Kabar Utama
Kekerasan Israel Berlanjut
Sedikitnya 278 warga Palestina terluka dalam penyerangan jamaah di Masjid al-Aqsha kemarin.
YERUSALEM -- Sejumlah besar petugas kepolisian Israel dilaporkan kembali merangsek ke dalam Masjid al-Aqsha di Kota Tua Yerusalem, Senin (10/5). Saksi mata mengabarkan, polisi Israel menggunakan granat kejut, gas air mata, dan peluru karet di salah satu tempat paling disucikan umat Islam.
Kondisi di sekitar Masjid al-Aqsha sudah memanas sejak pagi buta. Warga Palestina menolak meninggalkan wilayah Haram al-Syarif alias Masjid Kubah Batu dan kompleks Masjid al-Aqsha sehubungan rencana warga Yahudi merayakan Hari Yerusalem dengan berbaris melintasi lokasi tersebut.
Dilaporkan kantor berita Palestina Wafa, serbuan kemudian dilakukan polisi Israel pada Senin (10/5) pagi. Media Israel Haaretz melaporkan, polisi merangsek dalam kompleks pukul 08.00 waktu setempat. Sebagian warga Palestina membalas dengan melemparkan batu ke arah polisi.
Saksi mata menuturkan, polisi Israel bertindak brutal dengan memukuli warga Palestina. Seorang jurnalis Anadolu Agency terekam dalam video mengalami pemukulan berulang kali di bagian kepala oleh polisi Israel.
Maan News melaporkan, upaya pembubaran yang dilakukan polisi Israel itu untuk memberi jalan bagi kelompok garis keras Yahudi yang berencana memasuki kompleks al-Aqsha untuk merayakan kemenangan Israel pada 1967. Sedangkan Times of Israel menuliskan bahwa polisi Israel justru melarang umat Yahudi memasuki Masjid al-Aqsha.
Akibat serangan itu, sejumlah warga terluka akibat tembakan peluru karet, terkena pecahan selongsong gas air mata, dan pukulan aparat. Petugas Bulan Sabit Merah menyatakan, mereka sempat dilarang masuk ke dalam Haram al-Syarif dan kompleks al-Aqsha untuk merawat yang terluka.
Di ujung hari, sedikitnya 278 warga Palestina terluka, lima di antaranya dalam keadaan kritis. Selain itu, 16 petugas polisi Israel juga terluka. Sekitar 80 warga Israel juga terluka dalam berbagai bentrokan di Yerusalem.
Insiden di al-Aqsha kemarin menandai hari keempat memanasnya situasi di Yerusalem Timur. Hal itu itu dipicu keputusan Mahkamah Agung Israel mengusir sejumlah warga Palestina dari rumah mereka di kawasan Sheikh Jarrah.
Sementara, ratusan pemukim Yahudi yang mendekati lingkungan Sheikh Jarrah di Yerusalem Timur mundur dari daerah itu pada Senin (10/5) pagi. Mereka meninggalkan wilayah itu setelah bertemu dengan sekelompok besar pemuda Palestina.
Laporan Anadolu Agency, peristiwa ini terjadi setelah pengeras suara masjid-masjid di lingkungan tersebut serentak meminta warga Palestina berbaris ke Sheikh Jarrah. Warga Palestina dari beberapa wilayah di Yerusalem langsung membanjiri lingkungan dengan berjalan kaki atau menggunakan mobil. Kerumunan warga Palestina memaksa para pemukim Yahudi yang tiba di daerah itu pada pagi hari untuk pergi.
Pemerintah Palestina mengacam serangan kemarin. “Penyerangan Masjid al-Aqsha adalah kejahatan yang dilakukan penjajah. Pimpinan Palestina tengah mengkaji semua pilihan untuk merespons tindakan itu,” cicit pejabat senior Palestina Hussein al-Sheikh, kemarin.
Direktur Masjid al-Aqsa Sheikh Omar al-Kiswani memohon bantuan melalui pengeras suara di masjid-masjid di Yerusalem kepada dunia Islam di tengah serbuan polisi Israel ke situs suci tersebut. Masjid al-Aqsha merupakan lokasi bertolaknya Rasulullah SAW ke Sidratul Munthaha dalam peristiwa Isra Mikraj.
"Ekstremis Yahudi tidak akan memasuki Haram al-Sharif (bangunan utama al-Aqsha) sebelum menginjak tubuh kita," tegas dia. "Di mana kehormatanmu (wahai dunia Islam)?" ia melanjutkan.
Organisasi Kerja sama Islam (OKI) juga mengeluarkan pernyataan terkait kondisi di Yerusalem, kemarin. Mereka mengecam kekerasan yang dilakukan polisi Israel di Masjid al-Aqsha. "Sangat tak manusiawi menyerang jamaah yang tak bersenjata dengan meriam air, granat kejut, dan peluru karet," tulis pernyataan OKI.
Sedangkan, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Ahad (9/5) mengatakan, Israel akan terus membangun permukiman di Yerusalem. Berbicara setelah pertemuan kabinet, Netanyahu menolak seruan Amerika Serikat dan negara-negara Eropa untuk menghentikan penggusuran paksa keluarga Palestina di lingkungan Sheikh Jarrah, yang diduduki Israel di Yerusalem Timur.
"Saat setiap negara membangun di ibu kotanya, kami juga memiliki hak untuk membangun di Yerusalem. Inilah yang telah kami lakukan dan inilah yang akan terus kami lakukan," ujar Netanyahu, dalam pernyataan resmi, Senin (10/5).
Solidaritas Mengalir
Solidaritas untuk Palestina ditunjukkan berbagai pihak di belahan dunia, termasuk dari Indonesia. Umat Islam diminta mendoakan saudara-saudara di Palestina pada pengujung Ramadhan ini.
"Di bulan Ramadhan ini serangan militer Zionis Israel kembali menghajar rakyat sipil Palestina hingga ke tempat suci Masjid Al-Aqsha ketika mereka beribadah," kata Sekretaris Direktorat Jenderal (Sesditjen) Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama Muhammad Fuad Nasar melalui pesan tertulis kepada Republika, Senin (10/5).
Menurutnya, kemelut Palestina yang tidak menentu adalah masalah kemanusiaan universal. Hanya Allah yang tahu kapan berakhirnya penjajahan Israel atas tanah Palestina dan tempat-tempat suci mereka.
Tekad bangsa Palestina yang tidak tergoyahkan dalam membela tanah airnya merupakan modal perjuangan mereka yang sangat berarti. Semua itu pasti akan berlalu karena tidak ada kegelapan yang abadi. "Dukungan internasional atas perjuangan bangsa Palestina tidak boleh kendor. Indonesia dan Palestina adalah dua sahabat," ujarnya.
Ia menerangkan, ada tiga alasan mengapa umat Islam harus membela Palestina dan Masjid al-Aqsha. Pertama, Masjid al-Aqsha merupakan kiblat pertama umat Islam dalam melaksanakan ibadah shalat sebelum pemindahan kiblat ke Masjidil Haram di kota suci Makkah berdasarkan wahyu Allah.
Kedua, Masjid al-Aqsha merupakan masjid kedua yang dibangun pertama-tama di muka bumi. Ketiga, Masjid al-Aqsha merupakan masjid suci ketiga umat Islam yang penting untuk dikunjungi setelah Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.
"Mari kita doakan bersama umat Islam Palestina untuk melepaskan diri dari penjajahan zionis Israel di pengujung bulan suci Ramadhan. Mengutip ucapan Ketua MPR/DPR RI periode 1987-1992, M Kharis Suhud bahwa 'kekuasaan di dunia betapa pun besarnya akan runtuh melawan doa orang banyak'," kata Fuad.
Sedangkan lembaga kemanusiaan Aqsha Working Group (AWG) menggalang aksi solidaritas serta kepedulian untuk rakyat Palestina dan Masjid al-Aqsha serentak di seluruh wilayah Indonesia. Ketua Presidium AWG Anshorullah menjelaskan, aksi damai dilaksanakan sambil berbagi takjil gratis secara serentak di 30 titik di kota-kota besar seluruh Indonesia pada Senin (10/5) sore.
"Aksi ini bentuk solidaritas kita sebagai umat manusia, apalagi saat bertepatan dengan bulan Ramadhan, sudah selayaknya masyarakat Indonesia membantu rakyat Palestina," kata Anshorullah melalui pesan tertulis yang diterima Republika, Senin (10/5).
Ia mengatakan, presidium AWG menyerukan dan meminta kepada seluruh biro AWG di daerah-daerah agar melaksanakan aksi damai simpati serentak kemarin sore. Titik lokasi aksi damai serentak ini tersebar mulai di ujung timur, Ternate sampai wilayah Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Jawa dan Sumatra.
Ia mengingatkan, membantu Palestina sudah menjadi fokus Pemerintah Indonesia karena tertuang dalam Pembukaan UUD 1945. Implementasinya terus dilakukan pada level diplomatik untuk membela hak-hak Palestina.
Pimpinan umat Katolik Paus Fransiskus juga menyerukan penghentian aksi kekerasan yang sedang berlangsung di Yerusalem. Dia menyerukan para pihak terkait mencari solusi guna menghormati identitas multikultural kota suci.
“Kekerasan melahirkan kekerasan, hentikan bentrokan,” kata Paus Fransiskus pada jemaat yang berkumpul di Saint Peter Square, Roma, Italia, Ahad (9/5).
Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Helmy Faishal Zaini menyampaikan, polisi Israel telah melakukan kejahatan kemanusiaan yang keji. "Terlebih ini merupakan bulan suci Ramadhan. Bulan saat umat Islam dan saudara-saudara kita di Palestina sedang menjalankan ibadah puasa. Tragedi ini kembali melukai kemanusiaan kita," tutur dia.
Ia kemudian mendesak Pemerintah Indonesia untuk segera mengambil langkah diplomatis dan ikut andil dalam upaya menciptakan perdamaian di Palestina. “Upaya ini penting dilakukan sebagai bagian dari tanggung jawab internasional yakni turut berperan dalam usaha menciptakan perdamaian dan keamanan dunia," paparnya.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.