.
Yin menyatakan bahwa mereka menyediakan vaksin yang cukup untuk memvaksinasi 20 persen populasi di Turki, Brasil, dan Indonesia tetapi itu tidak akan cukup. Sebab itu, mereka memulai proses perizinan bagi produksi di negara-negara tersebut.
Turki telah memesan 100 juta dosis vaksin dari Sinovac, meskipun pihak berwenang telah mengakui bahwa pengiriman itu menemui hambatan ketika negara-negara berebut untuk mendapatkan akses ke sejumlah besar vaksin di tengah pandemi yang meningkat. Turki sejauh ini telah memberikan lebih dari 25,3 juta dosis.
Turki mulai menggunakan Coronavac pada Januari, memberikannya pertama kali kepada petugas kesehatan. Saat ini, vaksin tersebut adalah salah satu dari dua vaksin yang ditawarkan kepada masyarakat luas bersama dengan vaksin Pfizer-BioNTech.
Yin juga mengklaim bahwa perbedaan dalam data klinis vaksin itu normal, sementara ada bukti yang berkembang bahwa vaksin itu berkinerja lebih baik bila diterapkan di dunia nyata, sebagaimana dikutip dari Bloomberg. Kemanjuran vaksin tidak aktif ditemukan di atas 83 persen setelah uji coba fase ketiga di Turki.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.