Ilustrasi strategi digital marketing. | Pexels/Mikael Blomkvist

Inovasi

Memaknai Revolusi Konten Selama Pandemi 

Saat ini, digital marketing tengah diwarnai oleh //multi screen euphoria//. 

Transformasi digital, kini semakin terakselerasi akibat datangnya pandemi. Hal ini, berdampak pada begitu banyak industri. Salah satunya, industri pemasaran. 

Industri digital marketing pun terus berevolusi mengikuti perilaku masyarakat yang semakin berorientasi pada dunia digital. Chairman Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (P3I), Janoe Arijanto menjelaskan, saat ini telah terjadi perubahan permanen dalam lansekap pemasaran di Indonesia. 

Perubahan ini, menurut Janoe, akan terus berlangsung meski pandemi Covid-19 telah berlalu. “Salah satu bentuk perubahan yang signifikan, adalah kampanye marketing saat ini, yang berlangsung di ranah digital terjadi dalam waktu yang singkat,” ujarnya, dalam webinar ‘Dream team in a Game Changing’ yang digelar Kamis, (29/4). 

Apabila dulu kampanye sebuah perusahaan bisa dilakukan untuk kurun waktu satu tahun, atau tiga bulan. Saat ini, karena masih dalam masa yang penuh ketidakpastian, konsep hyper customization pun makin dikenal. 

Karena, setiap region biasa memerlukan strategi yang berbeda. “Bisa jadi, kondisi Covid di satu wilayah, berbeda dengan wilayah yang lain. Oleh karena itu, perancang strategi komunikasi kini makin harus berhati-hati,” ujarnya. 

Karena di platform digital, bisa terjadi kampanye yang overplayed atau berlebihan. “Ketika kita memborbardir calon konsumen dengan iklan yang berlebihan, hal ini bisa memicu ketidaksukaan audiens. Salah strategi juga bisa disebabkan oleh pemilihan key opinion leader (KOL) yang kurang tepat,” ujar Janoe melanjutkan. 

Bermain SEO memang menarik. Tapi, konten manajemen yang berlebihan, justru memicu kesulitan dalam mengelola aweness atau perhatian publik yang didapat dari sebuah kampanye. 

Digital sebagai Garda Terdepan

photo
Digital marketing - (Pixabay)

Optimalisasi digital untuk menyampaikan pesan besar dari sebuah perusahaan, dilakukan oleh PT Sasa Inti. Nanda Rahmanu selaku Digital Lead PT Sasa Inti mengungkapkan, ktika akan masuk ke kampanye digital, Sasa harus mulai dengan meng-counter isu negatif terlebih dahulu. “Tidak banyak yang tahu bahwa Sasa memiliki line up produk yang luas. Tidak sebatas pada micin,” ujar Nanda. 

Berangkat dari situ, Sasa mulai merangkul anak muda yang merupakan penguasa dunia digital. “Kami secara massif, mengaktifkan semua saluran digital yang kami miliki. Termasuk juga melakukan akselerasi digital di internal,” ia melanjutkan. 

Menurutnya, salah satu strategi yang dijalankan Sasa adalah menyesuaikan karakteristik pengguna dari setiap platform yang digunakan. Karena, pada kenyataannya, karakteristik pengguna dari satu platform ke platform lainnya pastilah memiliki perbedaan. 

Selain itu, memerhatikan perbincangan tren, dan kultur baru yang terbentuk di masing-masing platform, disebut Nanda, akan membawa banyak sekali peluang baru. “Dengan besarnya potesi yang dibawa dunia digital, yang terpenting ketika akan menyampaikan pesan besar di dunia digital adalah dengan terus mengeksplor peluang yang ada di setiap platform,” ujarnya. 

 
Bisa jadi, kondisi Covid di satu wilayah, berbeda dengan wilayah yang lain. Oleh karena itu, perancang strategi komunikasi kini makin harus berhati-hati.
Janoe Arijanto, Chairman Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (P3I)
 
 

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat