Sehat
Mari Dukung Ibu yang Baru Melahirkan
Tidak hanya mempercepat pemulihan, perawatan ibu juga akan meningkatkan kualitas hubungan dengan bayi.
Hari-hari dan minggu-minggu pertama setelah persalinan (periode post-natal) merupakan fase kritis bagi kehidupan ibu dan bayi yang baru lahir. Sebagian besar kematian ibu dan bayi terjadi dalam periode ini, namun justru periode ini yang paling diabaikan oleh sebagian orang.
Bayi yang meninggal dalam 28 hari pertama kelahiran menderita kondisi dan penyakit yang terkait dengan kurangnya perawatan berkualitas saat dan setelah lahir serta pada hari-hari pertama kehidupan. Menurut data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), diperkirakan ada 303 ribu kematian ibu setiap tahun. Bahkan, sebagian besar kematian ini terjadi setelah melahirkan.
Karena itu, perawatan terpadu pascamelahirkan (integrated postnatal care) merupakan hal penting yang tidak boleh diabaikan. Perawatan pascamelahirkan tidak hanya mempercepat pemulihan ibu dan mencegah komplikasi setelah melahirkan, tapi juga akan meningkatkan kualitas hubungan ibu dan bayi serta keluarga pada umumnya.
CEO Klinik Health 360 Indonesia, dr Ni Komang Yeni DS, Sp.OG, MM, MARS, mengatakan masa pascapersalinan adalah fase kehidupan baru bagi seorang perempuan. Penelitian menunjukkan satu dari tujuh perempuan mengalami depresi atau kecemasan selama kehamilan atau pascamelahirkan, kelelahan, gangguan nafsu makan atau tidur, perubahan suasana hati, perasaan kewalahan mengurus bayi dan disfungsi seksual. “Hal-hal tersebut sering kali terlewatkan pada saat pemeriksaan pascamelahirkan,” ujarnya dalam ajang pertemuan virtual pada Maret lalu.
Menurutnya, peran suami, orang tua, teman atau dukungan lainnya yang kita miliki, bisa kita jadikan tempat untuk berbagi. Mereka yang masuk dalam kategori pendukung ibu ini pun harus bisa menjadi pendengar yang baik segera mendeteksi adanya perubahan yang terjadi pada ibu pascamelahirkan agar bisa segera mencarikan solusi terbaik bagi ibu. “Ibu yang bahagia akan mencetak anak dan keluarga yang berbahagia juga. Happy wife,happy life,” ujarnya.
Terlebih sebagian besar ibu yang baru melahirkan sering merasa bingung dalam pemeriksaan lanjutan kesehatannya, karena kurangnya informasi mengenai pemeriksaan dan perawatan lanjut pascamelahirkan.
"Padahal, ada banyak risiko serta permasalahan yang timbul pascamelahirkan dan dibutuhkan penanganan secara terpadu dari masing-masing dokter spesialis," ujar dokter Yeni.
Ibu yang bahagia akan mencetak anak dan keluarga yang berbahagia juga. Happy wife,happy life.
Dokter Ni Komang Yeni DS, Sp.OG, MM, MARS
Adaptasi ibu
Dokter Spesialis Obgyn Klinik Health 360 Indonesia, dr. Ivan Sondakh, Sp.OG, menjelaskan setiap kehamilan memiliki keunikan tersendiri dan kebutuhan klinisnya dapat berubah selama periode kehamilan, persalinan dan pascamelahirkan. Ini merupakan periode setelah melahirkan di mana tubuh ibu akan berangsur-angsur kembali lagi pada kondisi tidak hamil.
Pada masa ini terjadi perubahan fungsi organ dan hormonal akan terjadi. Pada organ kewanitaan, vagina, selaput dara (hymen), dan otot pelvis akan kembali ke bentuk semula. Vagina akan berangsur-angsur terjadi kontraksi mendekati ukuran awal.
Sedangkan dinding perut yang kendor sebagian akan kembali. Mungkin juga akan terjadi ketidaknyamanan dalam beberapa waktu ke depan karena masalah kosmetik. Pemulihan juga akan terjadi pada organ kulit dan rambut. Garis-garis pada perut akan menetap. ''Selain itu akan terjadi peningkatan pigmentasi serta rambut menjadi tipis. Biasa akan terjadi kerontokan sampai sekitar lima bulan,'' ujar Ivan.
Ibu juga akan mengalami adaptasi secara fisik, psikologi, dan sosial. Pada masa ini juga mungkin terjadi komplikasi atau masalah. Bahkan angka kematian ibu meninggal setelah melahirkan. ''Lebih dari 60 persen kematian maternal (ibu) terjadi setelah melahirkan,'' lanjut dia.
Karena itu, perawatan ibu setelah melahirkan harus dilakukan secara menyeluruh, baik secara fisik, psikologis, dan sosial. Perawatan secara terpadu sangat diperlukan setelah melahirkan. Perawatan pertama di rumah sakit, setelah melahirkan perawatan selama 24 sampai 48 jam di rumah sakit serta dalam pengawasan dokter dan bidan.
Ia mengingatkan untuk waspada setelah melahirkan saat terjadi perdarahan hebat, demam, nyeri yang semakin bertambah, susah untuk BAB atau BAK, sesak, nyeri dada, kaki bengkak atau nyeri serta ada gangguan mood atau depresi. Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan setelah melahirkan dan kontak dengan dokter kandungan antara tiga minggu pertama persalinan, dan pada 12 minggu setelah melahirkan.
“Diharapkan para ibu juga mengetahui tanda-tanda dan masalah yang mungkin terjadi pascamelahirkan. Agar tercapai kesehatan fisik, emosional, dan psikologis terbaik untuk setiap individu dan bayi baru lahir dibutuhkan pendekatan berbasis hak asasi manusia, tidak hanya mencegah kematian dan morbiditas ibu, tapi memprioritaskan perawatan dan kesejahteraan yang berpusat pada kualitas hidup individu,” ujarnya.
Menurut dia, periode setelah melahirkan merupakan masa yang membahagiakan sekaligus tantangan bagi ibu dan anggota keluarga lainnya. Pada fase ini, segala tantangan yang dialami harus menjadi tanggung jawab bersama. Komunitas memiliki peran penting dalam memberikan pengalaman setelah melahirkan yang positif, termasuk pasangan, keluarga dan orang tua.
Ia juga menerangkan periode pascamelahirkan merupakan peluang penting untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan ibu dan bayi seperti mendukung perilaku sehat, memberikan pendidikan keterampilan hidup, memfasilitasi proses menyusui, memberikan konseling kepada wanita tentang pilihan KB, mendukung kesehatan mental yang baik, mencegah dan mengobati komplikasi terkait persalinan.
“Jadi fasilitas kesehatan harus mendukung ibu, bayi dan support system lainnya secara fisik, psikologis, sosial dan emosional melalui peristiwa kehidupan baru yang signifikan ini," kata Ivan.
Jangan Depresi, Perhatikan Gizi
Menjaga kesehatan mental para ibu setelah melahirkan sama pentingnya dengan kesehatan fisik, tapi hal ini sering kali tidak menjadi perhatian utama bagi para ibu serta keluarganya. Masalah mental pada Ibu perlu menjadi perhatian karena hal ini dapat berdampak pada caranya mengasuh dan merawat bayinya, serta memengaruhi keseluruhan fungsi mereka sebagai ibu dan istri, serta pekerjaannya sehari-hari.
Spesialis Kedokteran Jiwa Klinik Health 360 Indonesia, dr. Daniella Satyasari, Sp.KJ, menjelaskan baby blues syndrome, depresi dan cemas setelah melahirkan merupakan hal yang paling sering terjadi pada para ibu pascamelahirkan.
Sebelum mengatasinya, perlu dipahami terlebih dahulu apa saja jenis-jenis gangguan, apa saja gejala-gejalanya, penyebabnya, serta apa penanganan yang harus dilakukan. Perubahan hormon tidak dapat dicegah, kata Daniella, tapi kepedulian keluarga serta kerabat sekitar dapat menjadi kunci dalam mengatasi gangguan mental pada ibu yang baru melahirkan.
”Dukungan emosi dan fisik dari suami, keluarga serta kerabat dapat membantu pencegahan gangguan mental, termasuk pencegahan memburuknya situasi serta kondisi mental ibu, serta membantu untuk saling beradaptasi dalam menghadapi situasi yang baru ini,” ujarnya.
Menurutnya, hal sesederhana membantu mengurus bayi secara bergantian, memahami bila istri sedang kelelahan atau dalam keadaan emosi juga dapat membantu para ibu terhindar dari gangguan mental setelah melahirkan.
Tidak hanya mental, setelah melahirkan sang ibu pun perlu memperhatikan asupan gizi. Spesialis gizi dari Klinik Health 360 Indonesia, dr Patricia Halim Puteri, Sp.GK, menilai konseling gizi dan olahraga dilanjutkan hingga masa nifas. Tujuannya agar berat badan ibu kembali seperti sebelum hamil dalam 6-12 bulan dan indeks massa tubuh (BMI) normal sebelum kehamilan yang berikutnya.
“Semua ibu dalam masa nifas dengan overweight atau obese disarankan untuk konseling gizi minimal 12 sampai 18 bulan setelah melahirkan. Cadangan nutrisi juga perlu diperbaharui dan perhatikan interval kehamilan yang terlalu dekat,” ujarnya.
Salah satu contoh gizi seimbang untuk ibu menyusui pascamelahirkan adalah 100 ml ASI setara dengan 85 Kkal. Maka, agar gizi ibu memadai, ibu menyusui harus mengonsumsi satu centong nasi, satu potong ayam goreng, satu telur dadar, dan satu sendok teh teri goreng. Jangan lupa satu buah jeruk ukuran sedang serta lalapan.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.