Kabar Utama
Tiga Tahap Turunnya Alquran
Turunnya kitab suci Alquran ini melalui tiga fase berturut-turut.
OLEH HASANUL RIZQA
Ramadhan merupakan bulan yang mulia. Di dalamnya, Allah SWT menurunkan Alquran kepada Nabi Muhammad SAW. Syariat yang terkandung dalam kitabullah ini berlaku bagi seluruh manusia hingga Hari Akhir.
Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadis qudsi. Allah berfirman, “Barangsiapa yang disibukan oleh Alquran daripada berzikir kepada-Ku dan memohon kepada-Ku, maka Aku berikan kepadanya sesuatu yang lebih utama daripada yang Aku berikan kepada orang-orang yang memohon kepada-Ku dan keutamaan kalam Allah di atas seluruh perkataan adalah seumpama keutamaan Allah atas makhluk-Nya.”
Allah Ta’ala menetapkan, malam turunnya Alquran sebagai Lailatul Qadr. Nilai malam itu lebih baik daripada seribu bulan. Karena itu, Rasulullah SAW menganjurkan umat Islam agar meraih kemuliaan Lailatul Qadr, yang terjadi pada Ramadhan, khususnya 10 malam terakhir.
Menurut alim ulama, Alquran tidak hanya diturunkan pada Lailatu Qadr. Turunnya kitab suci ini melalui tiga fase berturut-turut. Ada yang sekaligus menurunkan Alquran. Ada pula tahapan yang di dalamnya kitabullah turun secara berangsur-angsur.
Lauh Mahfuzh
Pada dasarnya, Alquran diturunkan dalam tiga fase. Pada tahap pertama, Allah menurunkan Alquran ke Lauh Mahfuzh. Kitab suci ini diturunkan ke sana secara keseluruhan. Dalilnya adalah surah al-Buruj ayat 21-22. Artinya, “Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Alquran yang mulia, yang (tersimpan) dalam Lauh Mahfuzh.”
Imam al-Hafidz Badruddin al-Aini mengatakan, Lauh Mahfuzh di sisi Allah Ta’ala. Penyebutan itu tak berarti dalam perspektif tempat, melainkan isyarat kesempurnaan keberadaannya dibanding makhluk-makhluk lainnya.
Jumhur ulama biasa mengartikan Lauh Mahfuzh sebagai kitab atau peranti keras raksasa yang menyimpan seluruh data atau cetak biru mengenai segala peristiwa yang terjadi, sejak zaman azali hingga kiamat. Makhluk itu sering disinonimkan dengan Umm al-Kitab (QS ar-Ra'd:39), Kitab Maknun (QS al-Waaqi'ah:77), dan Kitab al-Mubin (QS al-An'aam:59).
Baitul Izzah
Fase ini merupakan kelanjutan dari sebelumnya. Setelah di Lauh Mahfuzh, Alquran secara utuh diturunkan ke Baitul Izzah, yakni langit dunia (samaaud dunya). Ini terjadi pada bulan suci. Ulama-ulama menyatakan, momen turunnya Alquran itu berlangsung pada malam Jumat tanggal 17 Ramadhan.
Saat itu disebut pula sebagai Lailatul Qadr. Allah SWT memuji Ramadhan sebagai bulan turunnya Alquran. Lihat, misalnya, surah al-Baqarah ayat 185. Artinya, “Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Alquran, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil).”
Lailatul Qadar yang dicari pada Ramadhan berbeda-beda berdasarkan beberapa riwayat. Satu hadis menyatakan, “Maka carilah oleh kalian pada 10 malam terakhir (Ramadhan)” (HR Muslim). Rasulullah SAW juga bersabda, “Apabila tiba Lailatul Qadar, Jibril turun ke dunia bersama kumpulan para malaikat dan akan berdoa bagi orang yang berdiri shalat malam dan duduk mengingat Allah.”
Sampai pada Nabi
Akhirnya, tibalah pada fase terakhir. Pada tahap ini, Alquran diturunkan melalui Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Turunnya kitabullah ini terjadi secara berangsur-angsur, yakni dalam kurun waktu sekitar 23 tahun. Dalil terkait hal itu adalah surah as-Syu’ara ayat 193-195.
Artinya, “Yang dibawa turun oleh ar-Ruh al-Amin (Jibril). Ke dalam hatimu (Muhammad) agar engkau termasuk orang yang memberi peringatan dengan bahasa Arab yang jelas.”
Nabi SAW bersabda, “Shuhuf Ibrahim diturunkan pada malam pertama Ramadhan. Taurat diturunkan pada hari keenam Ramadhan. Injil diturunkan pada tanggal 13 Ramadhan. Zabur diturunkan pada tanggal 18 Ramadhan. Dan Alquran diturunkan pada tanggal 24 Ramadhan.” Dengan demikian, bulan ini tidak hanya istimewa bagi umat Rasulullah SAW, tetapi juga kaum beriman dari masa-masa sebelumnya.
Maka, jangan sia-siakan kesempatan yang baik di bulan suci. Tingkatkan interaksi dengan Alquran sehingga kelak setiap bacaan akan menjadi saksi yang meringankan kita di Hari Kiamat.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.