Internasional
Malaysia Temukan Covid-19 Varian India
Para ilmuwan menemukan lebih banyak mutasi Covid-19 di India.
KUALA LUMPUR -– Malaysia, Ahad (2/5), melaporkan kasus pertama virus Covid-19 yang pertama kali dideteksi di India. Varian India yang dikenal sebagai B.1.617 dideteksi pada seorang warga India yang dipindai di Bandara Internasional Kuala Lumpur.
“Kami meminta masyarakat tetap tenang. Seluruh upaya kesehatan masyarakat akan terus dilakukan untuk memutus rantai infeksi dan memastikan keselamatan umum,” ujar Menteri Kesehatan Malaysia Adham Baba, Ahad. Namun, ia tidak menyebutkan kapan kasus pertama itu terdeteksi.
Ini terjadi setelah Malaysia melarang penerbangan dari India mulai 28 April. Malaysia juga melarang kedatangan orang-orang yang sudah mengunjungi India baru-baru ini.
Malaysia meluncurkan program vaksinasi Covid-19 pada Februari. Negeri jiran ini berencana, dalam setahun akan memvaksinasi 80 persen dari populasinya yang saat ini berjumlah 32 juta jiwa.
Rekor baru
Pada Sabtu (1/5), India melaporkan 401.993 kasus baru untuk pertama kalinya sejak pandemi. Ini juga menjadi rekor terbanyak di dunia.
Pada Ahad, terjadi sedikit penurunan, yaitu 392.488 kasus dalam 24 jam. Namun, India juga menghadapi 3.689 kematian dalam sehari sehingga jumlah total sejak pandemi bermula adalah 215.542 orang.
Para ahli percaya bahwa angka sebenarnya bisa mencapai 10 lipat lebih banyak. Data Johns Hopkins University menunjukkan, saat ini ada lebih dari 152,2 juta kasus global. Amerika Serikat menghadapi lebih dari 32,3 juta kasus dan India menghadapi lebih dari 19,5 juta kasus.
Rumah sakit di India kini bertarung melawan kekurangan oksigen. Sementara di New Delhi, rumah sakit menuntut pengadilan untuk mendesak tindakan nyata dari Pemerintah India.
“Kita sudah tercekik. Cukup sudah semuanya,” ujar Pengadilan Tinggi New Delhi, sambil menambahkan bahwa pengadilan mungkin akan menghukum pejabat pemerintah jika pasokan oksigen untuk rumah sakit tak kunjung dipenuhi. “Kita tidak bisa membiarkan orang meninggal,” ujar hakim Vipin Sanghi dan hakim Rekha Patil.
Sementara, para ilmuwan yang tergabung dalam Indian SARS-CoV-2 Genetics Consortium (INSACOG) mengatakan telah menemukan lebih banyak mutasi Covid-19 di negara tersebut. Mereka menilai, hal itu perlu dilacak dengan cermat.
“Kami melihat beberapa mutasi (Covid-19) muncul pada beberapa sampel yang mungkin menampik respons kekebalan,” kata Ketua INSACOG Shahid Jameel saat diwawancara Reuters, Sabtu (1/5).
Jameel adalah seorang virolog ternama India. Dia menjelaskan, virus-virus tersebut mesti dibiakkan dan diuji di laboratorium guna memastikan. Namun, para ilmuwan kini memantau perkembangan varian baru tersebut.
INSACOG adalah sebuah forum penasihat ilmiah yang dibentuk Pemerintah India. INSACOG menyatukan 10 laboratorium penelitian nasional. Saat ini para ilmuwan sedang mempelajari apa yang menyebabkan India menghadapi lonjakan tajam kasus baru Covid-19.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), varian tersebut telah menyebar ke setidaknya 17 negara. WHO telah mencantumkan B.1.617, sebagai variant of interest. Artinya, varian ini mungkin telah bermutasi dan membuat virus lebih mudah menular, menyebabkan penyakit lebih parah, atau tidak memicu kekebalan seusai divaksin.
WHO menyebut varian lain yang beredar pada saat bersamaan di India menunjukkan peningkatan transmisi. Menurut dia, kombinasi tersebut mungkin memainkan peran dalam lonjakan tajam kasus baru Covid-19 di sana.
Sementara laman BBC melaporkan, rencana vaksinasi warga dewasa India terkendala pasokan vaksin. Meski India produsen vaksin terbesar dunia, negeri ini tak mampu mengejar kebutuhan di dalam negeri.
India telah memberikan vaksinasi kepada sekitar 150 juta warganya. Ini setara dengan 11,5 persen populasi India yang mencapai 1,3 miliar jiwa.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.